Satusuaraexpress.co | Jakarta – Aksi damai bertemakan “Ibu Berduka, Ibu Bergerak Lawan Tirani” oleh Aliansi Ibu Indonesia digelar di Selasar Planetarium Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 10 September 2025.
Kegiatan ini dihadiri Suciwati, istri mendiang Munir Said Thalib. Selain itu, hadir juga Aktivis Akademisi Pengkritik MBG Dr. Tan Shot Yen, dan Aktivis Usman Hamid serta sejumlah aktivis lainnya.
Rangkaian acara diisi dengan pembacaan puisi dan mendendangkan lagu Darah Juang, Buruh Tani oleh Usman Hamid, dan dilanjut dengan penulisan pesan terhadap Pemerintah.
“Terkait MBG ini Saya sudah dianggap sebagai pembangkang tapi saya ini futuristik. Saya tahu semua ini akan terjadi. Bahkan saya menulis di Kompas bahwa ini adalah program buruk yang terburu-buru.” kata Dr. Tan Shot Yen, dalam orasinya.
Dr. Tan Shot Yen menyebut MBG ini miris sekali karena di Aceh mereka diberikan makanan seperti selembar karton yang entah itu apa namanya. Begitu pula ultra processed food lainnya.
“Saya merupakan pencetus poin ke 4 dan 5 di tuntutan 17+8 yang ada sekarang. Yang kami minta yaitu transparansi dan kemungkinan untuk evaluasi program MBG ini.” tandasnya.
Selanjutnya, acara dilanjut dengan membacakan tuntutan oleh Aliansi Ibu Indonesia.
Berikut isi tuntutannya:
Kami, Aliansi Ibu Indonesia, komunitas yang beranggotakan perempuan sekaligus para ibu yang melahirkan dan membesarkan generasi penerus bumi pertiwi, menyatakan berbelasungkawa serta keprihatinan yang mendalam. Hari ini kami menyerukan:
1. Bebaskan mahasiswa, pelajar, dan aktivis yang masih ditahan terkait unjuk rasa. Mereka adalah anak-anak yang dikandung negeri dan besar dalam maskulinitas ekstrem negara. Mereka sedang berteriak agar didengar dan kegelisahan mereka diperhatikan.
2. Bentuk tim investigasi yang bekerja transparan menyelidiki kematian Affan Kurniawan dan korban lainnya. Siapa pun pelaku dan penanggung jawabnya, kejelasan fakta-fakta itu akan memberikan kesempatan bagi tegaknya keadilan bagi keluarga mereka.
3. Hentikan segala bentuk praktik kekerasan dan tindakan represif dalam menangani aksi demonstrasi. Setiap warga negara terutama anak-anak berhak hidup dalam lingkungan tanpa kekerasan, termasuk berunjuk rasa dengan perlindungan negara.
4. Hentikan perusakan lingkungan. Stop ijin-ijin pengelolaan tambang yang merusak Bumi Pertiwi. Penggunaan energi kotor hanya menimbulkan polusi. Berikanlah air bersih layak minum kepada seluruh warga negara.
5. Hentikan pemborosan anggaran untuk program populis seperti MBG, Koperasi Merah Putih dan Sekolah Rakyat. Setidaknya, tunda kenaikan anggaran bagi program-program yang mengakibatkan pemangkasan di berbagai sektor vital yang lebih mendesak untuk kesejahteraan rakyat yaitu pendidikan, pangan dan kesehatan.
6. Hentikan, atau setidaknya, tunda program Makan Bergizi Gratis. Praktik pelaksanaannya silang sengkarut, tidak profesional, dan menyebabkan terjadinya kasus keracunan yang begitu banyak. Per 5 September, INDEF mencatat 4000 anak didik menjadi korban keracunan MBG.
7. Tarik mundur militer ke barak dan hentikan segala bentuk keterlibatan TNI di ranah sipil. Kembalikan TNI ke dalam fungsi-fungsi konstitusionalnya yaitu melaksanakan kebijakan negara di bidang pertahanan, bukan pemeliharaan keamanan dalam negeri yang berada di ranah kepolisian, dan bukan pula mengurusi penegakan hukum pidana.













