Oleh : Dr. Mulyadi Tedjapranata,MD.DTM&H,M.Th.FIAS
Satusuaraexprerss.co – Gejala-gejala anikterik leptospirosis berupa demam ringan atau tinggi yang umumnya bersifat reremiten, disertai nyeri kepala menggigil, mialgia (otot nyeri ), mual, muntah dan anoreksia disertai nyeri dibelakang mata (retro-orbita) dan fotofobia (silau). Nyeri otot terutama didaerah betis sehingga sukar berjalan, punggung dan paha. Adanya conjunctival suffusion di mata, uveitis, iridosiklitis, limfadenopati, splenomegali , hepatomegali dan ruam makulopopular. Leptospirosis anikterik merupakan penyebab utama fever of unknown origin dibeberapa Negara Asia seperti Thailand dan Malaysia .Angka kematian leptospirosis anikterik nol .
Gejala klinis ikterik leptospirosis.
Pada leptospirosis ikterik sering dijumpai komplikasi berupa gagal ginjal akut, ikterik dan manifestasi perdarahan, yang merupakan gambaran klinik khas penyakity Weil. Pencitraan paru yang paling sering adalah patchy alveolar pattern, yang berhubungan denganperdarahan alveoli yang menyebar sampai efusi pleura. Komplikasi berat seperti miokarditis hemoragik,kegagalan fungsi beberapa organ, perdarahan massif dan Adult Respiratory Distress Syndromes(ARDS) merupakan penyebab utama kematian pada pasien dengan leptospirosis ikterik .
Baca Juga : Waspada Pasca Banjir, Penyakit Leptospirosis Menyebabkan Puluhan Orang Meninggal
Pada leptospirosis yang berat harus dibedakan dengan beberapa penyakit yang mempunyai gambaran klinis yang hampir sama seperti malaria falcifarum berat (demam, ikterik, gagal ginjal, manifestasi perdarahan, kesadaran menurun akibat malaria cerebral ), haemorrhagic fever with renal syndrome(HFRS) yang disebabkan oleh infeksi hanta virus tipe Dobrava (demam, gagal ginjal, manifestasi perdarahan, injeksi subcongtiva, kadang-kadang ikterik )dan demam tifoid berat dengan komplikasi ganda (sindrom septicemia, ikterik, azotemia, tendensi perdarahan,soporokoma ).
Manifestasi klinik sistim kardiovaskular dapat berupa miokarditis,gagal jantung kongestif, dan gangguan irama jantung .Komplikasi lain dan jarang adalah rabdomiolisis,thrombocytopenia purpura, kolesistitis akut, stenosis aorta, arthritis reaktif, eritema nodosum,epididimitis,arteritis serebral yang mirip penyakit Moyamoya dan sindroma Guillier Barre .
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan ananmesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium .
Pada anamnesis identitas ,keluhan yang dirasakan dan data epidemiologis penderita harus jelas karena berhubungan dengan lingkungan pasien .Identitas pasien yang ditanyakan : nama,umur,jenis kelamin,tempat tinggal ,jenis pekerjaan, dan jangan lupa menanyaklan hewan pemeliharaan maupun hewan liar di lingkungannya,karena berhubungan dengan leptospirosis .
Pemeriksaan laboratorium yang khusus yaitu pemerksaan mikroskopik dan immunostaining dapat mendeteksi kuman leptospira dalam darah,cairan peritoneal dan eksudat pleura,dalam minngu pertama,dan dalam urin pada minggu kedua .
Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction ) untuk deteksi DNA kuman leptospira sensitive dan spesifik serta lebih baik dibandingkan uji serologi dan bakteriologi, dapat juga dilakukan pemeriksaan biakan dan inokulasi pada hewan percobaan.
Disamping itu dapat juga dilakukan pemeriksaan serologi dengan Microscopic AgglutinationTest (MAT) , Macroscopic Slide Agglutination Test (MSAT),Enzyme Linked Immunosorbentt Assay (ELISA,EIA) dan uji serologi saring Lepto Dipstick assay , Leptotek Dri Dot dan Leptotek Lateral Flow .
Diagnosis banding
Diagnosa banding Leptospirosis anikterik antara lain : influenza,demam dengue dan demam berdarah dengue,infeksi virus hanta ,demam kuning,riketsiosis, boreliosis,bruselosis ,malaria, pielonepritis, meningitis aseptic, keracunan bahan kimia,keracunan makanan, demam tifoid serokonversi HIV/AIDS dll.
Diagnosa banding leptospirosis ikterik antara lain : malaria falcifarum berat,hepatitis virus,demam tifoid dengan komplikasi ganda,Haemorrhagic fever with renal failure , demam berdarah virus lain dengan komplikasi .
Pengobatan
Kuman leptospira sensitive terhadap sebagian besar antibiotika seperti golongan benzyl penisilin(obat pilihan), tetracycline, doksisiklin, erytromisin,streptomisin terkecuali vancomysin, rifampisindan metronidazole .Apabila panas tinggi berikan antipiretik dan nutrisi dan cairan. Hati-hati pada keadaan hiperkalemia, asidosis metabolic, hipertensi,gagal jantung,kejang dan perdarahan.
Semua kasus leptospirosis rngan dapat sembuh sempurna,berbeda dengan leptospirosis berat dimana CFR nya tinggi anatara 5-40% .
Pencegahan
Pencegahan penularan melalui intervensi sumber penyakit misalnya dengan mengurangi populasi tikus dengan penggunaan racun tikus,pemasangan jebakan, penggunann rodensida dan predator roden. melakukan tindakan isolasi dan membunuh hewan yang terinfeksi seperti sapi, anjing, babi Penularan dapat dicegah dengan memakai alat pelindung kerja seperti sepatulars, sarung tangan,kaca mata, apron dan masker. Mencuci tangan atau mandi dengan sabun antiseptic setelah terpapar dengan percikan urin, tanah air yang terkontaminasi. Intervensi pada pejamu manusia berupa menumbuhkan sikap waspada ,memberikan profilaksis pasca pajanan dan melakukan upaya edukasi kepada masyarakat .
Secara umum prognosisnya baik apabila ditangani dengan baik dengan perawatan yang dianjurkan .Angka kematian menjadi tinggi pada penderita dengan lanjut usia,yang mengalami jaundice berat, datang dengan komplikasi gagal ginjal akut dan dengan gagal pernafasan akut
Leptospirosis merupakan penyakit infeksi yang masih banyak di Indonesia, disebabkan oleh kuman leptospira terutama di musim penghujan dan pasca banjir .
Leptospirosis dapat diobati dengan pemberian antibiotika pada fase awal ataupun fase lanjut dan perawatan yang baik
Leptospirosis merupakan zoonosis klasik pada hewan,sebagai sumber infeksi utama,dengan jenis serovar dan cara penularan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Leptospirosis dapat dicegah dengan edukasi kepada masyarakat agar membiasakan diri dengan prilaku hidup bersih dan sehat .
Diperlukan keterlibatan pemerintah ,profesi kesehatan, dokter, dokter hewan dan masyarakat untuk mencegah terjadinya wabah penyakit leptospirosis pasca banjir.
Editor : Wawan