Penulis : Dr. Mulyadi Tedjapranata.
Satusuaraexpress.co – Pandemi COVID-19 belum berakhir, namun Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) sudah mengabarkan adanya ancaman baru virus Nipah yang berpotensi menjadi wabah baru. Dikhawatirkan menjadi pandemi baru di Asia, Kemenkes RI telah membentuk tim untuk mewaspadai Virus Nipah
Penyakit Virus Nipah
Dalam beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit zoonosis yang sangat berbahaya mulai banyak dilaporkan kejadiannya di banyak negara, antara lain Lyssavirus, Menangle Japanese encephalitis Hendra dan Nipah ( Hoar et al., 1998; McCall et al.,2000; Phillbey et al.,1998) Penyakit Nipah masuk ke dalam 10 besar daftar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang memicu kedaruratan kesehatan masyarakat.
Dilansir dari laman WHO, virus Nipah atau NiV,pertama kali ditemukan di Malaysia pada tahun 1998.
Virus ini merebak, di Kampung Sungai Nipah, Malaysia.
Penyakit Nipah sering disebut sebagai Porcine Respiratory and Neurological Syndrom ,_ Porcine Respiratory and Encephalitis Syndrom ( PRES) atau Barking Pig Syndrome (BPS) ( Nordin dan Ong),1999. Sebutan lain adalah one mile cough karena suara batuk hewan penderita yang sangat keras.
Virus Nipah memiliki tingkat kematian yang tinggi diperkirakan mencapai 40 sampai 75 persen dan sempat menyebar di India bagian Timur hingga Singapura.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Nipah, yang merupakan virus ribonuclei acid ( RNA), dan termasuk dalam genus _ Morbilivirus_, NiV famili Paramyxoviridae, genus Henipavirus, merupakan virus zoonosis yang dapat menyebar dari hewan ke manusia. Inang atau dugaan pembawa patogen virus adalah kelelawar buah( Pteropus ). Kelelawar buah yang terinfeksi dapat menyebarkan virus ke manusia atau hewan lain, seperti babi,kuda,anhing,kelelawar ( fruit bat),kambing, burung dan tikus. Apabila kontak dengan hewan terinfeksi, misalnya lewat cairan, urin, atau kotorannya, manusia bisa ikut terpapar dan terinfeksi. Setelah terpapar, penyebaran virus NiV antar manusia pun dapat terjadi.
Ahli virus asal Thailand khawatir virus Nipah bisa menjadi pandemi berikut nya di Asia berdasarkan hasil analisa sampel spesies di kelelawar.
Kementerian Kesehatan ikut mewaspadai kekhawatiran para ilmuwan soal potensi virus Nipah menjadi pandemi baru. Sebab, angka kematian virus Nipah disebut sangat tinggi.
Fakta-fakta Virus Nipah yang Diwaspadai Jadi Pandemi Baru di Asia
“Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah,” jelas
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budi janto, dikutip dari CNN Indonesia.
“Karena dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara yang dekat dengan Malaysia,” sebutnya.
Menurutnya, di tengah pandemi COVID-19, kemungkinan penyebaran virus Nipah lewat kelelawar tak bisa dihindari. Termasuk melalui perda gangan babi ilegal dari Malaysia ke Indonesia.
Didik memastikan hingga saat ini belum ada temuan kasus virus Nipah di Indonesia. “Sampai saat ini kejadian infeksi virus Nipah belum pernah dilaporkan di Indonesia,” katanya.
Gejala Virus Nipah yang Diwaspadai Jadi Pandemi Baru di Asia
Berdasarkan catatan WHO, berikut laporan kasus virus Nipah.
– 1998 di Malaysia
Ada 265 kasus dilaporkan, 105 pasien meninggal dunia (angka kematian 40 persen).
– Februari 2001, di Siliguri, India.
Ada 66 kasus dilaporkan, 45 orang dinyatakan meninggal (angka kematian 68 persen).
– Januari hingga Maret 2005 Tangail, Bangladesh
12 kasus dilaporkan, 11 orang dinyatakan meninggal (angka kematian hingga 92 persen).
– April 2007, India
Ada 5 kasus dilaporkan dan mereka meninggal dunia (100 persen kematian).
Sepanjang penyebaran virus Nipah di dunia sejak 1998 hingga 2008, WHO mencatat ada 477 kasus dan 248 orang meninggal.
Gejala Infeksi Virus Nipah
Gejala penyakit secara klinis terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk encefalitis dan bentuk pernafasan. Pada hewan umumnya lebih banyak menyebabkan gangguan pernafasan, sedangkan oada manusia gangguan susunan saraf pusat lebih menonjol ( Zaki,1999)
Gejala infeksi Nipah pada manusia beragam, mulai dari tidak bergejala, gejala infeksi saluran napas akut ringan, gejala berat hingga infeksi otak berat ensefalitis. Biasanya, gejala awal yang umum seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, mual muntah, sampai radang tenggorokkan.
Bagaimana Diagnosis Virus Nipah?
Untuk mendiagnosis virus nipah, diperlukan tes real time polymerase chain reaction(RT-PCR) dari cairan tubuh dan deteksi antibodi melalui enzyme- linked immunosorbent assay(ELISA). Tes lain yang digunakan untuk mendeteksi NiV termasuk PCR dan isolasi virus dengan kultur.
Bagaimana Pengobatan dan Pencegahan Infeksi Virus Nipah?
Sampai saat ini tidak ada obat dan vaksin untuk mencegah infeksi virus Nipah. Karena virus ini tidak ada obat dan vaksinnya, maka yang harus dikontrol adalah vektornya ( organisme yang membawa patogen dari inang satu ke yang lain.
Infeksi virus Nipah dapat dicegah dengan menghindari paparan dari babi atau kelelawar di daerah yang terdapat wabah virus Nipah.
Jangan mengkonsumsi makanan yang sudah terkontaminasi oleh kelelawar. Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi dan rajin mencuci tangan.
Dengan munculnya penyakit Zoonosis bersumber kelelawar akhir- akhir ini, seperti Nipah, maka surveilans terhadap kelelawar di Indonesia perlu dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit- penyakit zoonosis pada kelelawar.
Diperlukan peningkatan perangkat diagnostik konfirmatif yang sensitif serta fasilitas laboratorium zoonosis yang spesifik dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya wabah penyakit Nipa.