satusuaraexpress.co – Republik Rakyat China adalah negara pertama yang mengenali penyakit COVID-19, dengan kepiawaian mereka penyakit itu lenyap dari tanah China dalam hitungan bulan. Ini menunjukan China serius untuk memberantas COVID-19. Negara barat malah masih kelabakan sampai sekarang .
Sinovac adalah vaksin yang pertama di-developed di dunia dibanding vaksin lain. Mereka sudah melalui uji klinis phase 3, sebagaimana memang sebuah vaksin / obat baru selayaknya diuji.
Dari uji klinis phase 3 yang dilakukan oleh Sinovac tidak ada yang mendapat tantangan / challenge dari organisasi peneliti sedunia yang berhubungan dengan vaksin baru ini. Biopharmaceutical adalah dunia yang para ahlinya keras dan kaku. Kalau ada vaksin atau obat yang dianggap tak layak beredar pasti mereka semua akan ribut.
Pada uji klinis phase ke tiga di Brazil ada relawan yang meninggal. Walaupun akhirnya diketahui bahwa kematian tersebut tidak ada hubungannya dengan pemberian vaksin Sinovac,( Reuters ) melainkan akibat kondisi kesehatan pasien sendiri. Produsen Sinovac tidak gegabah dengan langsung melempar vaksin ke pasaran, tetapi malah makin berhati-hati men-develope vaksin barunya. Karena itu Sinovac sempat tertinggal walaupun mulanya adalah produsen yang pertama. Menurut para peneliti hal ini seharusnya menjadi poin positif bagi Sinovac.
Vaksin Sinovac merupakan inactivated vaccine atau vaksin dengan kandungan virus yang telah dimatikan. Model inactivated vaccine telah dikenal sejak berabad-abad lalu. Sementara vaksin buatan Pfizer – BioNTech adalah mRNA vaccine. Sesuatu yang baru pertama kali dipakai dalam pembuatan vaksin. Efektivitas mRNA vaccine masih harus ditelaah lebih lanjut.
Karena memakai metoda inactivated vaccine yang sudah dikenal maka biaya pembuatannya relatif rendah dan cocok dipergunakan untuk negara-negara ketiga atau yang populasinya tinggi.
Penyimpanan inactivated vaccine cenderung lebih mudah karena tidak perlu kulkas khusus. Cukup masuk kulkas biasa dengan temperatur 2 – 8 derajat Celsius. Sementara mRNA vaccine harus disimpan di temperatur minus -20 sampai -70 derajat C. Butuh refrigerator khusus untuk itu. Ini juga mengurangi biaya cold chain dan kesulitan penyimpanan di negara tropis.
Berdasarkan keterangan para relawan yang mendapat suntikan pertama vaksin BNT162b2 yang dikembangkan Pfizer dan BioNTech, ada beberapa efek samping seperti sakit kepala dan nyeri otot oada 43.500 relawan yang muncul setelah pemberian vaksin. Efek samping meningkat setelag dosis ke dua, ” kata Carrie yang dikutib dari Express UK (11/11/2020).
Dikutib dari Reuters, vaksin CoronaVac buatan Sinovac pemberian vaksin menimbulkan efek samping ringan nyeri ringan akibat suntikan sekitar 20 persen dan 15 persen merasakan sakit kepala ringan, namun turun menjadi 10 persen setelah dosis ke dua, sebanyak 5 persen relawan melaporkan merasa mual, kelelahan, bahkan nyeri otot.
Salah satu negara terkaya di dunia yang adalah tetangga Indonesia, yaitu Singapura, justru membeli vaksin dari 3 produsen yang berbeda yaitu Sinovac, Moderna dan Pfizer – BioNTech, agar masyarakatnya punya pilihan.
Baca Juga : Apakah Vaksin Sinovac Lebih Baik atau Buruk dari Vaksin Biotetch?
The United Emirate Arab dan Bahrain membeli dengan kepastian kandungan halal. Mereka agak ragu dengan mRNA vaccine yang masih baru.
Republik Rakyat China sangat yakin pada vaksin buatan mereka sendiri dan sudah memakainya pada pasien lokal mereka sejak bulan Juli 2020. Sempat tersiar kabar yang beredar bahwa RRC justru memakai Pfizer – BioNTech. Jawaban mereka para peneliti, bahwa yang dimaksud dengan “China” pembeli Pfizer – BioNTech adalah Taiwan. Negara yang memang terus menentang RRC dan menyatakan diri merekalah “China” yang sesungguhnya. Informasi bahwa Indonesia merupakan satu-satunya negara yang memesan vaksin Sinovac tidak benar, karena Brazil, Turki, Chile, Singapore, dan Filipin juga memesan ; bahkan Mesir sedang negosiasi untuk dapat memproduksi vaksin.
Kesimpulan.
Menurut rekan-rekan peneliti vaksin : Jangan takut dengan Sinovac ataupun Pfizer – BioNTech.
Kedua-duanya adalah vaksin baru. Produsen dan developer tidak akan gegabah melempar produknya ke pasaran karena ada sanksi internasional perusahaannya ditutup atau diblokir dari dunia biopharmaceutical yang sangat kecil ruang lingkupnya.
“Jalan pandemi masih panjang dan keputusan yang dibuat oleh para pemimpin dan warga dalam beberapa hari mendatang akan menentukan perjalanan virus dalam jangka pendek dan kapan pandemi ini pada akhirnya akan berakhir, ” ujar Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutib dari AFP, Saptu 5 Desember 2020.
Penulis : dr. Mulyadi Tedjapranata
Editor : Wawan