Penulis: Bang Icoel
Tokoh Betawi yang bicaranya selalu adem dan mewarisi “darah biru” ulama Betawi terkemuka KH Abdullah Syafi’i (kakek) dan Hj Tuti Alawiyah (ibu) adalah Prof. Dr. H. Dailami Firdaus, SH, LLM. Saya memanggilnya Bang Ferdi, sementara orang kebanyakan mengenal beliau dengan “brand” Bang Dai, sesuai nama akun YouTube-nya.
Saya bilang bicaranya adem, sebab saat membahas topik apa pun, ujungnya tidak pernah lepas dari pemberdayaan anak yatim. Ratusan anak yatim beliau tampung di Pesantren Assyafi’iyah. Suatu ketika beliau pernah cerita soal rupiah yang dikeluarkan untuk mengelola pesantren tersebut per bulannya, dan saya sangat takjub mengetahui besarannya. Banyak banget.
Namun saya lebih takjub lagi, Bang Ferdi mengucapkan itu tanpa beban. Tak seperti kebanyakan tokoh yang ketat mengawal neraca untung-rugi kegiatan sosialnya. Keyakinan Bang Ferdi mempertahankan napas pesantren bukan hanya lantaran itu semua warisan Kakek dan Ibu tercinta, tapi lebih dari itu menjalankan perintah agama.
Saya meyakini, kesuksesan Bang Ferdi selama ini banyak ditopang oleh berkah dan doa anak-anak yatim yang beliau pelihara.
Sebelumnya saya lebih menghitung Bang Ferdi sebagai cendekiawan atau intelektual Betawi, lantaran kiprahnya dalam memajukan Universitas Islam Assyafi’iyah (UIA). Namun setelah beberapa kali bertemu, saya menyadari multiperannya mulai melebihi apa yang pernah dilakukan Sang Kakek dan Ibu dulu.
Bang Ferdi selain pendakwah dan pendidik yang mumpuni (UIA), organisatoris ulung (BKMT), pebisnis andal, politisi yang tidak neko-neko, juga pembelajar dan komunikan yang luar biasa. Bang Ferdi belajar banyak hal, mulai teknologi robot hingga memaksimalkan media sosial, khususnya YouTube yang kini sudah punya ribuan subscriber.
Saat kebanyakan politisi menganggap pelawak sebagai vote gather dan badut pelengkap penderita semata. Bang Ferdi justru dekat dengan mereka, sedekat-dekatnya. Hubungan dia dengan Komeng, Miing, Tarsan, Denny Project Pop, dan banyak lagi bukan seperti Godfather dan para penghibur, tapi lebih seperti bapak dan anak.
Mereka berkolaborasi dalam berdakwah dan menghibur masyarakat. Bang Ferdi bahkan memberi kesempatan para pelawak melanjutkan kuliah dengan beasiswa di UIA. Karena dia tahu, melawak bukanlah profesi seumur hidup. Pendidikan penting sebagai bekal jika kelak ingin menekuni bidang lain atau berbisnis.
Kehangatan Bang Ferdi tak pernah berubah, di mana pun berjumpa. “Makasih bang ude dateng. Ini gedung bagus kan? Nanti silakan bikin kegiatan di sini,” ucapnya menyambut saya, saat hadir di acara peluncuran buku “Berkhidmat Untuk Umat dan Bangsa” di Graha Alawiyah, UIA, 12 Desember 2021.
Buku setebal lebih dari 400 ratus halaman, dengan hard cover itu menjadi semacam mini biografi Bang Ferdi. Berisi kumpulan tulisan, testimoni para tokoh, dan ratusan foto kenangan yang menjadi saksi bisu perjalanan karir anak kedua dari 5 bersaudara ini.
Selain itu, perayaan rahasia disiapkan oleh pihak keluarga di tengah-tengah acara peluncuran buku yang dihadiri sejumlah tokoh penting, di antaranya Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar, mantan Ketua MK Jimly Assiddiqie, dan banyak lagi. Termasuk tokoh-tokoh dan pimpinan ormas Betawi. Ternyata hari itu Bang Ferdi berulang tahun.
Selain buku dan perayaan ulang tahun, ada satu hal lagi yang melengkapi kebahagiaan Bang Ferdi. Yakni pelantikannya sebagai Anggota DPD RI pergantian antarwaktu (PAW) pada 16 Desember 2021, menggantikan Sabam Sirait yang meninggal dunia. Tiga hal itu menjadi hattrick Bang Dai di bulan Desember yang membuat wajahnya selalu sumringah.
Selamat atas hattrick-nya, Bang Prof. Terima kasih sudah menjaga dengan baik dan mengembangkan warisan KH Abdullah Syafi’i dan Hj. Tuti Alawiyah – dua ulama besar yang kami cintai – melebihi ekspektasi. Dia yang di atas sana memang tidak pernah tidur menjaga orang-orang yang istiqomah menjaga dan merawat anak yatim.