Ini Perbedaan Covid-19 Varian Delta dan Mu

066284400 1589517871 ilustrasi virus corona covid 19copyright by diy13 Shutterstock ok
Ilustrasi/Net

Satusuaraexpress.co – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah mewaspadai mutasi virus corona (Covid-19) varian Mu atau B.1.621 yang dikhawatirkan dapat kebal vaksin. Di sisi lain, saat ini varian Delta atau B.1.617.2 dilaporkan mendominasi kasus infeksi di dunia.

Mu merupakan varian kelima Covid-19 yang diawasi oleh WHO sejak Maret lalu. Meski dibutuhkan penelitian lebih lanjut, WHO memperingatkan varian ini memiliki sejumlah mutasi yang menunjukkan dia bisa lebih tahan terhadap vaksin.

“Varian Mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan,” kata WHO dalam sebuah pernyataan beberapa waktu lalu seperti dikutip dalam laporan surat kabar The Washington Post.

Data awal menunjukkan ada penurunan efektivitas vaksin, mirip dengan yang terlihat untuk varian Beta. WHO mengatakan akan memantau penyebaran varian Mu di kawasan Amerika Selatan, bersamaan dengan varian Delta.

Varian MU membawa setidaknya 21 titik mutasi di materi genetic SARS-CoV-1, sembilan di antaranya berada di lonjakan protein virus. Mutasi kunci dari varian Mu antara lain N501Y seperti varian Alpha, E484K seperti varian Beta, dan P681H seperti varian Delta.

Sampai saat ini penyebaran varian Mu di antara kasus Covid-19 di dunia berada di bawah 0,1 persen

Pakar penyakit menular dan genomik di Universitas San Francisco de Quito di Ekuador, Prof. Paúl Cárdenas mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap perkembangan varian Mu.

Varian Mu memiliki tingkat resiko penyebaran yang tergolong rendah. Hingga kini WHO juga mencatat tingkat penyebaran belum mengalami peningkatan yang melonjak.

Varian Mu pertama kali terdeteksi di Kolombia pada awal tahun lalu dan kini sudah menyebar ke 40 negara. Varian ini sudah menjalar hingga Amerika Serikat, beberapa bagian Eropa dan Amerika Selatan, serta Jepang.

Berbeda dengan varian MU, Covid-19 varian Delta mempunyai kemampuan untuk menginfeksi dengan mudah dan cepat. Varian itu pertama kali terdeteksi di India dan menyebar ke lebih dari 60 negara, termasuk Indonesia.

Bhakti Hansoti yang merupakan profesor kedokteran darurat dan kesehatan internasional di Universitas Johns Hopkins, mengatakan infeksi varian Delta di India dan AS menunjukkan gejala yang sama seperti virus Sars-CoV-2 awal. Namun, gejala yang nampak akibat infeksi varian Delta cenderung lebih parah.

Hansoti mengatakan dokter menemukan kemungkinan peningkatan gangguan pendengaran, sakit perut parah dan mual pada pasien yang terinfeksi varian Delta.

Dalam banyak kasus, pasien infeksi varian Delta kebanyakan harus dirawat di rumah sakit dan lebih memerlukan perawatan serta pasokan oksigen, di samping mengalami komplikasi. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *