Satusuaraexpress.co – Ledakan kasus Covid-19 di Indonesia pasca liburan ditengarai disebabkan adanya infeksi virus corona baru varian Delta dari India. Data di Kementerian Kesehatan sampai 13 Juni 2021 menunjukkan sudah ada 107 kasus varian Delta (B.1.617.2) di Indonesia, sementara varian Alpha (B.1.1.1.7) ada 36 kasus dan varian Beta ada 5 kasus, jadi memang varian Delta mendominasi VOC yang dilaporkan di Negara kita.
Melansir data Satgas Covid-19, hingga Jumat (18/6/2021) ada tambahan 12.990 kasus baru yang terinfeksi corona di Indonesia. Sehingga kumulatif menjadi 1.962.266 kasus positif corona. Sementara itu, kasus suspek Covid-19 sampai hari ini sebanyak 111.635
Total kasus sembuh hingga saat ini 1.779.127 kasus. Jumlah pasien Covid-19 di Indonesia yang meninggal dunia sebanyak 54.043 orang. Ledakan kasus Covid-19 di berbagai daerah, yang antara lain dipicu varian virus SARS-CoV-2, yakni Delta, perlu di respons secara komprehensif.
Varian baru virus corona ini tentu menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan masyarakat. Apa yang menyebabkan virus tersebut bermutasi? Apakah varian baru ini lebih berbahaya dari sebelumnya? Dan apakah vaksin tetap bisa diandalkan untuk mencegah varian baru virus corona ini?
Penyebab Virus Corona Bermutasi Jadi Varian Baru.
Dikutip dari Hopkins Medicine, varian virus terjadi jika ada perubahan (mutasi) pada gen. Stuart Ray, M.D., wakil kedokteran untuk integritas dan analitik data, mengatakan bahwa sifat virus RNA seperti virus corona yang berevolusi dan berubah secara bertahap. Perbedaan geografis cenderung menghasilkan varian yang berbeda secara genetik.
Mutasi pada virus, termasuk virus corona yang menyebabkan pandemi Covid-19, bukan hal baru atau tidak terduga. Semua virus RNA bermutasi seiring waktu. Hal ini mirip dengan virus flu yang sering mengalami perubahan struktur genetik. Itulah sebabnya, dokter menyarankan setiap orang mendapatkan vaksin flu baru setiap tahunnya.
Ray dan rekan sesama peneliti, melihat beberapa varian virus corona yang berbeda dari versi yang pertama kali terdeteksi di China. Dia mencatat bahwa satu versi mutasi dari virus corona terdeteksi di tenggara inggris pada September 2020.
Varian itu sekarang dikenal sebagai B.1.1.7, dengan cepat menjadi versi paling umum dari infeksi virus corona yang menyerang di Inggris. Hal ini terhitung sekitar 60 persen dari kasus Covid-19 baru pada bulan Desember 2020. Varian lain juga muncul di Afrika Selatan, Brasil, California, dan daerah lain.
Peristiwa mutasi virus corona membuat sifat dan karakteristiknya berbeda dari virus induk atau virus awal. Ada yang lebih cepat menular, ada yang memiliki tingkat keganasan lebih lemah dan sebagainya. Misalnya, strain virus baru corona yang ditemukan di Inggris, Jepang, Afrika Selatan, dan Brasil. Varian baru ini terjadi bisa terjadi di mana saja, termasuk di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan varian virus baru ini 50 hingga 70 persen lebih menular daripada aslinya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, varian baru virus corona di Inggris sudah terdeteksi di 60 negara. Melansir dari laman The Guardian, Rabu (20/1/2021), dibanding minggu lalu, jumlah tersebut bertambah 10 negara.
Kasus Covid-19 di India terus meningkat belakangan ini disebabkan virus corona varian baru, yaitu B.1.617. Virus ini bahkan telah menyebabkan penambahan lebih dari 300.000 kasus per harinya yang tentunya menjadi rekor tertinggi di dunia. Padahal, beberapa bulan lalu India telah dinyatakan hampir berhasil untuk mengatasi pandemi ini dengan adanya pemberian vaksin.
Disebutkan jika virus corona B.1.617 ini juga telah menghilangkan nyawa ribuan orang, hingga menyebabkan sektor kesehatan di negara tersebut benar-benar terancam. Selain itu, dikabarkan jika varian baru ini telah terdeteksi di Indonesia dari 10 orang India yang masuk ke sini (26/4). Lalu, apa saja yang harus diketahui tentang virus corona jenis B.1.617 ini.
Virus Corona B.1.617
Virus memang dapat bermutasi sepanjang waktu dan menghasilkan varian yang terbaru dan berbeda. Sebagian besar mutasi yang terjadi mungkin tidak berbahaya, tetapi bisa jadi lebih membahayakan. Pada virus corona, varian B.1.617 sudah termasuk mutasi yang membahayakan dan pertama kali terdeteksi di India pada Oktober 2020 silam.
Beberapa varian yang mesti mendapatkan perhatian lebih saat telah bermutasi karena berpotensi untuk:
Lebih mudah untuk ditularkan dibandingkan dengan jenis (strain) aslinya.
Menghasilkan efek samping atau dampak yang lebih parah dibandingkan virus aslinya.
Dapat meloloskan diri dari kekebalan, seperti vaksin atau sistem imun yang terbentuk dari infeksi Covid-19 sebelumnya. Apabila semua bukti tersebut terjadi bahkan lebih dari satu poin yang telah disebutkan, maka varian ini sudah harus mendapatkan perhatian khusus karena dapat menimbulkan masalah yang lebih besar. Maka dari itu, varian baru yang berasal dari India ini harus benar-benar dihentikan sejak awal sebelum masuk dan menyebar jauh di Indonesia.
Varian B.1.617 Lebih Menular
Dipercaya jika varian baru ini dapat lebih mudah menyebar dibandingkan jenis aslinya. Hal ini disebabkan mutasi yang terkandung di dalamnya, yaitu L452R, yang memengaruhi lonjakan pada protein virus. Protein ini disebut-sebut dapat memudahkan virus corona untuk masuk lebih dalam dan menimbulkan dampak buruk.
Mutasi L452R dapat mengubah lonjakan protein yang berinteraksi langsung dengan ACE2, molekul di permukaan sel yang diikat oleh virus untuk masuk ke dalam. Mutasi dari protein ini memungkinkan virus untuk mengikat sel dengan lebih stabil. Selain itu, mutasi lainnya adalah E484Q yang juga mampu membuat infeksi lebih mudah terjadi. Maka dari itu, varian baru ini disebut dengan mutasi ganda. Lalu, apakah Covid-19 jenis baru ini lebih berbahaya?
Penelitian masih terus dilakukan untuk virus corona B.1.617 sejauh ini.
Disebutkan jika tidak ditemukan infeksi yang lebih parah atau viral load, yang lebih tinggi pada varian baru ini. Namun, hal yang harus menjadi perhatian adalah kemanjuran vaksin terhadap B.1.617. Sebagian besar vaksin dikembangkan untuk melawan virus corona dengan menargetkan protein lonjakan.
Umumnya, protein dari virus berada di permukaan luar, ini yang akan dideteksi oleh sistem kekebalan selama infeksi dan menghasilkan antibodi yang efektif untuk melawan. Apabila mutasi yang terjadi telah mengubah bentuk protein lonjakan, maka antibodi yang dihasilkan mungkin menjadi kurang efektif.
Data – data WHO terkini.
Data World Health Organization (WHO) per 8 Juni 2021 menyampaikan aspek- aspek yang terkini tentang varian Delta.
Pertama, varian Delta memang terbukti meningkatkan penularan. Di Inggris dilaporkan ada 42.323 kasus varian Delta, naik 70 persen dari minggu sebelumnya, atau naik 29.892 kasus hanya dalam waktu satu minggu saja. Juga, “Public Health England (PHE)” melaporkan bahwa varian Delta ternyata 60 persen lebih mudah menular dari pada varian Alpha. Juga waktu penggandaannya (doubling time) berkisar antara 4,5 sampai 11,5 hari.
Kedua, tentang “secondary attack rates” , data terbaru dari Inggris menunjukkan bahwa “secondary attack rates” varian Delta lebih tinggi daripada Alpha. “Secondary attack rate” varian Delta adalah 2,6 persen dan yang varian Alpha sebesar 1,6 persen pada mereka yang ada riwayat bepergian, serta 8,2 persen pada varian Delta dan 12,4 persen pada varian Alpha pada kontak kasus yang tidak riwayat bepergian.
Ketiga, tentang dampaknya membuat penyakit menjadi lebih berat dan parah, dan atau menyebabkan kematian. Data yang dikumpulkan WHO sampai 8 Juni 2021 menunjukkan hal ini masih belum terkonfirmasi (not confirmed), tapi memang ada laporan peningktan harus masuk rawat inap di rumah sakit. Di sisi lain, memang ada beberapa laporan yang membahas tentang kemungkinan lebih beratnya penyakut yang ditimbulkan varian Delta.
Keempat, dampak varian Delta terhadap kemungkinan terinfeksi ulang sesudah sembuh, memang ada laporan bahwa pada varian Delta terjadi penurunan aktifitas netralisasi.
Kelima, aspek terhadap diagnosis, sejauh ini belum ada laporan ilmiah yang sahih tentang dampat varian Delta terhadap pemeriksaan Covid-19 dengan RT PCR dan atau rapid antigen.
Keenam, dampak varian Delta terhadap efikasi vaksin,yang data hasil penelitiannya masih terus mengalir dari waktu ke waktu. Laporan awal dari Inggris menunjukkan ada sedikit penurunan efektifitas vaksin Pfizer BioNTech dan AstraZeneca terhadap varian Delta dibandingkan dengan varian Alpha. Penelitian lain yang dipublikasi di Jurnal Internasional bernama Lancet menemukan adanya penurunan netralisasi pada varian Delta yang diberi vaksin Pfizer, lebih tinggi dari penurunan netralisasi pada varian Alpha dan Beta. Dari berbagai data yang ada maka secara umum pemberian vaksin Pfizer dan AstraZeneca dua kali masih dapat melindungi terhadap varian Delta, tetapi memang harus dua kali dan jangan hanya satu kali.
Waspada pada Varian Virus Corona B.1.617
Kementerian Kesehatan India telah menyatakan peningkatan kasus ini bisa jadi tidak terkait dengan mutasi yang ada. Hal ini karena mutasi dari B.1.617 telah terdeteksi dalam jumlah yang cukup tinggi, sehingga tidak bisa dipastikan akibat varian baru tersebut. Meski begitu, ini mungkin saja akibat kurangnya data sehingga belum dapat dipastikan seberapa berbahaya jenis virus baru ini.
Memang masih terlalu dini untuk menentukan jika varian baru ini dapat menjadi ancaman yang signifikan untuk pengendalian virus. Meski begitu, ada baiknya untuk tetap menerapkan protokol kesehatan setiap saat, yaitu menggunakan masker, melakukan social distancing, dan rajin mencuci tangan. Jika sudah berkesempatan mendapatkan vaksin, ada baiknya disambut dengan baik untuk menghindari dampak buruk saat Covid-19 benar-benar menyerang.
Perhatian terhadap Varian Baru Virus Corona di Indonesia
Varian baru virus corona juga menjadi perhatian khusus dan kekhawatiran pakar epidemiologi Indonesia dari Griffith University, Dicky Budiman. Melansir dari lamanKompas.com, Dicky menyampaikan kekhawatirannya akan timbulnya strain baru “made in Indonesia” yang akan memperburuk situasi pandemi di negara ini.
Hal itu ia sampaikan ketika membahas penuhnya fasilitas rumah sakit di sejumlah kota di Indonesia saat kasus infeksi virus corona terus meningkat. Kemunculan strain virus baru di Indonesia bukan masalah akan muncul atau tidak. Namun, hal ini hanya menjadi masalah waktu.
Kemunculan varian baru virus corona diawali dari tidak terkendalinya kondisi pandemi. Saat penanganan dan penyebaran virus tidak sebanding, maka banyak pihak yang kewalahan. Nah, saat itulah infeksi semakin banyak.
“Semakin banyak orang terinfeksi, artinya semakin banyak virus. Semakin banyak virus menginfeksi manusia artinya dia semakin banyak yang bereplikasi di dalam tubuh manusia,” jelas Dicky.
Peningkatan kasus Covid-19 kemungkinan didominasi varian virus corona B.1.1.7 Alpha yang lebih dulu beredar, sedangkan varian Delta B.1.617.2 sudah ditemukan di Bangkalan,Kudus dan DKI Jakarta.
Varian Delta merupakan varian super,yaitu lebih cepat menular,50-70 persen ketimbang Alpha, menimbulkan kepararahan pasien 2,5kali lebih tinggi di Inggris dan bisa menyiasati antibody yang terbemntuk, sehingga mereka yang sudah di vaksin bisa terpapar kembali.
Itulah yang perlu diketahui mengenai penyebab munculnya varian baru virus corona. Tentunya hal ini dapat menambah kekhawatiran di tengah pandemi yang belum kunjung berakhir.
Usaha pencegahan dengan mematuhi protokol kesehatan harus tetap berlanjut hingga semua orang mendapatkan vaksin, meskipun setelahnya. Tampaknya untuk saat ini mematuhi protokol kesehatan adalah cara terbaik untuk pencegahan untuk melindungi diri, keluarga, dan orang terdekat.
Saat penularan merebak, pembatasan mobilitas penduduk perlu diperketat di sertai perluasan pemeriksaan dan pelacakana kasus, peningkatan kapasitas rumah sakit,serta percepatan vaksinasi. Pembatasan mobiltas ini setidaknya dilakukan pada 70 persen populasi pendududk dan diberlakukan tiga minggu atau dua kali periode infeksius dari penyebab Covid-19.
Implementasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro dinilai tidak efektif karena tidak disertai pengawasan sehingga target penurunan kasus tidak tercapai. Pembatasan mobilitas juga perlu didukung kesiapan sistim kesehatan dan komunitas agar intervensi itu efektif. Diperlukan pembentukan satgas di wilayah RT/RW agar bisa memonitor mobilitas masyarakat bersama tokoh masyarakat, tokoh agama.
Ketua Tim Genomik FKKMK UGM Gunadi menjelaskan dengan dasar kalkulasi matematika, para ahli menyimoulkan varian delta 41-60persen lebih menular dari pada varian Alpha. Varian Alpha 70 persen lebih menular dibandingkan varian dari Wuhan.
Sekretaris Eksekutif Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Julitasari Sundoro menyampaikan, pelaksanaan vaksinasi Covid-19 perlu ditingkatkan dalam upaya pengendalian pandemic. Semakin besar jumlah penduduk yang divaksinasi akan makin melindungi masyarakat dari penularan Covid-19.
Vaksin Covid-19 yang ada saat ini tetap bisa melindungi masyarakat dari varian baru virus corona SARS-CoV-2 termasuk varian Delta.
Pemerintah memperluas sasaran vaksinasi Covid-19 untuk mencapai kekebalan komunal atau herd immunity.
Kesimpulan
Kita masih harus terus mengikuti perkembangan hasil penelitian untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat tentang dampak varian Delta ini pada perjalanan penyakit Covid-19 dan perkembangan pandemic global.
Diperlukan kewaspadaan terhadap ledakan kasus Covid-19 dengan melakukan mikro lockdown skala RT dan memperpanjang PPKM mikro 15-28 Juni 2021.
Perlu strategi baru komunikasi dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat bersama pemerintah,
Ingat risiko tertular mungkin tidak hanya membunuh diri Anda sendiri, tetapi juga berisiko pada orang tua,suami,istri, dan anak-anak dirumah Anda.
Ingatlah bahwa jenis varian baru virus corona saat ini belum ada obatnya, dan vaksin yang tersedia tidak efektif.
Jangan abai virus corona SARS-CoV-2 masih mewabah.
Ber Iman dan ber Hikmat dengan melakukan protocol kesehatan 3M, 3T dan vaksinasi secara benar-benar maksimal,bukan hanya sekedar optimal. Sementara itu jumlah pemeriksaan whole genome sequencing juga harus terus ditingkatkan agar kita dapat gambaran yang lebih pasti berapa besar masalah varian Delta atau mungkin varian lebih baru lagi yaitu Delta plus atau varian lain yang ditemukan di Negara kita.
Bersama kita bisa melawan Covid-19.
Salam sehat.
Jakarta 19 Juni 2021
Dr. Mulyadi Tedjapranata