Mengurai Masalah Harga Telur Yang Semakin Menurun, Yang Memicu Peternak Marah Hingga Membuang Telur

Mengurai Masalah Harga Telur Yang Semakin Menurun, Yang Memicu Peternak Marah Hingga Membuang Telur

satusuaraexpress.co – Harga telur yang semakin melorot di pasaran. Per hari ini saja harganya hanya berada di kisaran Rp22 ribu per kilogram (kg) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) atau jauh dari kisaran normal di Rp27 ribu sampai Rp28 ribu per kg.
Sementara di tingkat peternak (on farm), rata-rata harga nasional hanya sekitar Rp17 ribu sampai Rp18 ribu per kg. Realisasinya lebih rendah dari patokan yang ditetapkan pemerintah melalui Permendag Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen yang sebesar Rp19 ribu hingga Rp21 ribu per kg.

dikutip dari cnnindonesia.com, Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi mengatakan penurunan harga telur terjadi karena berkurangnya serapan dari wilayah Jabodetabek dan Bandung. Selain itu, penurunan juga terjadi akibat imbas pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah demi menekan penyebaran corona.

ini karena, kebijakan itu berdampak pada pendapatan dan penurunan daya beli masyarakat.

“Peternak menyampaikan keluhan serapan telur menurun dari Jabodetabek dan Bandung karena produksi telur nasional 12.800 ton per hari. Padahal, penyerapannya 60 persen ada di daerah Jabodetabek dan Bandung,” kata Musbar kepada CNNIndonesia.com, Senin (25/1).

Kondisi ini mengakibatkan penumpukan di gudang penyimpanan telur milik peternak. Padahal, gudang hanya bisa menyimpan telur untuk 1-2 hari saja.

Selebihnya telur berpotensi busuk padahal pasokan dari peternak terus berdatangan.
Ia menambahkan saat ini saja, telur dari para peternak sudah sekitar seminggu di gudang. Hal ini pun membuat pedagang menekan harga jual telur sehingga turut menurunkan harga yang diterima petani.

“Karena stok menumpuk kan otomatis peternak berusaha menjual, asal keluar saja pokoknya. Itu (stok telur) harus keluar karena ayam kan bertelur setiap hari,” ucapnya.

Celakanya di tengah penurunan permintaan itu, peternak juga tengah menghadapi kenaikan harga pakan ayam. Menurut catatannya, harga pakan ayam naik Rp250 sampai Rp500 per kg sejak Desember 2020 hingga saat ini.

Dengan kenaikan harga pakan, seharusnya harga telur naik sekitar Rp500 sampai Rp1.000 per kg. Sayang, yang terjadi justru sebaliknya.

Lihat juga: Harga Telur ‘Kemurahan’, Peternak Banting Rak Dagangan
“Kenapa harga pakan naik? Karena bahan baku kita 35 persen impor, bungkil kedelai atau soybean milk ini naik luar biasa sekitar 55 persen kenaikannya. Kenapa bisa naik? Karena bahan bakunya kedelai naik,” terangnya.

Atas kondisi ini, Musbar meminta pemerintah melalui Kementerian Perdagangan segera turun tangan. Ia ingin Kementerian Perdagangan meningkatkan harga acuan dalam Permendag Nomor 7 Tahun 2020.

“Dalam rapat 22 Januari kemarin, kami mohon kepada Kemendag, supaya harga telur dievaluasi, kami minta dinaikkan supaya harga dasar dari on farm itu bisa dinaikkan menjadi paling rendah Rp23 ribu per kg-Rp25 ribu per kg,” ujarnya.

Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan masalah harga telur saat ini memang sangat kompleks dan sudah barang tentu membuat peternak frustasi.

Ia memberi estimasi hitungan sederhana. Misalnya ada peternak yang memiliki 100 ribu ekor ayam petelur.Dari jumlah itu, yang produktif rata-rata 80 ribu ekor. Maka setidaknya peternak akan panen 80 ribu telur. Jumlah itu setara 5.000 kg.Nah, bila setiap harga telur lagi turun Rp3.000 per kg saja, maka kerugian total bisa mencapai Rp15 juta.

“Kerugian ini harus ditanggung saban hari sampai harga telur membaik lagi. Ini pasti membuat frustrasi,” kata Khudori.Pendapatan yang minus ini tak sebanding dengan beban modal yang harus ditanggung sekitar Rp100 juta per hari untuk biaya pakan dan perawatan.

“Karena ayam gak bisa disuruh berhenti bertelur,” imbuhnya.

Sedangkan bila mengganti pakan ayam dengan yang lebih murah dan tidak impor, kualitas ayam akan terpengaruhi. Begitu juga dengan produktivitasnya pada jangka panjang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *