Galeri  

Kuliah Umum Tentang Perkembangan Betawi, Anies Baswedan: Betawi Menjadi Simpul Pengikat Indonesia

Kuliah Umum Tentang Perkembangan Betawi, Anies Baswedan: Betawi Menjadi Simpul Pengikat Indonesia
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan berikan kuliah umum tentang tantangan masyarakat Betawi, di selenggarakan oleh Gerbang Betawi yang berlangsung secara virtual pada Jumat, (22/1/2021).

Satusuaraexpress.co – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan masyarakat Betawi perlu melakukan langkah antisipatif dan mampu membaca trend data serta menguasai teknologi.

Menurutnya, serbuan modernisasi dunia telah memasuki Indonesia melalui kota Jakarta. Hal ini ia sampaikan melalui kuliah umum Gerbang Betawi yang berlangsung secara virtual pada Jumat, (22/1/2021).

“Sambungkan kajian internasional ke Betawi. Itulah sebabnya harus mempersiapkan diri secara matang menyongsong masa depan,” ujarnya.

Dalam kuliah umum ini, turut mengundang sebagai pemantik Syamsuddin Ch. Haesy dan Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Gerindra Purwanto.

Anies melanjutkan, masyarakat Betawi jangan lengah atas dampak jangka panjang pandemi di masa datang. Penting untuk membaca trend perubahan. Itulah sebabnya Betawi harus menjadi pembelajar sepanjang masa.

“Learning society harus melekat pada masyarakat Betawi.” imbuhnya.

Pada 1990-an para pengusaha ramai-ramai memiliki wartel (warung telekomunikasi). Makin banyak memiliki makin bergengsi. Namun mereka tidak membaca trend sehingga tak tahu kalau beberapa tahun kemudian mereka tergilas oleh kemajuan alat telekomunikasi berupa HP. Mereka pun serentak gulung tikar.

“Itulah sebabnya langkah antisipati menjadi sangat penting. Kemampuan membaca data dan trend teknologi harus dimiliki oleh masyarakat Betawi.” tandas Anies.

Ada tiga kata kunci yang Anies tekankan untuk mengantisipasi perubahan yang begitu cepat. Ketiga kata kunci itu adalah transformasi, berubah, dan bertambah. Di sinilah pentingnya kebudayaan Betawi yang begitu egaliter dan penuh toleransi yang telah dibuktikan sejak 1908, 1928, 1945 hingga saat ini.

“Kebudayaan menjadi pengikat dan Betawi menjadi simpul pengikat Indonesia.” tuturnya.

Anies memastikan bahwa masyarakat Betawi menjadi simpul pengikat kebersamaan dan nasionalisme bangsa.

“Betawi itu fasilitator dan penjahit Indonesia. Masyarakat Jakarta yang pluralistis bersatu dan bersenyawa menjadi Indonesia.” kata Anies.

Tantangan abad ke-21

Budayawan Syamsuddin Ch. Haesy memaparkan tentang tantangan abad ke-21 yang harus dihadapi oleh masyarakat Betawi.

Ia menjelaskan secara rinci tantangan global, regional hingga lokal bagaimana menyelamatkan bumi, menaklukkan pandemi hingga menjembatani keterampilan dengan kearifan.

Menurutnya, tantangan abad ke-21 bagi masyarakat Betawi adalah kegamangan, ketidakpastian, kompleksitas, kemenduaanm pendidikan, religi, ekonomi dan kesehatan.

“Solusi yang ditawarkan adalah dengan meningkatkan kemampuan leadership dalam sosiopolitik dan ekonomi, sedangkan untuk mampu berkompetisi adalah melalui penguatan kompetisi sains dan teknologi.” kata Sem, panggilan akrab Syamsuddin Ch. Haesy.

Sem berpendapat bahwa ideologi dan nilai inti budaya Betawi menjadi bekal yang kuat untuk menjawab tantangan seperti yang disampaikan oleh Gubernur Anies. Ia juga mengingatkan untuk menjaga pola hidup sehat dengan gaya hidup yang islami.

Tawaran tentang perbaikan ekonomi, Sem berpendapat bahwa jiwa entrepreneurship orang Betawi yang tumbuh sejak lama dapat diimplementasikan dengan mengembangkan bisnis secara modern.

Pendapat Sem dikomentari Direktur Eksekutif Gerbang Betawi, dr. Ashari. Ia menyampaikan gerbang Betawi akan meluncurkan Saudagar Betawi yang berperan meningkatkan perekonomian masyarakat Jakarta.

“Dimulai dari sektor usaha mikro, kecil, dan menengah,” imbuhnya.

Sementara Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) Beky Mardani berpendapat bahwa sudah saatnya masyarakat Betawi melakuka ekspansi dan tidak hanya berkutat di persoalan lama yaitu tentang asal usul, keturunan dan kelahiran.

“Sahabat saya yang lahir dan besar di Jakarta berharap mereka juga dirangkul,” katanya.

Menurut Beky, para pendatang yang lahir dan besar di Jakarta merasakan betapa mereka mengalami kesulitan hidup dan kini telah sukses.

“Itu semua atas bantuan orang Betawi. Makanya mesti diwacanakan agar mereka juga diakomodasi sehingga Betawi semakin luas dan membesar.” tandasnya.

Dalam bagian lain, Anies menjelaskan tentang pandemi Covid-19 telah menimbulkan krisis di pelbagai aspek, mulai dari kesehatan, ekonomi, hingga masalah di tingkat keluarga. Dia memaknai krisis ini merupakan percepatan perubahan.

“Jadi ketika ada krisis kesehatan dan ekonomi di masyarakat ini kita merasakan perubahan yang dipercepat,” kata Beky Mardani.

Terdapat babak baru

Anies menyebut, dampak dari perubahan ini akan dirasakan di masa mendatang. Menurut dia, bakal ada babak baru dalam kehidupan dunia setelah pandemi Covid-19.

Karena itulah, Anies menekankan masyarakat perlu belajar membaca tren perubahan. Seperti apa prospek, peluang, dan solusi dalam aspek ekonomi tidak bisa dibaca dengan mengacu pada fenomena lama.

“Kita akan menghadapi lanskap yang beda sekali. Seperti apa lanskapnya, kita belum tahu,” ujar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

Anies mengutarakan dibutuhkan kemauan dan kemampuan untuk melihat yang sedang terjadi di seluruh dunia adalah perubahan masif.

Perubahan itu tampak dari ambruknya beberapa sektor usaha, seperti pariwisata dan transportasi. Di sisi lain, tutur Anies Baswedan, ada juga sektor yang tumbuh, misalnya kesehatan.

“Pandemi Covid-19 di Indonesia dimulai sejak Maret 2020 setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan dua pasien pertama yang terinfeksi virus corona. Hingga kini, pandemi masih melanda, bahkan jumlah pasien Covid-19 terus melonjak.” pungkas Anies Baswedan.

(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *