Sudah Empat Korban Sriwijaya SJY 182 Teridentifikasi Lewat Sidik Jari

Petugas DVI Mabes Polri memeriksa temuan dari lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu, 10 Januari 2021. (Foto: Beritasatu Photo/Joanito De Saojoao)
Petugas DVI Mabes Polri memeriksa temuan dari lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak di perairan Pulau Seribu di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu, 10 Januari 2021. (Foto: Beritasatu Photo/Joanito De Saojoao)

 

Jakarta,satusuaraexpress.co – Kepala Pusat (kapus) Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Bareskrim Polri, Kombes Pol. Hudi Suryanto mengatakan, hingga Selasa (12/1/2021) ada empat korban pesawat Sriwijaya SJY 182 yang berhasil diidentifikasi lewat sidik jari.

Keempat jenazah itu adalah Kopilot Nam Air Fadly Satrianto, Asy Habul Yamin, Khasanah yang teridentifikasi hari ini, dan pramugari Nam Air Okky Bisma yang teridentifikasi kemarin, Senin (11/1/2021)

“Alhamdulillah semunya dari sidik jari, tapi kan kita rekonsiliasi, ketika sidik jari tunjukkan nama si A, properti yang dibawa si A contoh cincin, dan itu dikumpulkan di antemortem dan post mortem. Itu ditunjukka kepada kita kalau dia memakai ini. Itu proses dicocok cocokkan,” kata Hudi di RS Polri, Jakarta Timur.

Hudi menjelaskan, sidik jari adalah proses yang paling mudah dalam mengidentifikasi potongan jenazah. Berbeda dengan mengidentifikasi jenazah melalui DNA yang memakan waktu maksimal sepuluh hari.

“Kalau DNA itu kan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Artinya begini, kalau sudah tidak pakai sidik jari, baru pakai DNA, karena DNA itu butuh waktu lama, semenetara sidik jari hitungan menit saja. Begitu jenazah kita periksa sidik jarinya, kita tempelkan hitung menit saja udah keluar begitu. Tergantung juga data base nya, kalau database di dukcapil kuat, itu juga langsung konek,” kata Hudi.

Namun begitu, Hudi menegaskan bukan berarti DNA tidak dipakai setelah teridentifikasi. DNA tetap dipakai sebagai penguat saat jenazah teridentifikasi lewat sidik jari.

“Nanti ketika DNA sudah berjalan, seminggu atau dua minggu keluar hasil dari DNA, menunjukkan identitas yang sama, itu menunjukkan satu kekuatan identifikasi lagi. Jadi bukan hanya satu cara idnetofikasi sesoreng itu,” kata dia. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *