satusuaraexpress.co – Hujan deras mengguyur wilayah Jakarta sejak beberapa hari terakhir. Hal ini berdampak pada kawasan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara. Wilayah tersebut berada di pesisir pantai sehingga menjadi langganan banjir rob saat air pasang tinggi.
Menurut warga setempat, banjir rob sudah terjadi selama empat hari berturut-turut. Dikatakan oleh Heru Kusuma (42), warga RT 01 RW 022, tempat tinggalnya serta jalanan ke kawasan Pelabuhan Kaliadem hingga pengasinan Muara Angke sudah tiga hari terdampak banjir rob. “Ini sudah hari keempat. Titiknya dari Kaliadem sampai ke wilayah Pengasinan,” kata Heri, kamis (22/10).
Heri menuturkan, ketinggian banjir rob berangsur-angsur naik sejak pertama kali merendam kawasan Muara Angke sejak Minggu (18/10). Ia menyebut, ketinggian air awalnya hanya sekitar 3 sentimeter hingga mencapai 80 senimeter. “Bertahap naiknya, banjir pertama sekitar 30 sentimeter, kedua 50 sentimeter. Nah hari ini (kemarin) kita nggak tahu berapa. Kalau hujan bisa naik lagi airnya,” terangnya.
Bagi Heri, kondisi banjir rob bukan kali pertama terjadi. Namun, menurut Heri banjir rob kali ini merupakan yang terparah setelah bertahun-tahun. Bahkan, bengkel sekaligus tempat tinggalnya yang barada di Jalan Dermaga Ujung, juga kemasukan air. Akibatnya, ia pun harus menutup bengkelnya untuk sementara waktu.
“Selama saya tinggal di sini udah ada sekitar 5 tahun, baru kali ini mengalami yang parah,” ucapnya.
Meski begitu hingga siang (kemarin) belum ada penanganan dari pemerintah setempat terkait adanya banjir rob tersebut.
Baca juga : Penetapan UMP 2021 Tunggu Inflasi dan KHL
Baca juga : Digeruduk Ormas, Pihak RSUD Cengkareng Tegaskan Pasien Yang Dijemput Pulang Positif Corona
Pengurus RW 022 Pluit Saiful menuturkan sedikitnya ada 12 RT yang terdampak banjir rob ini. “Di sini (RW 022) kena semua, ada 12 RT yang terdampak banjir rob ini,” kata Saiful.
Dikatakan Saiful, kondisi banjir rob yang telah terjadi beberapa hari ini berdampak kepada sekitar 2.000 KK. Namun, meski sudah menyiapkan satu masjid untuk pengungsian tapi warga lebih memilih tetap tinggal di rumah masing-masing. “Warga sini kan sudah biasa kena rob begini. Jadi pada nggak mau ngungsi juga,” ujarnya.
Saiful menyebut, ketinggian banjir rob berbeda-beda antara satu wilayah RT dengan lainnya. Ketinggian air terparah berada di wilayah RT 06 dan RT 09 lantaran lokasinya langsung berada di tepi laut. Kondisi air yang merendam permukiman warga tersebut terlihat kotor dan dipenuhi sampah. “Di sana bisa sampe sepinggang banjirnya,” tutupnya. (CR)