satusuaraexpress.co – Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, menyebut klaster keluarga bisa berkontribusi hingga 85% terhadap peningkatan kasus positif Covid-19 di suatu negara jika tidak ada langkah cepat untuk mengatasinya.
“Oleh karenanya, salah stu cara mencegah penyebaran pada klaster keluarga adalah dengan meningkatkan test atau pun pelacakan di tingkat RT/RW dan menempatkan seluruh pasien di tempat isolasi mandiri ke satu lokasi tertentu,” kata Dicky
Akan tetapi juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menyebut, belum ada dan kajian terkait penularan melalui klaster keluarga
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengimbau masyarakat agar mewaspadai kemunculan klaster keluarga Covid-19.
“Klaster keluarga karena kita sampai di rumah, kita merasa sudah aman, justru di situ lah kita harus hati-hati,” kata Jokowi.
Tapi secara lebih rinci, peneliti sekaligus inisiator Pandemictalks, Firdza Radiany, mengatakan penularan virus corona di lingkup keluarga mulai terjadi pada awal Agustus atau dua bulan setelah pemerintah melonggarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Saat itu, kata Firdza, hampir semua pusat perbelanjaan seperti mal, pasar, kafe, restoran, hotel, dan perkantoran mulai diserbu banyak orang.
“Jadi misalnya ayah, ibu, atau kakak kerja di luar atau berpergian entah dia Orang Tanpa Gejala ketika pulang akhirnya menulari. Karena di rumah peralatan digunakan bersama,” jelas Firdza Radiany kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Kamis (10/9).
“Atau sosial kultur di Indonesia yang suka silaturahmi atau berkunjung ke tetangga juga bisa menyebabkan terjadi penularan.”
Data yang dihimpun platform edukasi Pandemictalks menyebutkan, setidaknya ada lima kota yang diketahui terjadi penularan Covid-19 di lingkup keluarga yaitu Bekasi, Bogor, Yogyakarta, Semarang, dan Malang. (GS)