Tradisi Idul Fitri di Indonesia yang Otentik

images 84

Penulis: Ghugus Santri

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki tradisi yang otentik, sebab tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Seperti contoh dalam perayaan Idul Fitri.

Idul Fitri merupakan hari raya umat Islam di seluruh dunia. Di mulai 1 Syawal dengan penetapannya melalui sidang nisbat untuk melihat hilal. Ketika hilal muncul, hal ini ditandakan berakhirnya bulan Ramadhan. Meskipun berbagai golongan memiliki perbedaan dalam menetapkannya.

Namun, hal itu pun menjadi cirikhas unik bagi bangsa Indonesia. Sebagai mana ideologi ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang berarti berbeda tetapi tetap satu.

Sejumlah kebiasaan yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam menghiasi perayaan Idul Fitri, menjadi hal unik berikutnya setelah perbedaan penetapan munculnya hilal.

Berikut kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menghiasi Hari Raya Idul Fitri dari turun temurun.

1. Takbiran

Secara bahasa, takbiran adalah membacakan kalimat takbir; Allahu Akbar 3x Laa ilahaillallah wallahu akbar Allahu akbar walillahilhamd (versi singkat).

Biasanya dibacakan di masjid dengan menggunakan speker. Ada juga dengan diiringi musik perkusi seperti bedug. Masyarakat muslim bertakbiran biasanya hingga menjelang pagi saat dimulai sholat Idul Fitri.

2. Tasyakuran menyambut 1 Syawal

Meskipun tidak semua masyarakat melakukan hal ini. Namun sebagian masyarakat melakukan dengan nilai sosial, kebersamaan satu sama lain.

Bentuk kebersamaannya dapat dilihat dengan masyarakat membawa makanan ke musholah. Sebelum, bersantap bersama, Tasyakuran diawali dengan berdzikir membacakan tahlil bersama.

3. Halal bihalal

Inilah satu hal otentik yang dilakukan muslim di Indonesia. Bentuk tradisi halal bihalal dilakukan masyarakat dengan cara dengan bersilaturrahim seraya saling bersalaman satu sama lain.

Meski mempunyai nama khas Arab, namun halabihalal merupakan tradisi otentik nusantara dan tidak diturunkan oleh negara di belahan bumi lain. Kehadiran halalbihalal juga tak disebutkan secara eksplisit oleh Alquran maupun hadis.

Namun, bukan berarti halalbihalal termasuk ajaran Islam yang ilegal. Dalam penamaan istilah halalbihalal memang tidak ada dasar yang jelas, akan tetapi nilai-nilai ajaran dan praktik dalam halalbihalal memiliki dasar hukum yang kuat dalam al-Quran dan hadis.

4. Budaya sungkeman

Dalam kebudayaan Jawa, istilah sungkeman digunakan sebagai bentuk rasa hormat kepada orang tua dan simbol permintaan maaf. Hal serupa juga terjadi ketika halalbihalal. Masyarakat biasanya akan melakukan sungkem kepada orang tua sebagai tanda permintaan maaf mereka. Bahkan, tak sedikit orang yang meneteskan air mata ketika melakukan sungkeman.

Tradisi sungkeman dalam edisi lebaran ini sebenarnya sudah dilakukan pada masa Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaraan. Saat itu, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I beserta seluruh abdi dalem berkumpul dan saling bermaafan setelah melakukan salat Ied. Pada tahap pertama yang melakukan sungkem para istri dan putra dalem. Pada tahap kedua baru para sentana dan abdi dalem.

Bentuk dan pelaksanaannya pun relatif baku. Waktu itu, semua yang terlibat mengenakan pakaian Jawa resmi dan antre secara tertib. Lalu, Raja duduk di singgasana, dan yang melakukan sungkem duduk bersimpuh, melakukan sembah dan mengucapkan kalimat-kalimat tertentu yang sudah baku.

Hingga saat ini pun, budaya sungkeman masih menjadi tradisi halalbihalal yang tidak boleh ditinggalkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *