sastusuaraexpress.co – Blood and Oil: Mohammed bin Salman’s Ruthless Quest for Global Power merupakan buku yang mengungkapkan kehidupan mewah seorang Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS). Buku tersebut dijadwalkan rilis hari Selasa, (1/9/2020) dari Hachette.
Buku yang di tulis oleh 2 jurnalis Bradley Hope dan Justin Scheck tersebut merupakan dua wartawan Wall Street Journal yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk investigasi. Sehingga hasil investihasi tersebut berhasil mengungkapkan gaya hidup mewah sang pangeran yang menjadi tuan rumah pesta dengan 150 model cantik dari berbagai negara.
Dalam buku tersebut bercerita ada ratusan model yang diterbangkan dari Brazil, Rusia, dan tempat lain, diangkut ke sebuah pulau pribadi di Maladewa untuk berpesta dengan hanya beberapa lusin pria dari Timur Tengah.
Mohammed bin Salman merupakan tuan rumah dalam pesta tersebut.
Latar waktu saat itu menunjukan Juli 2015, saat itu Putra Mahkota Saudi berusia 29 tahun dan menjabat sebagai Menteri Pertahanan Saudi. Meski sekarang ini, Mohammed bin Salman adalah seorang Wakil Perdana Menteri, pewaris takhta dan di antara orang paling kuat di Timur Tengah. Dia juga termasuk salah orang terkaya di Arab Saudi.
Selanjutnya buku itu menyebutkan, pesta yang dijadwalkan berlangsung selama hampir sebulan itu bertempat di Velaa, sebuah resort di Maladewa yang dirancang untuk menjadi salah satu tujuan termewah dan termahal di dunia.
“Itu adalah liburan yang cocok untuk seorang pangeran,” tulis Bradley Hope dan Justin Scheck dalam buku mereka.
Menurut buku tersebut, seluruh resort yang ada di pulau itu di sewa Mohammed, sedangkan dirinya berada di resort bernama Velaa dengan kocek sewa yang dikeluarkan sebesar USD50 juta kala itu.
Setiap lebih dari 300 staf resor mendapatkan bonus USD5.000 selain tip uang tunai yang murah hati. Pekerja yang sama biasanya berpenghasilan hanya USD1.000 hingga USD1.200 sebulan.
Dia sangat ingin agar pesta itu tidak dimuat di koran, itu karena Mohammed dan krunya menghargai privasi di atas segalanya.
“Mohammed tahu bahwa kaum muda Arab Saudi lelah dengan puluhan tahun pengeluaran yang tidak biasa oleh keluarga yang berkuasa dan frustrasi dengan akun online. Rumah mewah pangeran, berbelanja di Harrods, dan mobil sport berlomba di jalanan Mayfair (London),” tulis penulis buku tersebut.
Karenanya untuk menjaga kerahasiaan pesta tersebut, para staf dilarang membawa smartphone di pulau itu.
“Mereka hanya bisa membawa Nokia 3310 model “candy bar” untuk keperluan komunikasi. Dua karyawan dipecat karena melanggar aturan.” ungkap penulis.
Para wanita cantik yang didatangkan, sebelum masuk vila mereka di stes STDs terlebih dahulu. Sehingga ditugaskan beberapa staf khusus untuk menyapa dan mengantar wanita – wanita mengunakan kereta golf ke fasilitas medis.
“Hanya setelah tes dilakukan dan para wanita menetap di vila mereka, pesawat amfibi yang membawa Mohammed bin Salman dan teman-temannya tiba,” tulis dua penulis.
Diungkapkan buku tersebut, beberapa nama artis papan atas dunia untuk menghibur pesta besar tersebut di antaranya, Pitbull, rapper Korea “Gangnam Style”; Psy, dan DJ Afrojack. Menurut Private Island News, Jennifer Lopez dan Shakira juga dijadwalkan tampil kala itu.
Pesta berlangsung setiap malam diisi dengan keseruan DJ dan band bermain di lantai dansa yang menghadap ke kolam renang, sementara aksi kecil lainnya dimainkan di panggung yang tersebar di seluruh pulau.
Dalam beberapa kasus, Mohammed mengandalkan stafnya sendiri, seperti saat menyajikan alkohol, yang dilarang di Arab Saudi. Staf Velaa dijaga tetap di pinggiran.
“Karena (orang) Saudi tidak ingin terlihat minum oleh penduduk dari negara Muslim lain,” imbuh buku tersebut.
Ketika matahari muncul pesta berakhir dan para tamu undangan bersantai-santai di vila yang telah di sewa tersebut.
Satu malam terjadi keriuhan para pria dan model yang bersorak ketika Mohammed mengambil alih meja DJ dan mulai memutar rekaman pilihannya.
“Sementara Afrojack menjauh sambil bergumam, berhati-hati untuk mengutuk dengan keras hanya ketika dia berada di luar jangkauan pendengaran pangeran,” lanjut penulis buku tersebut.
Acara belum tuntas, sebuah insiden terjadi. Kabar tentang Mohammed bin Salman mengadakan pesta bocor ke publikasi lokal. Mengetahui hal tersebut Mohammed meminta agar berita tersebut dicabut.
Disamping itu, buku tersebut juga mengungkapkan kemewahan dan gaya hidup yang hedon seorang Mohammed. Ia membeli Serene, superyacht setinggi 439 kaki yang membawa kemewahan ke tingkat yang ekstrem.
Putra mahkota membayar lebih dari USD500 juta untuk kapal pesiar mewah itu kepada bos vodka Rusia yang memilikinya—sekitar dua kali lipat biaya aslinya.
Dengan luas sekitar 48.000 kaki persegi, kapal pesiar itu memiliki lebih banyak ruang daripada pusat perbelanjaan Grand Central. Itu dilengkapi dengan dua helipad, dermaga kapal selam, ruang tontonan bawah air, Jacuzzi, bioskop, dan tangga spiral yang menghadap ke grand piano.
“Itu ramping dan mewah, cocok untuk menjamu tamu VIP, tapi juga bisa berubah menjadi istana pesta untuk malam dengan teman dekat,” tulis kedua penulis.
Hedonism sang pangeran tidak cukup sampai di situ, untuk bersantai di lahan kering, tim MBS juga membeli istana Prancis yang mencolok di dekat Versailles—dengan air mancur, tanah megah, dan bahkan parit—seharga lebih dari USD300 juta.
Diungkapkan bahwa pengeluaran berlebihan putra mahkota adalah reaksi terhadap asuhannya yang sederhana (menurut standar kerajaan Saudi). Menurut buku itu, adalah uang, atau kekurangannya, yang membentuk Mohammed sebagai seorang anak.
Mohammed bin Salman adalah anak kedelapan dari Raja Salman dan anak pertama dari ibunya, istri ketiga raja. Sebagai anak muda, dia menyukai scuba diving, makanan cepat saji dan video game, termasuk serial “Age of Empires”.
Tidak seperti beberapa saudara kandungnya, MBS tidak pergi ke luar negeri ke Inggris atau Prancis untuk sekolah. Dia tinggal di Arab Saudi, dan menurut buku tersebut, kehadiran itu membantunya belajar secara mendalam tentang kelemahan para pesaingnya dalam keluarga kerajaan.
Buku itu juga menceritakan mengenai Mohammed bin Salman ketika berusia 15 tahun. Dia mengetahui dari seorang sepupunya bahwa ayahnya tidak mengumpulkan kekayaan yang serius, meskipun telah menjabat selama beberapa dekade, dan telah menjadi berutang budi kepada para pangeran dan pengusaha.
“Itu adalah kejutan dan tantangan pertama yang saya hadapi dalam hidup saya,” katanya kala itu.
Kecemasan finansial tersebut membuat MBS mulai mencari cara untuk mendapatkan uang. Dia mendekati ayahnya dengan permintaan yang tidak biasa untuk seorang pangeran; Dia ingin membuka toko. Ayahnya hanya tertawa.
Namun, dengan segera, dia menghasilkan uang sungguhan. Pada usia 16 tahun, dia telah mengumpulkan sekitar USD100.000 dari penjualan koin emas dan jam tangan mewah yang diberikan sebagai hadiah oleh keluarganya yang kaya. Dia mulai berdagang saham.
Dia kemudian mulai meluncurkan perusahaannya sendiri. Dia mendirikan bisnis pengumpulan sampah dan sekelompok perusahaan real estate.
Koneksi pemerintahnya juga membantu melapisi kantongnya. Dia dan bangsawan lainnya terlibat dalam perdagangan setelah regulator menemukan mereka membeli perusahaan secara besar-besaran sebelum pengumuman yang layak diberitakan.
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi maupun pihak Mohammed bin Salman belum berkomentar atas publikasi buku dua jurnalis tersebut.