Reporter: Ghugus Santri
Satusuaraexpress.co – Fakultas Ekonomi dan Sosial Universitas Amikom Yogyakarta bekerjasama dengan Forum Kajian Wilayah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menggelar Forum Kajian Wilayah yang pertama dengan judul Belajar dari Kebangkitan Multisektor Vietnam.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 23 April 2021 pukul 13.00-15.00 WIB melalui media Zoom Cloud Meeting dengan diikuti 39 partisipan.
Forum Kajian Wilayah ini menghadirkan empat pendiskusi, yaitu: Lamijo, M.Phil (Peneliti Pusat Penelitian Kewilayahan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Laksmindra Saptyawati, MBA (Dosen Prodi Kewirausahaan Universitas Amikom Yogyakarta).
Selain itu juga dihadiri Seftina Kuswardini, M.A (Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta) dan Atika Fatimah, M.Ec. Dev (Dosen Prodi Ekonomi Universitas Amikom Yogyakarta) serta dipandu oleh moderator Muhammad Zuhdan, S.IP., M.A. (Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Amikom Yogyakarta).`
Lamijo, M.Phil menyampaikan bahwa Vietnam menjadi salah satu negara tersukses yang mampu mengelola dan menangani pandemi Covid-19 serta mampu secara cepat bangkit dari keterpurukan yang diakibatkan pandemi.
Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Vietnam pada masa pandemi Covid-19 (2020) masih di angka yang positif yaitu 2,91 persen.
Negara Vietnam menganut single party yang dalam membuat kebijakan diambil oleh pemerintah dengan lebih cepat dan efisien. Kebijakan pemerintah saling bersinergi antara sekjen, perdana mentri dan presiden.
Selain itu, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan cepat diketahui oleh masyarakat Vietnam secara luas dengan menggunakan speaker yang berfungsi untuk mempublikasikan informasi dari pusat ke daerah.
Selain itu, kesuksesan Vietnam mengatasi pandemi Covid-19 dengan beberapa cara yaitu sistem pemerintah Vietnam yang kuat dan mempunyai peta biru dalam menangani pandemi, melakukan tracing secara massif, melakukan lockdown secara ketat, penerapan teknologi dalam penyebaran informasi dan budaya masyarakat yang mematuhi peraturan pemerintah.
Vietnam lebih terdepan membuat petunjuk penanganan Covid-19 di awal mula pandemi terjadi di berbagai negara di dunia. Hal tersebut dikarenakan Vietnam telah belajar dari pengalaman sebelumnya mengenai penanganan virus seperti virus SARS dan flu burung.
Dari sudut pandang ilmu ekonomi, Atikah Fatimah, M.Ec.Dev menyebutkan bahwa sektor ekonomi Vietnam bangkit dengan melakukan liberalisasi perdagangan yaitu memangkas tarif baik ekspor dan impor, investasi asing yang masuk cukup besar sehingga mendorong sektor riil, nilai tukar Vietnam cukup stabil, subsidi listrik untuk industri, investasi pendidikan dan investasi infrastruktur terutama internet yang sangat memadai.
Selain itu, Vietnam sangat fokus terhadap peningkatan ekspor dan investasi serta mengusai peluang pasar terutama pasar Eropa. Sektor manufaktur Vietnam yang berbasis ekspor antara lain:industri tekstil dan elektronik.
Pada industri tekstil, Vietnam bergabung dengan Global Value Chain (GVC) dan mendapat dukungan pemerintah dalam negeri yang sangat kuat. Biaya produksi tekstil di Vietnam cukup rendah dikarenakan bahan baku tekstil diproduksi di dalam negeri.
Industri manufaktur Vietnam berkembang pesat dengan adanya pabrik kedua Samsung yang memproduksi ponsel dan tablet PC serta pada saat pandemi terjadi peningkatan produksi.
Vietnam sekarang ini mengembangkan sumber energi terbarukan yaitu energi geothermal (sumber tenaga surya) yang lebih murah dibandingkan energi fosil dan tidak membebani anggaran negara.
Pada sisi kewirausahaan, Lasmindra Saptyawati, MBA menyatakan jika kita bisa belajar dari Vietnam yang berhasil menduduki negara ekspor kopi terbesar nomor 2 dunia setelah Brazil dan berhasil menyalip Indonesia dengan 90% produksinya pada kopi robusta.
Di Asia, skala ekspor kopi Indonesia lebih unggul sedangkan Vietnam lebih unggul di pasar Eropa dan dunia (harga jual kopi lebih tinggi di Eropa).
Produktivitas kebun kopi Vietnam yang tinggi jadi kunci Negara komunis tersebut menggeser posisi Indonesia walaupun secara luasan lahan kedua negara tersebut tak jauh berbeda.
Lebih lanjut, ia menyoroti dari indikator The Global Entrepreneurial Index 2019 yang menunjukkan bahwa Vietnam berada di posisi 73 lebih unggul dua tingkat dibandingkan Indonesia yang berada di posisi 75.
Kesehatan kewirausahaan di Vietnam lebih unggul dari Indonesia dari sisi human capital, high growth, internationalization, risk capital, dan technology absorption. UMKM di Indonesia lebih banyak dari Vietnam tetapi Vietnam lebih baik pada internationalization dan produktivitasnya.
Dari persektif hubungan internasional, Seftina Kuswardini, S.IP., M.A. menyebutkan berbagai totalitas dan ivestasi juga dilakukan oleh Vietnam seperti meningkatkan nilai ekspor seperti pada sektor perikanan yang terjadi peningkatan pada permintaan udang.
Hal ini dikarenakan Vietnam mengadakan rotasi pasar secara proaktif dan memanfaatkan peluang di masa pandemi Covid-19 sehingga dapat menguasai competitor.
Kemudian, beliau juga menekankan pentingnya meningkatkan kualitas hasil industri dan menjalin kerjasama perdagangan bebas dengan banyak negara sehingga produk mereka menjadi lebih kompetitif tepatnya yaitu dengan harga murah serta menyiapkan logistik dan infrastruktur yang mumpuni guna menunjang kegiatan industri dan daya tarik investasi.
Ada beberapa hal yang dapat dipelajari oleh Indonesia dari Vietnam. Kita dapat ambil dari sisi kebangkitan ekonomi, teknologi, reformasi politik dan lain-lainnya untuk Indonesia kedepannya.
Kebangkitan ekonomi Vietnam terlihat dari pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat kita gunakan sebagai acuan untuk pengambilan kebijakan yang tepat untuk Indonesia.
Banyak hal yang perlu dilihat dalam membangun kolaborasi dari beberapa sektor dan mengaitkan semua aspek dalam bentuk kolaborasi penelitian sehingga menghasilkan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk Indonesia.
Selain itu, pemerintah Indonesia perlu melihat dari Vietnam mengenai pentingnya investor asing dan peningkatan komoditas ekspor dalam iklim perdagangan global sehingga tidak bergantung pada negara lain. (gs)