Satusuaraexpres.co | Jakarta -Salah satu upaya mencegah aksi bullying atau perundungan terhadap para kepala sekolah, guru, tata usaha sekolah negeri dan swasta sebanyak 438 tenaga pendidik di Jakarta Barat mengikuti Sosialisasi Pemahaman Bullying yang diinisiasi Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat Wilayah I dan II di Ruang MH Thamrin, Gedung Blok B Kantor Wali Kota Jakarta Barat, Kamis (5/9/2024).
Kegiatan sosialisasi ini menghadirkan narasumber antara lain dari Kejari Jakbar, Jan Fanther Rio S, Prof. Dr. Hj. Anna Mariana SH., MH., MBA, Rizal, Tuti Susilawati dan Tyaswati Wuryaningsih dan moderator Wawat Rusmanawati dan Hasim.
Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto yang membuka acara sosialisasi mengapresiasi dan menyambut baik kegiatan ini untuk memberikan pemahaman kepada para tenaga pendidik dalam rangka mencegah serta mengantisipasi tindak perundungan di sekolah.
“Bullying harus menjadi catatan dan perhatian bukan saja di sekolah namun pihak keluarga juga berperan aktif mencegah Bullying,” kata Uus.
Uus berharap, dengan sosialisasi ini para peserta dapat menyerap materi yang disampaikan dari para narasumber dan dapat diterapkan di sekolah dan lingkungan masing-masing untuk mencegah terjadinya kasus Bullying.
“Kita tidak pernah mengharapkan terjadi Bullying di sekolah maupun di lingkungan masing-masing,” katanya.
Bagaimanapun mengantisipasi agar jangan sampai terjadi kasus bullying atau tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan.
“Ini lebih kepada memberikan pemahaman agar bersama-sama memiliki satu pandangan yang sama,memiliki satu tekat yang sama untuk menjaga jangan sampai terjadi bullying di masing-masing sekolah,di luar sekolah, tempat para guru atau luar sekolah mengajar,” terangnya.
Sementara itu Kepala Sudin Pendidikan Wilayah I Jakarta Barat, Diding Wahyudin mengungkapkan kegiatan diikuti sebanyak 438 peserta terdiri dari para kepala sekolah, guru, tata usaha sekolah negeri dan swasta mulai dari tingkat SD, SMP, SMA dan SMK se-Jakarta Barat.
“Sosialisasi bertujuan memberikan pemahaman terkait Bullying khususnya kepada para tenaga pendidik demi mencegah terjadinya kasus Bullying,” tandasnya.
Narasumber Prof. Dr. Hj. Anna Mariana SH., MH., MBA menekankan pentingkan komunikasi orangtua dengan anak, komunikasi orangtua murid dengan guru.
Ia menyampaikan solusi menyelesaikan maraknya terjadi bullyng komunikasi dalam keluarga merupakan elemen penting untuk menjamin terwujudnya rasa aman di lingkungan keluarga. Jika orang tua berkomunikasi dengan anak, orang tua tersebut berusaha agar apa yang disampaikan dapat dimengerti anak. Komunikasi dalam keluarga baik verbal dengan kata-kata maupun komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh dapat terjadi disetiap gerak langkah kegiatan sehari-hari harus selalu dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling memerlukan. Bahkan, komunikasi dalam keluarga menjadi proses pendidikan bagi orang tua yang mentransfer pengetahuan.
Cara mengatasi atau yang menjadi suatu solusi bagaimana mengantisipasi dan menangani ini agar tidak meluas, mungkin berbagai aspek yang memang harus kita sesama-sama komunikasikan dalam menghadapi anak-anak yang kecenderungan membully
“Jadi kebanyakan anak-anak menganggap bully ini sesuatu yang keren. Kebanyakan guling ini dilakukan tidak sendiri, tapi berkelompok, yang mungkin bully ini tidak mendapatkan pengertian tentang arti bully, bully itu apa. Maka dilakukan secara yang menjadi kebiasaan, yang tadi hanya guling bercanda atau hanya guling sekedar main-main, tapi ini jadi berkelanjutan yang dianggap berdampak baik. Padahal salah, karena kalau berkepanjangan maka itu tidak menjadi hal yang sangat berbahaya,” jelasnya.
Anna mengatakan, satu tips atau saran bagi pelajar-pelajar sekolah kami, solusinya sebetulnya kalau kita mau kompak mulai dari guru tidak akan mungkin bisa maksimal cuma dengan waktu yang beberapa saat belajar dengan murid-murid sekolah.
Orang dirumah mengajarkan bisa dihitung. Banyak tidak punya. kesempatan yang tidak mempunyai waktu, hanya mengandalkan kepada pembantu rumah tangga. Anak-anak ini perlukan kontrol
Jadi mereka butuh pengertian, tanggapnya orang tua pada anak-anaknya, apa yang dia lakukan, ada peran komunikasi yang baik antara orang tua dan anak-anak. Banyak pasif dan menganggap anak-anaknya ini laporan dari Bantunya.
Ada yang ditanya, sekolah aman, sekolah baik, hasil pelajarannya baik, dan sekolahnya baik.Padahal kebanyakan punya masalah yang tidak bisa diungkapkan.Yang harusnya mau curhat sama orang tuanya, akhirnya curhatnya sama pembantu di rumah.
Pembantu di rumah karena sibuk, masak, dan sebagainya, maka tidak bisa konsen.Jadi akhirnya, anak-anak mengandalkan kepada pembantu, walaupun tidak ada solusi yang dia dapat.Ini mungkin sebatas apa yang bisa diangkat, tapi meskipun itu tidak memberikan solusi.
Kadang-kadang pembantu juga mencurahkan hal-hal yang sensitif, Lalu sudah bermasalah berat, baru ketahuan sama orang tuanya ada laporan dari sekolah,
Persoalan-persoalan bully ini kuncinya peran komunikasi aktif antara orang tua dan sekolah, orang tua dan anak.”Jadi kalau komunikasi yang terbangun dengan baik seluruh orang tua, komunikasi antara guru dengan orang tua.Dan juga berkomunikasi antara guru dengan orang tua, begitu pun orang tua dengan siswa dan masyarakat.Maka tentunya fungsi kontrol sudah terbangun dengan baik, maka tentunya fungsi kontrol dari masing-masing”, terangnya.
Bagaimanapun mengantisipasi agar jangan sampai terjadi kasus bullying atau tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan.
Karena, kadang-kadang, anak-anak kecederungan yang melakukan tindakan-tindakan di luar ketahuan orang tua ini karena kelampiasan, dan dia masuk dalam kehidupan yang salah, jadi kebentuk kelampian saat ini. Pelajaran sejarah dan budaya etika tidak diajarkan
Diajarkan pelajaran bagaimana memahami budaya, bersama-sama dengan guru dan orang tua.
Kalau ini tidak terbangun komunikasi, jangan berharap anak-anak murid kita persoalan bully ini akan berhenti.
Sedangan narasumber Umar Abdul Azis mengutarakan mengapa bully disekolah terjadi itu terkait penanganan di sekolah kesimpulan ditangan kepala sekolah yang memiliki kesimpulan di sekolah itu
Lalu bagaimana cara mengapresiasi penanganan bully di sekolah yang tidak dilakukan terlebih dahulu.
Umar juga menyinggung masalah guru yang bertugas diwilayah yang jahu dengan tempat tinggalnya.
Dimisalkan dia tinggal di Joglo jangan ditempatkan di Jakarta Pusat, sudah makan waktu berapa lama.”Ini akan menjadikan efek psikologis,”. Maka Umar sudah obrol kepada Kadis bahwa itu perlu diperhatikan.
Umar juga ingatkan kepada para pendidik agar jangan takut dengan wartawan,
“Pak ibu, kalau ada wartawan-wartawan di sekolah, tanya identitasnya.
Kemudian Umar mengatakan, agar persoalan bully tidak langsung keranah hukum.maka sekolah perlu membuat kebijakan dengan orangtua murid, jika terjadi kesalahpahaman atau kejadian kekerasan diselesaikan secara. kekeluargaan.
Umar juga menyarankan sekolah sekolah untuk didampingi jika terjadi persoalan hukum dengan lembaga hukum. Agar jika ada persoalan hukum yang tidak dimengerti bisa dibantu.
[]