Satusuaraexpress.co – Indonesia masih mengimpor berbagai peralatan elektronik rumah tangga, sepatu, juga garmen, mainan anak-anak hingga alat tulis perkantoran. Bahkan, alat mesin pertanian juga masih diimpor.
Tak heran, jika Presiden Joko Widodo pun mengungkapkan kejengkelannya karena masih maraknya barang impor untuk pengadaan barang dan jasa pemerintahan. Di hadapan para gubernur, bupati, dan walikota, Presiden mengaku sedih dan heran, apalagi dengan besarnya anggaran pengadaan barang dan jasa.
Seandainya saja, kata dia, pengadaan barang dan jasa pemerintahan secara konsisten membeli produk buatan industri dan UKM dalam negeri, akan memacu pertumbuhan ekonomi.
“Kok enggak kita lakukan, bodoh sekali kita kalau enggak melakukan ini. Malah beli barang-barang impor, mau kita terus-teruskan, ndak. Ndak bisa,” kata Presiden saat memberi arahan dalam acara Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia ditayangkan Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (25/3/2022).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, secara umum, kebutuhan komoditas impor terus meningkat di tahun kedua pandemi. Terlihat dari realisasi impor barang konsumsi yang mencapai US$20.182,8 juta selama Januari-Desember 2021 atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya US$14.656,0 juta. Juga impor bahan baku/penolong US$147.380,2 juta dan barang modal US$28.627,0 juta, yang masing-masing lebih tinggi dibandingkan periode Januari-Desember 2020.
Data BPS menunjukkan, Indonesia masih mengimpor barang migas, pupuk, minyak nabati, kulit hingga tekstil. Juga mengimpor kaca dan tembikar, dari peralatan makan hingga traktor, bahkan peralatan dan komponen alat mesin pertanian (alsintan).
Juga, Indonesia mengimpor beragam produk mulai dari hewan hidup hingga hasil produksi industri. Mulai dari ikan beku hingga peralatan sinematografi.
Impor alsintan tahun 2021 mencapai US$269,87 juta dan traktor mencatat nilai impor US$58,32 juta.
Sementara, nilai impor tembikar mencapai US$19,43 juta dan nilai impor sepatu/ alas kaki tahun 2021 bahkan mencapai US$732,23 juta.
Baby carriages, mainan anak-anak dan perlengkapan olah raga juga masih diimpor sebesar US$421,57 juta.
Hingga perlengkapan dan alat tulis kantor masih harus impor US$256,91 juta pada 2021.
Meski industrinya sudah tersedia di dalam negeri, pada Februari 2022, Indonesia mengimpor laptop termasuk notebook dan subnotebook US$171,37 juta.
Sepanjang tahun 2021, impor furnitur dan bagiannya tercatat sebanyak US$712,60 juta, peralatan rumah tangga elektrik dan non-elektrik sebesar US$994,27 juta.
Meski dikenal dengan rempahnya, Indonesia pun masih mengimpor lada sebanyak 318,68 ribu kilogram dengan nilai US$ 1,52 juta. Jumlah impor ini turun 47,21% dibandingkan tahun 2020 sebanyak 603,64 ribu kilogram.
RI juga mengimpor kelapa sebanyak 2.473 ton atau turun 46,3% dibandingkan tahun 2020 sebanyak 4.605 ton. Untuk nilai impornya tercatat sebesar US$ 4,22 juta. Impor kelapa ini berasal dari tiga negara yakni Thailand, Filipina dan Australia.
Bahkan, mengimpor teh sebanyak 10.609 ton atau turun 28,84% dibandingkan impor tahun 2020 yang sebanyak 14.908 ton. Sedangkan nilai impor sepanjang tahun 2021 tercatat sebesar US$ 23 juta.
Teh ini diimpor Indonesia dari lima negara utama. Pertama terbanyak berasal dari Vietnam, kemudian disusul oleh Kenya, lalu Thailand serta China dan Sri Lanka.