Satusuaraexpress.co – Ahli epidemiologi dan pimpinan teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk COVID-19, Maria Van Kerkhove, menyebut subvarian Omicron BA.2 alias ‘Omicron siluman’
menyumbang proporsi kasus COVID-19 yang terus meningkat dan berpotensi memicu lebih banyak infeksi. Jika mengalahkan kecepatan penularan Omicron BA.1 yang sebelumnya sudah marak beredar, bakal berbahayakah imbasnya?
Diketahui, BA.2 kini sudah menjadi varian Corona dominan di Denmark dan Afrika Selatan dalam beberapa pekan terakhir. Spesialis penyakit menular menyebut, BA.2 terpantau lebih menular dibandingkan Omicron tipe BA.1 yang sebelumnya diketahui dominan.
Penyebaran BA.2 terjadi ketika Amerika Serikat dan sejumlah negara lain mulai pulih dari lonjakan kasus COVID-19 beberapa waktu terakhir akibat varian Omicron.
Menurut Kerkhove, WHO kini tengah memantau penurunan kasus di sejumlah negara. Akan tetapi, pihaknya juga waswas soal kemungkinan kasus COVID-19 bakal meningkat lagi akibat BA.2.
“Kami juga perlu melihat, apakah ada perlambatan penurunan (kasus COVID-19) atau akankah kita mulai melihat peningkatan lagi?” ujarnya, dikutip dari Newsweek, Selasa (22/2/2022).
“Yang kami khawatirkan adalah jika kami mulai melihat peningkatan, meski saya tidak mengatakan kami sudah melihat peningkatan, kami bisa melihat beberapa infeksi lebih lanjut dari BA.2 setelah gelombang besar BA.1 ini. Saya tahu banyak orang khawatir tentang ini, tetapi ini adalah yang kami lihat,” imbuhnya.
Namun Kerkhove menambahkan, hingga kini WHO belum melihat perbedaan keparahan imbas infeksi varian Omicron BA.1 dan BA.2.
Kini, penelitian tengah berlangsung untuk mengetahui risiko pasti BA.2. baru-baru ini, sebuah penelitian dari Jepang menyebut subvarian Omicron lebih berbahaya dan memiliki kemampuan kabur dari vaksin COVID-19, lebih besar dari BA.1. Penelitian tersebut dilakukan terhadap kultur hewan dan sel.
Para peneliti Jepang merekomendasikan BA.2 untuk diklasifikasikan Variant of Concern (VoC) yang terpisah. Namun, para ahli lain masih meyakini hasil dari penelitian hewan di Jepang belum tentu relevan dengan manusia.
Lainnya, penelitian dari Inggris menyebut efektivitas vaksin COVID-19 terhadap BA.2 setara dengan efektivitas terhadap BA1 dalam mencegah penyakit berat pada pasien COVID-19. Khususnya, jika pasien tersebut sudah menerima suntikan vaksin COVID-19 booster.
(am)