Satusuaraexpress.co – Simak sejarah bendera putih sebagai simbol menyerah setelah bendera ini digunakan para pedagang dan pengusaha di sejumlah daerah.
Pasca-pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) baik darurat maupun level 4, banyak pengusaha di sejumlah daerah memasang bendera putih. Sebagian dari mereka memasang bendera putih sebagai bentuk protes terhadap pemerintah karena sejak penerapan PPKM, bisnis mereka sepi.
Sebagian lagi memasang bendera putih sebagai tanda menyerah atas kebijakan PPKM yang digulirkan pemerintah sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19.
Pengusaha dan warga yang memasang bendera putih itu tersebar di sejumlah daerah. Misalnya di Malioboro, Yogyakarta, para pedagang memasang bendera putih sebagai tanda menyerah karena PPKM menyebabkan dagangan mereka sepi dan ekonomi lumpuh.
Selanjutnya, di Jawa Barat sebanyak 600 restoran dan 500 hotel juga mengibarkan bendera putih. Selain tanda menyerah, pengibaran bendera merah putih ini juga sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang dinilai tidak peduli.
Sejarah bendera putih
Bendera putih sebagai tanda menyerah pertama kali digunakan pada era Dinasti Han Timur pada 25 hingga 220 sebelum masehi. Namun sejarawan Cornelius Tacitus menyebutkan bahwa bendera putih sebagai tanda menyerah digunakan pada 109 sebelum masehi pada Kerajaan Romawi.
Sebelum masa itu, pasukan Romawi mengangkat jirah mereka sebagai tanda menyerah dalam setiap peperangan. Bendera merah putih kemudian dipakai secara meluas pada Abad Pertengahan di Eropa Barat. Warna putih pada umumnya digunakan untuk menunjukkan seseorang Maurice Hugh Keen dalam bukunya, The Laws of War in The Late Middle Ages (1965),
melalui Wikipedia, menyebutkan, warna putih biasanya digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang telah dibebaskan dari pertempuran. Tahanan atau sandera yang ditangkap dalam pertempuran akan menempelkan selembar kertas putih ke topi atau helm mereka.
Garnisun yang telah menyerah dan dijanjikan perjalanan yang aman dengan membawa tongkat putih. Penggunaan bendera putih sebagai simbol kemudian kian meluas ke penjuru dunia. Sejarawan Portugis, Gasper Correia (1550-an) menyebutkan bahwa seorang penguasa India, Zamorin dari Kalkuta melakukan negosiasi dengan musuhnya, Vasco da Gama dengan membawa kain putih yang diikatkan ke tongkat sebagai tanda perdamaian.
Kemudian Hugo Grotius dalam bukunya, De jure belli ac pacis (On the Law of War and Peace), mennuliskan bahwa salah satu teks dasar hukum internasional, mengenal bendera putih sebagai tanda perundingan. Namun ada pula warna putih sebagai simbol lain. Misalnya, Bani Umayyah menggunakan putih sebagai simbol pengingat Perang Badar yang merupakan peperangan pertama Nabi Muhammad Saw.
Lalu Dinasti Fatimah dan Ahlul Bait menggunakan warna putih lawan dari Dinasti Abbasiyah yang menggunakan hitam hitam sebagai warna dinasti mereka. Di Perancis pada abad ke-17, warna putih sebagai simbol puritan. Selain itu, warna putih juga sering digunakan simbol komando militer.