Satusuaraexpress.co – Sekolah tatap muka rencananya akan mulai dilakukan pada Juli 2021. Namun, apakah anak, guru, atau staf dengan kondisi kesehatan tertentu atau memiliki penyakit komorbid bisa kembali ke sekolah? Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud-Ristek), Nadiem Makarim mengatakan pembelajaran tatap muka tetap akan digelar pada Juli 2021.
Menurutnya, dengan kebijakan prioritas vaksin untuk para guru, sudah waktunya pembelajaran kembali dilakukan di sekolah. Namun, Nadiem menekankan bahwa orang tua memiliki hak mutlak menentukan apakah anaknya sudah boleh ikut sekolah tatap muka atau belum. “Itu hak prerogatif orang tua untuk memilih anaknya mau belajar tatap muka atau belajar jarak jauh,” tegas Nadiem dari laman Kemendikbud-Ristek.
Anak dengan penyakit komorbit haruskah masuk sekolah? Menurut dokter spesialis anak dari Primaya Hospital Bekasi Timur, dr Tuty Mariana, SpA, keputusan membolehkan anak kembali ke sekolah bergantung pada situasi penularan Covid-19 di lingkungan terkait.
Selain itu juga tergantung pada kesiapan sekolah dalam memberikan perlindungan dan kesehatan anak itu sendiri. “Bila ada masalah kesehatan yang membuat anak lebih rentan terhadap penularan Covid-19 di sekolah, orang tua sebaiknya memilih pembelajaran jarak jauh dulu,” ujar Tuty dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.
Di sisi lain, Tuty menjelaskan bahwa penyakit penyerta pada umumnya tidak ada atau belum muncul pada anak usia sekolah. Komorbid lebih banyak didapati pada orang dewasa, termasuk orangtua siswa
Itu sebabnya keputusan membuka kembali sekolah di tengah pandemi, menurut Tuty, membutuhkan peran serta semua pemangku kepentingan. Orangtua dan masyarakat umum wajib terus mematuhi protokol kesehatan guna mencegah penularan pada anak-anak siswa sekolah. “Sebab, anak pun bisa terinfeksi virus di rumah atau di jalan saat perjalanan pergi atau pulang sekolah,” imbuh dia.
Bagaimana dengan guru dan staf dengan kondisi kesehatan (penyakit komorbid)? Berdasar sejumlah penelitian terkait Covid-19 dan penyakit komorbid, Tuty menjelaskan, orang tua berusia 60 tahun ke atas dan masyarakat yang memiliki penyakit komorbid lebih berisiko sakit parah dan meninggal ketika terinfeksi virus corona.
“Maka dari itu, aturan pembukaan kembali sekolah mesti mengacu pada data tersebut,” ujar Tuty. Panduan dari pemerintah menyatakan guru dan staf bisa kembali ke sekolah asalkan sehat.
Adapun bila ada penyakit komorbid, mesti dipastikan bahwa penyakit itu dalam kondisi terkendali. (*)