Satusuaraexpress.co – Meski tak dirayakan secara meriah akibat COVID-19, HUT DKI Jakarta yang ke-494 tetap dapat dimaknai lewat catatan sejarah masa lalu yang tak bisa ditinggalkan.
HUT DKI Jakarta yang akan jatuh pada hari Selasa, 22 Juni ini tak lepas dari sejarah panjang penamaannya yang kerap diperdebatkan hingga saat ini.
Mundur ke belakang, setidaknya ada dua pakar ternama yang terlibat dalam proses penentuan hari jadi DKI Jakarta menurut catatan sejarawan Bondan Kanumoyoso dari Universitas Indonesia.
Yang pertama adalah Prof Hoesein Djajadiningrat. Dalam catatan Bondan, Hoesein awalnya mengusulkan 17 Desember sebagai tanggal dan bulan yang tepat untuk memperingati HUT DKI Jakarta.
Namun, lain halnya dengan Prof Soekanto yang beranggapan kalau 22 Juni adalah momen tepat untuk hari jadi kota Jakarta. Adapun terdapat sejumlah alasan, kenapa Soekanto memilih tanggal dan bulan yang akhirnya ditetapkan sebagai HUT DKI Jakarta.
Hal itu merujuk pada beberapa catatan yang menyebutkan, bahwa 22 Juni 1527 merupakan tanggal yang istimewa. Alasannya, momen itu diingat lewat diusirnya pasukan Portugis oleh pasukan Fatahillah.
Yang tak kalah spesial, 22 Juni 1527 juga dimaknai sebagai hari besar agama Islam Maulid Nabi. Hanya saja menurut Bondan, penetapan tanggal oleh Prof Soekanto itu menjadi interpretasi saja karena tak ditemukan dokumen yang khusus memuat hal itu.
Namun, ditetapkannya 22 Juni sebagai hari jadi Jakarta tak serta merta diambil saat Prof Soekanto mengemukakan pendapatnya. Baru empat abad setelahnya di era Wali Kota Sudiro, penetapan tanggal itu resmi disahkan sebagai hari jadi DKI Jakarta.
Terlepas dari perbedaan dalam proses penetapannya, DKI Jakarta tumbuh sebagai kota yang menaungi warganya. Apapun latar belakang dan profesinya. Dimana keberagaman juga menjadi bagian dari DKI Jakarta
Sekali lagi selamat Ulang Tahun untuk DKI Jakarta yang ke-494. Semoga tetap menjadi rumah bagi semua orang dan tangguh dalam menghadapi segala problematika, termasuk pandemi COVID-19 dewasa ini.
(*)