Satusuaraexpress.co – Pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Saat ini, total kasus di Dunia menurut Worldometers 11 Juni 2021 sudah mencapai 175.601.409 orang, dengan jumlah kematian mencapai 3.788.153 orang dan 3.788.153 orang dinyatakan sembuh. Di Indonesia total kasus baru positif bertambah sebanyak 8.892 orang, akumulatif sudah mencapai 1.885.942 kasus terkonfirmasi positif COVID-19, dengan 1.728.914 orang sembuh dan 52.373 orang dinyatakan meninggal.
Varian virus corona B.1.617.2 atau disebut juga dengan varian Delta telah menyebar di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini dikonfirmasi oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, ada 32 kasus yang terdeteksi dari genom sequencing. Secara global, varian Delta telah menyebar di 62 negara.
Para peneliti menduga bahwa varian Delta ini berkontribusi terhadap lonjakan kasus di India dan harus diwaspadai apakah lonjakan COVID-19 di Indonesia disebabkan varian Delta. Pandemi COVID-19 telah menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat global. Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya menekan penyebaran kasus COVID-19, dimulai dengan perubahan pola hidup new normal dengan 3M : Mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir, Memakai masker pada waktu beraktifitas diluar rumah dan Menjaga jarak 1-2 meter ( physical distancing)
Pemerintah telah melakulan vaksinasi dengan prioritas petugas kesehatan, masyarakat lansia, masyarakat yang bergerak dalam ekonomi mikro.
Maka disamping protokol kesehatan 3 M, masyarakat perlu mengetahui bahwa di dalam membantu mengatasi keparahan yang terjadi pada pasien COVID-19 perlu mengkonsumsi suplemen vitamin dan mengkonsumsi probiotik.
Hubungan microbiota usus dengan COVID-19
Gao, et al. ( 2020 ) dalam Journal of Digestive Disease menyebutkan, berdasarkan laporan Rumah Sakit Universitas Wuhan, virus SARS-CoV-2 ditemukan pada feses dan hasil swab test anus pasien COVID-19. Oleh karena itu, ada kemungkinan penularan infeksi COVID-19 melalui feses-oral, sehingga perlu diperhatikan kebersihan tangan dan desinfeksi muntahan dan feses pasien. Para peneliti juga menyebutkan pada pasien COVID-19 diperkirakan telah terjadi disbiosis, yang ditandai dengan turunnya populasi gut microbiota yaitu lactobacillus dan bifidobacterium.
Penelitian Bradley et al. ( 2019 ) yang dimuat Cell Reports menunjukkan modulasi microbiota usus dapat mengurangi enteritis dan ventilator- associated pneumonia, serta mencegah replikasi virus tahap awal di epitel sel paru. Dengan demikian modulasi microbiota usus dengan probiotik dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi COVID-19.
Microbiota usus yang sehat
Fungsi gizi dan kesehatan usus harus dijaga pada pasien COVID-19 dan disarankan mengkonsumsi makanan yang bergizi bersama probiotik maupun prebiorik untuk mengatur keragaman microbiota usus. Keragaman microbiota usus dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayur, buah, dan kacang- kacangan serta membatasi makanan olahan dan junk food.
Mengkonsumsi yogurt secara teratur dapat membantu memperbaiki keanekaragaman microbiota usus, karena yogurt mengandung probiotik. Sumber probiotik yang lain adalah kefir dan teh kambucha. Makanan berbasis sayuran atau yang difermentadi seperti kimchi, sauerkraut, dan tempoyak adalah pilihan lain yang baik.
Peran Probiotik pada COVID-19
Probiotik diartikan sebagai mikroorganisme hidup yang apabila dikonsumsi dalam jumlah cukup dapat menjaga kesehatan tubuh, melalui kesehatan usus.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa virus penyebab COVID-19, yaitu SARS-CoV-2 ternyata juga mampu menyerang sel epitel usus, yang berujung pada gangguan saluran cerna dan ditandai dengan diare. Gangguan keseimbangan gut microbiota pada pasien COVID-19 telah dilaporkam oleh Zuo Tao, dkk ( 2020 ) pada journal Gastroenterology. Para peneliti ini mencermati perubahan gut microbiota pada 15 pasien COVID-19 yang dirawat di Hongkong dengan berbagai tingkat keparahan penyakit.
Pada orang sehat, bakteri komensal yang dominan adalah Eubacterium, Farcalibacterium prausnitzii, Roseburia dan Lachnospiraceae.
Peran bakteri dalam menyehatkan usus ini adalah melalui produksi short chain fatty acid, menjaga sistim imun tubuh, serta memiliki sifat anti inflamasi. Pada pasien COVID-19, ternyata populasi beberapa komensal bakteri baik menurun, diikuti dengan peningkatan patogen oportunis yang dapat merugikan. Beberapa bakteria bahkan dapat memperparah kondisi pasien COVID-19.
Kondisi gangguan keseimbangan gut microbiota inilah yang disebut sebagai DISBIOSIS. Beberapa makalah yang mereview hubungan antara probiotik dan pasien COVID-19 telah muncul di tahun 2020. Disbiosis pada pasien COVID-19, diduga juga disebabkan oleh pemberian antibiotika pada COVID-19. Hal inilah yang dipakai sebagai landasan teori Tim PUI-PT Probiotik UGM, yang saat ini sedang melakukan penelitian hubungan konsumsi probiotik lokal ( Probio Gama), di dalam membantu mengatasi disbiosis gut microbiota pada pasien COVID-19. Harapan para peneliti, probiotik yang mampu hidup di usus dapat membantu menyehatkan kembali kondisi usus. Kondisi usus yang sehat berperan di dalam mendukung sistim imun tubuh.
Kesimpulan
Memilih makanan yang mendukung microbiota usus yang sehat, mengelola mental tetap aktif secara fisik dan cukup tidur akan membantu menjaga sistim imun. Dengan meningkatnya imunitas, diharapkan COVID-19 dapat diatasi. Tentu saja perlu dilakukan penelitian yang mendukung peran probiotik di dalam mengatasi COVID-19, khususnya jenis probiotik serta dosis yang tepat.
Jakarta, 12 Juni 2021
Dr. Mulyadi Tedjapranata.