Sejarah Jl. Daan Mogot Hingga Kisah Heroiknya

Daan Mogot

Satusuaraexpress.co – Bagi warga Jakarta dan Tangerang, jika mendengar nama Daan Mogot pastinya sudah tak asing lagi. Terlintas nama jalan raya yang menghubungkan kedua wilayah tersebut.

Jalan yang memiliki panjang 27,5 kilometer ini membentang dari Kota Tangerang hingga Grogol Jakarta Barat. Jalan ini juga merupakan salah satu akses utama warga dari Tangerang ke Jakarta maupun sebaliknya.

Namun, sebagian orang banyak yang belum mengetahui mengapa jalan tersebut dinamakan Daan Mogot?.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari buku sejarah, Daan Mogot adalah nama pahlawan nasional, pejuang kemerdekaan Indonesia. Nama aslinya adalah Elias Daniel Mogot.

Pria berparas tampan ini, lahir di Manado, 28 Desember 1928. Ia adalah anak ke lima dari tujuh bersaudara dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang. Daan Mogot pindah ke Jakarta pada usia 11 tahun, saat Ayahnya ditugaskan menjadi Kepala Lapas Cipinang, Jakarta Timur.

Ia merupakan penggagas Akademi Militer (Akmil) atau juga yang populer saat ini Sekolah Perwira.

Saat menggagas Akmil, usianya baru belasan tahun. Pada usia 14 tahun, dia adalah anggota salah satu organisasi miiter pribumi bentukkan Jepang, Pembela Tanah Air (PETA) bertugas di Bali. Padahal saat itu pihak Jepang mensyaratkan bahwa anggota militer yang dibuatnya harus berusia minimal 18 tahun.

Bergabung dengan TKR

Setelah kemerdekaan, Daan Mogot bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pada usia 16 tahun, ia sudah berpangkat Mayor, kemudian diangkat menjadi Direktur Akmil Tangerang.

Bersama Kemal Idris temannya saat masih di Tabanan, Bali, ia mendirikan Akmil Tangerang pada tanggal 18 November 1945. Daan Mogot adalah orang yang pertama kali menjadi Direktur Akmil Tangerang pada saat usianya belum genap 17 tahun dengan pangkat Mayor.

Monumen Lengkong di Tangerang Selatan, Banten, menjadi saksi sejarah kisah pertempuran heroik yang dipimpin Daan Mogot. Ketika itu, ia memimpin 70 Taruna Akmil Tangerang mendatangi markas tentara Jepang di Desa Lengkong, untuk pelucutan senjata. Turut juga bersamanya Letnan Subianto Djojohadikoesoemo, yang tak lain paman dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

Gugur

Pertempuran Bersejarah Lengkong Pada tanggal 24 Januari 1946, Kepala Staf Resimen IV Tangerang Mayor Daan Jahja menerima informasi intelijen bahwa pasukan Belanda dan KNIL sudah menduduki Parung dan akan merebut depot senjata tentara Jepang di Lengkong. Gerakan militer Belanda itu akan mengancam kedudukan Resimen IV Tangerang dan Akademi Militer Tangerang secara serius.

Pertempuran bersejarah itu berakhir pada 26 Januari 1946, Dalam pertempuran, Mayor Daan Mogot terkena peluru pada paha kanan dan dada. Tapi ketika melihat anak buahnya yang memegang senjata mesin mati tertembak, ia kemudian mengambil senapan mesin tersebut dan menembaki lawan sampai ia sendiri dihujani peluru tentara Jepang dari berbagai penjuru. Berkat kegigihan dan keberanianya akhirnya nama Daan Mogot diabadikan dalam sebuah jalan yang menghubungkan antara Kota Tangerang dengan Jakarta Barat.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *