Satusuaraexpress.co – Upaya pemerintah untuk membangun kekebalan kelompok ( Herd Imunity ) melalui vaksinasi belum selesai, varian baru virus corona sudah bermunculan. Varian baru ditengarai mempunyai pengaruh terhadap efikasi vaksin, karenanya perlu langkah konkrit untuk mencegah penyebaran varian baru virus corona SARS-CoV-2 agar tidak terjadi ledakan seperti di India, ketika kerumunan masa dalam upacara keagamaan dan keenganan memakai masker memicu gelombang kedua penularan Covid-19.
Kementerian Kesehatan meminta masyarakat waspada terhadap tiga varian baru virus corona yang telah masuk ke Indonesia. Tiga varian virus corona itu yakni, B.1.1.7 dari Inggris, varian mutasi ganda B.1.617 dari India dan varian B.1.351 asal Afrika Selatan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, varian B.1.1.7 sudah dikonfirmasi sebagai varian of concern ( VOC ) atau perhatian khusus.
SARS-CoV-2 merupakan jenis virus RNA, dimana virus RNA sangat mudah bermutasi hingga jutaan kali lebih tinggi daripada virus lainnya. Kemudahan bermutasi ini berhubungan dengan meningkatkan virulensi dan evolusi sehingga dapat memberi keuntungan bagi virus. Virus RNA lebih mudah bermutasi karena tidak mempunyai kemampuan proofreading atau mendeteksi adanya kesalahan/error pada DNA dan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan DNA, sehingga kesalahan atau kerusakkan DNA terus berlanjut dan berakibat pada perubahan (mutasi) genetic.
Dilansir dari Deutsche Welle (DW) varian baru virus Corona dari India B.1.617, mengandung sejumlah mutasi yaitu, E484Q dan E484K. Mutasi ini juga telah terdeteksi di varian Afrika Selatan, B.1.351 dan varian Brasil, P1.dalam beberapa kasus , terdeteksi pada varian Inggris B.1.1.7
Pada tanggal 14 Desember 2020, Inggris telah melaporkan temuan mutasi baru virus SARS-CoV-2 kepada WHO. Varian baru itu dinamakan SARS-CoV-2 VOC 2020 12/01 ( Variant of Concern,Year 2020,month 12, variant 01 ),atau disebut juga B.1.1.7 lineage atau 201/501Y.V1.
VOC 202012/01 mengalami mutasi pada bagian daerah yang berikatan dengan reseptor ( receptor binding domain/RBD ) dari protein spike di posisi 501.Mutasi tersebut terjadi ketika ada perubahan asam amino asparagin (N) menjadi tirosin (Y) sehingga disebut N501Y.
Varian ini juga mengalami beberapa mutasi lainnya yaitu:
69/70 deletion : terjadi spontan berulang kali dan menyebabkan perubahan konformasi dari protein spike.
.P681H: suatu area di dekat pembelahan furin S1/S2, yang mempunyai variabilitas tinggi pada virus corona. Mutasi ini juga terjadi spontan dan berulang kali. Furin adalah suatu pro-protein konvertase yang terletak pada trans-Golgi dan teraktivasi pada ph asam. Fungsinya adalah untuk memecah protein precursor sehingga dapat memproduksi protein yang lebih matang dan mempunyai aktivasi biologi.
Sampai tanggal 23 Maret 2021, varian baru VOC 202012/01 telah menyebar ke 125 negara di dunia, termasuk di Indonesia. Meningkatnya angka mortalitas disebabkan karena varian baru mempunyai kemampuan untuk menginfeksi lebih tinggi, sehingga meningkatkan risiko penularan 36-75 persen dan risiko terhadinya gelombang kedua meningkat 13 persen.
WHO menyebutkan bahwa varian baru VOC 202012/01 hanya sedikit mengurangi kemampuan netralisasi pada antibodi sebagai respos imun setelah vaksinasi. Titer netralisasi antibodi masih diatas kadar yang diharapkan untuk bisa melindungi infeksi virus SARS-CoV-2 varian baru. WHO mencatat berbagai peningkatan kasus sampai 49 persen varian B.1.1.7 yang bersirkulasi di Asia Tenggara. Namun, di India varian B1.617 justru yang mendominasi di bandingkan varian B 1.1.7.Khusus tentang B1.617 yang bermula dari India sejak akhir April 2021 WHO sudah menggolongkan galur varian B.1.617 naik kelas sebagai Variant of Interest (VOI), bersama dengan B.525,B.1.427/B.429,B.1.28.2, alias P.2, B.1.1.28.3 alias P.3, B.1.526 dengan E 484K atau S477N dan B.616. Sering juga disebut double mutant (mutasi ganda).
Sebagai mutasi dalam varian B.617 ternyata sudah pernah dilaporkan pada VOC dan VOI lain terdahulu. L425R misalnya juga terdapat pada VOI lain yaitu B.1427/B.1.429 yang berhubungan dengan peningkatan penularan dan juga sebagai pengurangan netralisasi. P681R juga diduga dapat meningkatkan penularan. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa E484Q nampaknya dapat menurunkan netralisasi, jadi memiliki potensi berpengaruh pada efikasi vaksin.
Studi awal modeling oleh WHO berdasar skuens yang dimasukkan ke Global initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) menduga bahwa varian B.1.617 punya kemungkinan berkembang (growth rate) lebih tinggi dari varian lain yang ada di India, Sementara B.1351 memang sudah dikenal sebagai Variant of Concern (VOC) WHO bersama B.1.1.7, kedua jenis varian kini sudah ada di Indonesia.
Bagaiman perkembangan varian baru SARS-CoV-2 di Indonesia?
Kementerian Kesehatan Indonesia menyebut sudah ada 17 kasus varian mutasi virus Corona yang masuk ke Indonesia. Beberapa di antaranya bahkan diduga sudah terjadi transmisi lokal. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, terkait mutasi atau varian baru ini di Indonesia, pemerintah terus meneliti dan menguji pada 786 laboratorium yang memeriksa Covid-19. Surveilans genome SARS-CoV-2 ini terus ditingkatkan guna mengetahui karakteristik SARS-CoV-2 terhadap kesehatan, serta upaya untuk melakukan pencegahan melalui pelacakan kasus. “Kalau kita bandingkan pada akhir Desember hanya 140 spesimen yang dilakukan genome sequencing. Saat ini, sudah mencapai 1.228 spesimen. Jadi, peningkatan yang cukup signifikan.
Pemerintah mewaspadai penambahan, baik kasus B1.1.7, B1.351 dan B1.617 yang sudah masuk Indonesia,” ujarnya pada konferensi pers, Selasa (4/5/2021). Adapun, varian yang sudah masuk ke Indonesia ini tergolong variant of concern atau diwaspadai, yakni B.1.1.7 dari Inggris, B1.351 dan P1. Sementara itu, varian mutasi ganda dari India masih masuk dalam variant of interest atau masih diteliti lebih lanjut. Varian B1.1.7 diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi sekitar 36-75 persen dibandingkan dengan jenis virus yang beredar sebelumnya, dan varian ini adalah yang paling banyak dilaporkan.
Untuk kasus B1.1.7 di Jakarta ada 1 kasus, di Jawa Barat 5 kasus, di Kalimantan Timur 1 kasus, Bali 2 kasus, Jawa Timur 1 kasus, Sumatra Utara 2 kasus, dan Sumatra Selatan 1 kasus. “Ini untuk B1.1.7, dengan surveilans ini kita mewaspadai tambahan kasus B1.1.7, B1.351, dan B1.617. Total sebenarnya untuk seluruh varian mutasi ini sudah ada 17 kasus varian mutasi. Kemudian, untuk kasus B1.617 ditemukan ada 2 kasus positif Covid-19 di Jakarta, yang satu adalah WNI yang diambil spesimennya pada 3 April dan saat ini sudah sehat. Satu lagi adalah dari WNA India yang diambil spesimennya pada 22 April saat ini masih dirawat di RSPI untuk isolasi dengan kondisi stabil.
Selanjutnya, 1 kasus positif B1.351 di Bali diambil 25 Januari 2021, dan pasien ini pada 16 Februari 2021 sudah meninggal. “Ini sedang kita lakukan penyelidikan epidemiologinya karena kasus ini sudah jauh. Bulan Januari, dan yang bersangkutan sudah meninggal. Jadi, kita sedang menganalisis dari laporan-laporan yang ada, apakah terjadi peningkatan dan risiko-risik terkait penularan pada saat kasus ini baru dikonfirmasi..bahwa varian B1.1.7 yang ada tidak seluruhnya dari spesimen pekerja migran Indonesia (PMI) atau orang yang memiliki riwayat perjalanan di luar negeri. Dengan demikian, diduga sudah terjadi transmisi lokal, seperti di Karawang, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, dan Kalimantan Selatan.
“Berdasarkan data yang ada, kita harus mencegah virus ini untuk bertransmisi lebih luas. Kita harus bisa belajar dari negara-negara lain agar tidak terjadi lonjakan kasus,” imbau Nadia. Ditambahkan, perlu mengurangi mobilitas.
Karena dua faktor utama yang mengakibatkan lonjakan kasus di berbagai negara adalah mobilitas tinggi, dan adanya varian virus baru.
Epidemiolog Indonesia di Griffith University,Dicky Budiman, mengatakan transmisi local sejumlah varian baru virus corona merupakan dampak dari longgarnya pintu masuk perbatasan. Aturan karantina yang relative longgar. Oleh karena itu diperlukan penguatan pelacakan untuk mencegah penyebarana lebih luas. Cluster Covid-19 yang tidak teridentifikasi atau tidak tuntas dilacak untuk kemudian dikarantina atau dirawat bisa menjadi bom waktu ledakan kasus Covid-19. Kewaspadaan akan kemungkinan adanya varian baru virus SARS-CoV-2 harus dilakukan di pintu masuk Internasional, seperti di Jakarta,Jawa Timur, Bali dan kota-kota besar lainnya. Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II Surabaya kini merawat 34 buruh migrant karena Covid-19, para buruh migrant ini ditangani dengan lebih seksama karena berpotensi membawa varian baru SARS-CoV-2. Pemerintah kota Batam,Kepulauan Riau mulai kewalajan menangani kepulangan ribuan buruh migrant tang pulang dari Malaysia dan Singapure menjelang lebaran 2021. Ratusan dari mereka terdeteksi positif Covid-19.
Varian baru ini cenderung lebih menular dan berisiko meningkatkan keparahan. Keterlamabatan mengantisipasi sebaran varian baru turut memicu jadi salah satu sebab terjadinya gelombang kedua ledakan kasus Covid-19 yang telah terjadi di India. Selain upaya pelaksanaan protocol kesehatan yang tidak boleh kendur, perlu ada upaya yang lebih sunguh-sungguh untuk mencegah mudik lebaran agar varian baru SARS-CoV-2 tidak menyebar lebih luas.
Kesimpulan
Kementerian Kesehatan menyebut sudah ada 17 kasus varian mutasi Virus Corona yang masuk ke Indonesia. Beberapa di antaranya bahkan diduga sudah terjadi transmisi lokal. Pemerintah mewaspadai penambahan, baik kasus B1.1.7, B1.351 dan B1.617 yang sudah masuk Indonesia, varian baru ini cenderung lebih menular, oleh karena itu untuk menghindari terjadinya gelombang kedua ledakan kasus Covid-19,perlu ada upaya untuk mencegah mudik lebaran agar varian baru SARS-CoV-2 tidak menyebar lebih luas, masyarakaat tetap disiplin melaksanakan protokol kesehatan 3M dan laksanakan vaksinasi
Jangan lengah,jangan menyerah, Covid-19 masih mewabah
Bersama kita bisa melawan Covid-19
Salam sehat
Jakarta, 6 Mei 2021
Dr.Mulyadi Tedjapranata