Pengakuan Eks Tentara Israel, dan Sistem Apartheid yang Sengaja Dilakukan Zionis

IMG 20210520 143033
Orang tua asal Palestina sedang beradu argumentasi dengan tentara Israel (foto: cordova/ist)

Satusuaraexpress.co – Sejumlah pengakuan mengejutkan tentang kekejian Zionis Israel terhadap masyarakat Palestina yang disampaikan oleh sejumlah mantan tentara Israel.

Seorang mantan pilot Angkatan Udara Israel, Yonatan Shapira, menyebut pemerintahannya dan angkatan bersenjata negara Israel sebagai kelompok teroris yang dijalankan oleh penjahat perang.

Ia lalu mengajak rekan-rekan pilot dan perwira lainnya untuk menolak perintah atasan bila diminta menyerang Palestina. Tercatat sudah ada 27 pilot AU Israel mengikuti jejak Yonatan sejak 2003.

Menurut Yonatan, di Israel sejak kecil anak-anak sudah didoktrin dengan pemahaman zionis lewat pendidikan.

Mereka juga tidak dikenalkan soal kondisi Palestina, tragedi Nakba 1948 dan penindasan yang terjadi. Sehingga tidak heran bila warga Israel saat tumbuh dewasa tidak pernah tahu bahkan sangat memusuhi Palestina.

Pengakuan serupa yang diceritakan oleh mantan tentara Israel bernama Eran Efrati. Ia menyebut bahwa ketika dirinya menjadi tentara Israel, ia menyadari bahwa pekerjaan yang dilakoninya tersebut hanya untuk mempertahankan sistem Apartheid.

“Dari awaa karir militer, saya kemudian menyadari dan memahami bahwa ada seseorang yang berdusta kepadaku saat ini,” ujarnya.

Lalu apa itu sistem apartheid?

Apartheid adalah Sistem pemisahan ras yang pernah diterapkan oleh pemerintah kulit putih Afrika Selatan pada tahun 1948-1990.

Ciri dari sistem Apartheid adalah melakukan tindakan represi terhadap penduduk kulit hitam dengan tujuan untuk memberikan keuntungan sebesar-besarnya pada kelompok minoritas kulit putih.

Namun kemudian mantan tentara Israel itu pun sadar dan hatinya terketuk untuk mengkritisi penjajahan Israel terhadap Palestina dan sistem apartheid yang Israel adopsi.

Eran Efrati sebelum menjadi tentara, ia sempat menjadi guru untuk anak-anak di Israel.

Namun, perbedaannya sangat terasa ketika ia menjadi seorang tentara.

“Saya tidak merasa melindungi siapapun dan saya tidak merasa membantu siapapun atau merasa lebih aman. Saya merasa saya telah meneror orang lain.” tuturnya. (gs)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *