Satusuaraexpress.co – Penurunan fungsi reproduksi pada wanita dikenal sebagai menopause, dimana proses alami ini terjadi secara tegas, bertahap dan menetap. Apakah pria juga mengalami proses ini ? Banyak cerita kita dengar bahwa kakek usia 70 tahun menikah dengan gadis 20 tahun dan bisa mempunyai anak buah kasih sayang.
Andropause merupakan suatu keadaan yang menggambarkan kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang sering terjadi pada pria usia lanjut dan usia tengah baya. Gejala tanda dan keluhan yang timbul mirip dengan gejala, tanda dan keluhan yang dialami oleh wanita menopause. Proses terjadinya andropause pada dasarnya hampir sama dengan proses terjadinya menopause pada wanita, yakni menurunnya fungsi sistem reproduksi sampai dibawah ambang fisiologis. Karena terjadinya penurunan fungsi sistem reprodukasi tersebut maka terjadi penurunan produksi hormon androgen terutama testosteron.
Penurunan fungsi reproduksi sampai dibawah nilai ambang fisiologis pada pria dikenal sebagai ”hypogonadisme”. Dilihat dari sudut proses terjadinya andropause berbeda dengan proses terjadinya menopause pada wanita, dimana menopause terjadi secara tegas dan tiba-tiba atau mendadak, sementara andropause terjadi secara perlahan.
Kejadian mendadak terjadinya menopause tersebut tergambar dengan terhentinya siklus haid dan pembentukan sel telur (ovum) juga akan akan terhenti, dan dengan demikian maka wanita menopause tidak mungkin lagi mendapatkan kehamilan.
Sedangkan pada pria andropause penurunan kadar hormon androgen tersebut terjadi secara perlahan sehingga proses pembentukan sel benih atau spermatogenesis tidak berhenti secara tiba-tiba dan kesuburan pun tidak berhenti secara tiba-tiba.
Sebenarnya semenjak tahun 1940 istilah andropause telah banyak dipakai untuk menjelaskan kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang sering dialami oleh seseorang pria yang pada dasarnya mirip dengan gejala, tanda dan keluhan yang dialami oleh wanita menopause. Istilah andropause berasal dari kata ”andro” berarti pria, dan “pause” yang berarti stop atau berhenti. Andropause berasal dari bahasa Yunani. Stop dalam istilah ini berarti bahwa fungsi kepriaan secara fisiologis pada waktu itu telah berhenti.
Para ahli masih banyak berbeda pendapat tentang penamaan andropause, sehingga muncullah berbagai istilah tentang andropause, namun pada akhirnya masing-masing istilah tersebut mempunyai tujuan yang hampir sama . Diantara nama-nama yang dimunculkan oleh para ahli tersebut antara lain adalah :
Climacterium
Partial androgen deficienscy in aging male (padam)
Partial androgen decrease in aging male (padam)
Late onset of hypogonadisme in male (lohim)
Partial testosteron deficiency in aging male (ptdam)
Deficiency GH / IGF-1 (somatopause)
Deficiency DHEA dan DHEAS (adrenopause)
Viropause
Testopause
Menopause pada pria
ADAKAH HUBUNGAN HORMON ANDROGEN DAN ANDROPAUSE?
Pada umumnya andropause selalu dikaitkan dengan androgen. Karena androgen teristimewa Testosteron merupakan hormon seks steroid yang berperan sangat penting dalam menentukan maskulinitas, fertilitas maupun virilitas pria. Testosteron yang berperan dalam hal terjadinya andropause bukanlah merupakan testosteron total, tetapi yang lebih berperan adalah Dihydrotestosterone (DHT) atau testosterone bebas (free testosterone) dan bioactive testosterone Sehingga kadar testosteron total saja tidak dapat dijadikan sebagai parameter untuk mendiagnosa adanya keluhan andropause.
Untuk terjadinya gangguan fungsi seksual seperti disfungsi ereksi bukan disebabkan karena faktor hormon semata, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti adanya cGMP/AMP dan NO-synthase. Androgen dibutuhkan oleh susunan syaraf untuk memproduksi ”neurotransmitter nitric oxyde synthase” . NO-synthase sangat dibutuhkan untuk terjadinya relaksasi sel-sel otot polos didalam corpus cavernosum penis . Corpus cavernosum penis ini apabila otot-otot polosnya relaksasi maka memungkinkan dan mempermudah pemasokan darah kedalam corpus cavernosum penis dalam jumlah yang besar sehingga memungkinkan terjadinya ereksi penis.
Apabila NO-synthase kurang oelh karena androgen tidak memadai maka pengaliran darah kedalam corpus cavernosum penis tidak maksimal sehingga menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi. Dengan bertambahnya usia seseorang maka dalam tubuh akan terjadi perobahan hormonal dan biokimia secara alami yang akan menimbulkan berbagai gejala, tanda dan keluhan andropause. Namun kapan masa terjadinya andropause tidak akan selalu sama untuk setiap individu.
Perbedaan-perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : Ras, Sosial ekonomi, Jenis pekerjaan, Faktor lingkungan, Stress fisik mapun mental, Pengaturan hidup sehari-hari, Pola hidup sehari-hari (rokok dan alkohol).
Pada usia berapa terjadinya andropause belum ada kesepakatan yang baku dari para ahli, sehingga timbullah berapa pendapat tentang kapan timbulnya andropause bagi seseorang pria, diantaranya adalah:
Andropause timbul pada usia 40-60 tahun, Sekitar 5 % andropause sudah mulai timbul pada usia 30 tahun
Sekitar 10-15 % andropause timbul pada usia 40-60 tahun.
Tapi yang jelas bahwa bagi pria dengan hipogonadisem primer terjadinya masa andropause akan lebih cepat dibanding dengan pria dengan hipogonadisme sekunder, Hasil penelitian pada pria andropause usia 60-90 tahun menunjukkan bahwa :
46 % tidak menunjukkan tanda-tanda hypogonadisme
15 % menunjukkan peningkatan LH, tapi kadar testosteron total normal
22 % menunjukkan hypogonadotropic-hypogonadisme, LH meningkat dan testosteron menurun
17 % menunjukkan hypogonadotropic-hypogonadisme, LH dan testosteron menurun. Biasanya apabila andropause timbul pada usia dini seperti usia 30-an, pada pemeriksaan sering ditemukan adanya kelainan pada testis, seperti :
atrofi testiscryptorchidismundecensus testiculorum
varicocle.
Berkurangnya libido dan penurunan frekuensi ereksi adalah gejala umum yang paling sering terjadi akibat TDS. Jika gejala itu muncul, maka seseorang harus segera memeriksakan tingkat testosterone-nya.
Lakukan pemeriksaan fisik yang meliputi mengukur tensi, berat badan, lingkar pinggang, pemeriksaan colok dubur, pertumbuhan organ seks, serta yang paling penting pemeriksaan laboratorium.
Pasien dianggap menderita TDS, bila tingkat testosteron dalam darah di bawah 12 nmol/l (kisaran normal adalah di antara 12 nmol/l-40 nmol/l).
Menurut laporan Massachussets Male Aging Study (1991) dan Vermeulen (1992), mulai usia 40 tahun pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah aktif sekitar 1,2 persen per tahun, mencapai usia 70 th pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah sebanyak 35 persen dari kadar semula.
Saat terbaik untuk mengukur kadar testoteron adalah antara pukul 07.00 sampai 11.00, karena saat itu merupakan puncak berlangsungnya produksi testoteron pada testikel.
Proses penuaan pada pria berdampak pada sistem endokrin, sistem genital, komposisi tubuh dan sistem muskular, sistem kardiosvaskular dan sistem syaraf. Bertambahnya usia merupakan penyebab yang umum terjadinya TDS. Tipe ini disebut sebagai Slow Onset atau Low Onset TDS.
Berbagai keadaan seperti visceral obesity (lemak perut atau perut buncit) dan diabetes mellitus atau penyakit-penyakit metabolik lainnya dapat mempercepat terjadinya penurunan kadar testosterone, bila dibandingkan dengan pria seusia tanpa obesitas dan diabetes mellitus.
Pria dengan central obesity cenderung mempunyai kadar testosterone lebih rendah dibandingkan dengan pria tanpa central obesity. Pria dengan diabetes mellitus cenderung mempunyai kadar testosteron lebih rendah dibandingkan dengan pria tanpa diabetes mellitus.
Penanganan TDS bertujuan untuk memulihkan parameter metabolik kedalam kondisi normal (eugonadal), meningkatkan massa, kekuatan dan fungsi otot, memelihara BMD (Bone Mineral Density) dan menurunkan risiko fraktur, meningkatkan fungsi neuropsikologis (kognisi dan mood), meningkatkan fungsi psikoseksual serta meningkatkan kualitas hidup.
“Namun sayangnya, kurangnya informasi mengenai kondisi TDS mengakibatkan pria yang terkena penyakit tersebut mengabaikan dan tidak menyadari gejala-gejala penyakit, sebagai kondisi medis yang membahayakan.
Akibat ketidaktahuan itu, banyak penderita TDS berupaya mengobati sendiri penyakit ini dengan produk yang dijual bebas, tanpa mempertimbangkan bantuan profesional dalam upaya mengobati penyebab penyakit ini. Jika dibiarkan tidak diobati, penyakit ini dapat secara serius mempengaruhi kesehatan seksual, fisik, dan mental pria.
Oleh karena itu disarankan bagi pria dengan gejala-gejala mengarah pada TDS untuk memeriksakan kadar testosterone mereka.
BAGAIMANA GEJALA, TANDA DAN KELUHAN ANDROPAUSE?
Gejala, tanda dan keluhan yang timbul pada pria andropause tidak hanya terbatas pada masalah seksual semata, tetapi juga pengaruh terhadap sisi lain, seperti :
Seksual; Hilangnya minat seks, Libido menurun, Morning erection negatif, Kegagalan dalam aktifitas seksual, Gangguan ereksi
Psikologik; Pelupa, Sulit konsentrasi, Cemas tanpa alasan yang jelas, Pemarah, Gairah kerja menurun/hilang
Fisik; Kehilangan tenaga, Susah tidur, Nafsu makan kurang/hilang, Perasaan nyeri tulang dan sendi
Vasomotor; Hot flush, Keringat berlebihan, Jantung berdebar-debar
Morely J.E. dkk , pada tahun 2000 memberikan kriteria tentang keluhan andropause yang sekaligus dapat dijadikan sebagai acuan untuk pertanyaan bagi seseorang pria yang dicurigai mengalami andropause dan dapat dijadikan sebagai kriteria untuk menegakkan diagnosa. Kriteria tersebut berjumlah 10 macam keluhan yang akhirnya dikenal sebagai ”ADAM-Questionair”.
Kesepuluh keluhan andropause dimaksud adalah :
- Menurunnya libido
- Menurunnya kemampuan ereksi
- Menurunnya energi
- Menurunnya kekuatan dan/atau kesabaran
- Menurunnya rasa menikamti hidup
- Menurunnya ukuran tinggi badan
Merasa sedih/murung tanpa alasan yang jelas - Menurunnya aktifitas seperti olah raga
- Menurunnya kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari
- Merasa ngantuk habis makan
Apabila dari keluhan diatas ternyata nomor 1, 2 dan salah satu dari keluhan lain terdapat dalam keluhan pria bersangkutan maka dapat diambil sebagai kesimpulan bahwa pria tersebut mengalami penurunan kadar Testosteron darah (andropause ?)
BAGAIMANA PENCEGAHAN DAN PENUNDAAN ANDROPAUSE?
Pada dasarnya andropause sulit untuk dicegah, oleh karena dengan semakin bertambahnya usia maka semua organ tubuh termasuk organ reproduksi akan mengalami kemunduran fungsinya. Penurunan fungsi organ reproduksi secara fisiologis ini adakalanya sampai dibawah ambang fisiologis.Termasuk diantaranya terjadinya penurunan produksi hormon androgen. Dan penurunan produksi hormon androgen tentu saja semakin bertambah usia akan semakin menurun pula yang pada akhirnya akan menimbulkan terjadinya gejala, tanda dan keluhan andropause. Dengan demikian nampaknya untuk mencegah terjadinya andropause sangat kecil sekali kemungkinannya, sehingga pada akhirnya yang bisa diupayakan adalah untuk menunda timbulnya andropause yang dapat diusahakan dengan beberapa cara .
Diantara upaya atau cara yang perlu dilakukan untuk tujuan menunda timbulnya andropause antara lain adalah :
Hindari stress fisik maupun mental
Pola hidup yang baik antara lain :
makan teratur dengan gizi seimbang
istirahat teratur
hindari rokok dan minuman alkohol
hindari narkoba
olah raga teratur
Pemberian hormonal dalam dosis yang diatur
BAGAIMANA PENGOBATAN ANDROPAUSE TERKINI?
Sebelum memberikan pengobatan pada pasien andropause maka perlu mencari dan mengetahui faktor penyebab dan penyerta sehingga sampai timbul gejala, tanda dan keluhan andropause. Oleh karena sebagaimana diketahui bahwa timbulnya gejala, tanda dan keluhan andropause tidak selamanya disebabkan karena penurunan kadar hormon testosteron semata, tetapi seringkali disertai oleh faktor lain yang mempercepat dan memperberat gejala, tanda dan keluhan yang terjadi Jika ternyata ada penyebab penyerta yang terjadi maka disamping memberikan pengobatan terhadap penyebab dasarnya, faktor penyebab penyerta juga harus diatasiada dasarnya pengobatan andropause yang dianjurkan adalah dengan cara memberikan hormon testosteron yang disebut sebagai terapi sulih hormon (TSH). Dalam pemberian TSH ini harus hati-hati, oleh karena pemberian testosteron pada pria bisa menimbulkan efek samping.
Bahkan pemberian hormon testosteron pada kasus tertentu merupakan kontra indikasi, misalnya terhadap kasus ”kanker prostate” . Jika diketahui ada pembesaran kelenjer prostate harus ditentukan dulu apakah merupakan keganasan atau pembesaran biasa saja. Apabila jelas suatu keganasan atau kanker prostate maka pemberian TSH merupakan kontra indikasi. Bahkan jika pembesaran biasa saja pun harus dipertimbangkan terlebih dahulu secermat mungkin.
Kemudian sebagaimana dikatahui bahwa testosteron merupakan hormon steroid yang metabolismenya terjadi di hati dan bersifat hepatotoksik, sehingga pemberian testosteron oral harus dipilih jenisnya, yakni yang tidak dimetabolisme didalam hati Lagi pula tidak semua testosteron oral yang bisa mengalami aromatisasi menjadi esterogen.
Aromatisasi sangat penting artinya untuk dapat memelihara jaringan tulang, pertumbuhan rambut, meningkatkan libido serta berfungsi pula untuk mempengaruhi emosi dan kesehatan mental.
Ternyata testosteron oral yang yang non hepatotoksik dan dapat mengalami aromatisasi adalah “testosteron undecanoate (T-undecanoate), sehingga satu-satunya testosteron oral yang direkomendasikan untuk TSH sampai saat ini adalah “T-undecanoate” (contohnya Andriol). Kecuali T-oral ada juga yang menganjurkan pemberian “transdermal” berupa “patches” atau “testo-gel”i. Barangkali TSH yang lebih baik diberikan adalah yang pemberiannya parenteral. Diantara obat parenteral yang berupa T-undecanoate antara lain adalah : Nebido ( Bayer-Schering ) ,Sustanon
Dahulu metode injeksi testosterone perlu dilakukan setiap dua sampai empat minggu sekali, kini sudah diperkenalkan terapi injeksi yang bisa dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Terapi testosterone jenis undecanoate itu sudah beredar di banyak negara, termasuk di Indonesia sejak bulan September 2006,yaitu Nebido (T-undecanoate 1000) Seperti injeksi pada umumnya, penyuntikan testoteron menimbulkan rasa sakit, sesaat karena kandungan minyak pada sediaan injeksi pelan-pelan harus didistribusikan ke dalam otot.
Keistimewaan terapi itu adalah hampir tidak memiliki efek samping. Selama diberikan dalam dosis yang tepat. Kendati begitu, terapi itu tidak disarankan bagi pasien dengan kanker prostat.
Pemberian terapi testosteron pada pria adropause (TDS) secara teratur di atas usia 40 tahun dapat meningkatkan kualitas hidup di masa lansia. Saat ini telah tersedia Nebido (long acting testosterone-undecanoate) — suatu terapi injeksi testosteron yang aman, efektif dan nyaman yang biasanya diberikan 4 kali dalam setahun.
“Terobosan ini diharapkan menolong para pria yang terkena andropause(TDS). Penelitian lain melaporkan bahwa Nebido dapat mempertahankan tingkat testosteron dalam darah pada tingkat normal selama kurang lebih 3 bulan,”
Jakarta 27 Mei 2021
Dr.Mulyadi Tedjapranata, DTM&H.,M.th.FIAS