Satusuaraexpress.co – Tren penurunan harga gabah petani tengah terjadi. Penyebabnya lantaran kualitas gabah itu sendiri.
Demikian disampaikan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi. Ia membantah penurunan harga disebabkan dipengaruhi isu impor beras.
“Saya pastikan harga gabah petani jatuh bukan karena beras impor, tapi karena masalah logistik,” ujarnya, dalam konferensi pers virtual, Jumat (19/03).
Menurutnya, pada masa panen raya kali ini rata-rata kondisi gabah petani cukup basah lantaran dipengaruhi curah hujan yang tinggi. Hal ini membuat rendahnya penyerapan gabah oleh Bulog.
Dalam menyerap gabah petani, terdapat aturan yang harus dipatuhi oleh Bulog. Berdasarkan Permendag Nomor 24 Tahun 2020, Bulog hanya bisa menyerap gabah dengan kadar air maksimal 25 persen dan seharga Rp 4.200 per kilogram.
Lutfi menjelaskan, kejadian yang sekarang terjadi adalah curah hujan yang sangat tinggi, jadi gabah basah. Gabah petani itu akhirnya tidak bisa dibeli Bulog.
Minimnya penyerapan oleh Bulog turut berdampak kepada petani. Saat ini petani pun menjadi berhadapan langsung dengan pedagang.
Sementara, tidak semua petani dan pedagang memiliki mesin pengering yang memadai untuk mengolah gabah basah, sehingga berpotensi membuat kualitas beras menjadi turun.
“Karena Bulog tidak bisa membeli, petani berhadapan dengan pedagang yang tentu ingin dapat keuntungan. Siapa yang salah? Tidak ada yang salah. Pedagang punya prioritas, tapi Bulog juga punya acuan,” jelasnya.
Di sisi lain, lanjut Lutfi, jika gabah basah itu tidak dibeli dan digiling secara langsung, gabah akan rusak. Maka dengan terpaksa petani jual dengan banting harga.
Karena itu, penurunan harga gabah petani bukan dari faktor pengaruh isu rencana impor beras, tetapi kondisi panen raya yang memang dipengaruhi oleh tingginya curah hujan.
Menurut Lutfi, meski terjadi tekanan harga gabah, tetapi saat ini harga beras di tingkat konsumen belum mengalami penurunan meski sudah memasuki masa panen raya.
Contohnya, seperti beras medium di Jakarta per 5 Maret 2021 seharga Rp 9.800 per kilogram dan hingga 17 Maret 2021 naik tipis 0,79 persen menjadi seharga Rp 9.878 per kilogram.
Sementara di Bandung yang dekat dengan sentra padi, harga beras tidak mengalami penurunan. Ia mengatakan, dalam kurun waktu 5-17 Maret 2021, beras premium tetap dihargai Rp 11.683 per kilogram. (ad)