Dilematik Kaum Lansia Pada Masa Pandemi Covid 19

3498978341

Satusuaraexpress.co – Berdasarkan data proyeksi BPS, tahun 2019 penduduk lansia di Indonesia adalah 9, 6 persen atau sekitar 25.66 jiwa, dan akan terus meningkat di tahun 2035 sebesar 16, 77 persen atau 51 juta jiwa.

Usia Harapan Hidup penduduk Indonesia 71,5 tahun sedangkan Usia Harapan Hidup Sehat baru mencapai 62,7 tahun.

Besarnya jumlah lansia di beberapa daerah itu menuntut kebijakan baru, perlu ditingkatkan, tidak bisa bertumpu pada pembangunan penduduk usia muda 0-14 tahun.

” Mengelola lansia agar menjadi tangguh, sehat, dan produktif lebih rumit dibandingkan mengawal pertumbuhan anak balita, ” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) Hasto Wardoyo.

Risiko lansia Lansia secara alami mengalami apoptosis atau penuaan sel yang dipengaruhi oleh gizi, gaya hidup, hingga tingkat stres sejak masih muda. Lansia dapat menderita berbagai macam penyakit degeneratip dalam satu waktu (multi patologis). Penyakit yang sering diderita antara lain hipertensi, DM, stroke, jantung dan gangguan mental emosional dan demensia.

Di tengah pandemi COVID -19, banyak warga lanjut usia (lansia) yang belum mendapat perhatian dan perlindungan adaptif dan inklusif.

Dari lansia yang jumlahnya hampir 27 juta, terdapat 2 juta warga lansia berusia di atas 65 tahun yang hidup dalam kemiskinan. Dari jumlah itu, sebanyak 1,7 juta lansia tidak mandiri secara kognitif dan 1 juta diantaranya perempuan.

Dari sisi kemandirian saat ini sebanyak 1,2 juta lansia tidak dapat beraktivitas secara mandiri.

Dengan kebijakan PSBB efek kerja dari rumah( work from home ) , banyak sekali lansia yang biasanya tinggal dengan keluarga pada saat normal, tiba-tiba harus berbagi dengan anak-anak, cucu yang semuanya harus tinggal dirumah dan ini akan berpengaruh secara fisik adanya jaga jarak diantara lansia dengan keluarga dan psikologik kesibukan keluarga akibat kerja dirumah.

Dampaknya lansia rentan terpapar infeksi coronavirus. Bila didapat Orang Tanpa Gejala atau kasus suspek COVID-19 didalam keluarga, maka yang mempunyai risiko tertinggi adalah lansia . Hingga kemarin ada 15,3 persen lansia positif COVID-19. Persentase lansia meninggal akibat korona cukup tinggi mencapai 43,6 persen.

Perlu perlindungan terhadap lansia Karena itu sebaiknya lansia perlu perlindungan khusus antara lain dengan memberi vaksinasi, namun sampai sekarang belum tersedia, upaya yang dianjurkan adalah lansia memakai masker bahkan rekomendasi WHO lansia memakai masker medis atau memakai masker kain tiga lapis untuk menghindari penularan menjauhi keramaian, kerumunan, social distancing, mengurangi kegiatan sosial dan sedapat mungkin lansia tetap berada dirumah, stay home, tetap melakukan aktivitas fisik atau kegiatan fisik yang menyenangkan, menjaga agar kondisi lingkungan tetap bersih, aman dan nyaman, ventilasi dan cahaya matahari cukup, makan makanan dengan gizi seimbang, minum multivitamin, cukup istirahat dan tidur 6-8 jam.

Pers Conference pertama oleh Menteri Kesehatan Ir.Budi Gunadi Sadikin mengenai Pengadaan Vaksin, Program Vaksinasi, Ketersediaan tempat tidur pasca liburan dan Varian Baru COVID-19. Dalam program vaksinasi, dijelaskan bahwa prioritas vaksinasi adalah tenaga kesehatan sebanyak 1, 3 juta orang.

“Tenaga kesehatan merupakan garda terdepan dalam mengatasi pandemi COVID-19, sudah ada 507 tenaga kesehatan yang gugur selama 10 bulan pandemi ini,” kata Budi Gunadi Sadikin.

Ada sekitar 21,5 juta lansia yang akan divaksinasi, namun dalam prioritas berikutnya di Indonesia. Pemilihan vaksin untuk lansia  Tim peneliti Oxford mempublikasi kan hasil awal uji coba fase 2/3 vaksin ChAdOx1nCov-2019 yang menjanjikan di  The Lancet Dalam laporan ini ditemukan dapat menimbulkan respons imunitas pada lebih dari 99 persen partisipan setelah pemberian dosis kedua. Ini termasuk partisan lansia berusia 60-an dan 70-an, yang merupakan kelompok paling rentan terpapar COVID-19. Respons T-sel, yang bisa menunjukkan kekuatan respons sistim imun, ditemukan meningkat dua minggu setelah dosis pertama vaksin pada seluruh kelompok usia.

Data dari 500 partisipan , termasuk kelompok lansia, juga tidak menunjukkan efek samping buruk yang tidak terduga. Hal ini bisa sebagai pertanda bahwa vaksin ini bisa ditoleransi oleh semua kelompok umur. Disampaikan oleh Andrew Pollard, profesor imunitas dan kesehatan anak di University of Oxford yang juga direktur dari Grup Vaksin Oxford, hasil dan uji klinis fase tiga akan bisa diketahui dalam minggu ini.

Vaksin Oxford yang diproduksi Astrazeneca ini dibuat menggunakan adenovirus simpanse yang telah dilemahkan dan dimodifikasi agar tidak dapat bertumbuh di dalam manusia. Bila dibandingkan dengan vaksin Pfizer dan Moderna yang sudah melaporkan hasil uji klinis fase tiga, vaksin Oxford ini di prediksi akan lebih mudah di produksi dan didistribusikan pada skala global, karena hanya membutuhkan suhu kulkas biasa untuk menyimpan vaksin (chold- chain). Bagaimana dengan vaksin Corona Vac produksi Sinovac? Dalam uji klinis fase 1 dan fase 2 yang diluncurkan bulan Mei 2020 melibatkan 421 peserta berusia 60 tahunan, “kata Liu Peiching juru bicara Sinovac (Reuter 7/9/2020) Corona Vac tidak menimbulkan efek samping yang parah.

Dalam uji vaksin Corona Vac, ada tiga kelompok yang masing- masing mendapat dua suntikan dosis rendah, sedang dan tinggi. Hasilnya lebih dari 90 persen dari mereka mengalami peningkatan antibodi yang signifikan. Namun respons kekebalan pada orang tua sedikit lebih rendah dari pada yang terlihat pada subjek berusia lebih mudah. Namun kata Liu, hal ini tetap sesuai harapan. Bagaimana dengan vaksin Pfizer-BioNTech. Beredar di medsos narasi enam orang meninggal dunia selama uji coba tahap akhir vaksin Covid 19 Pfizer.

Dilansir dari Reuters, enam peserta memang meninggal dunia selama uji coba vaksin Pfizer yang melibatkan sekitar 44.000 peserta uji coba. Dua dari enam orang itu diberi vaksin Pfizer; sedangkan empat lainnya placebo.

Dikutip dari FDA Briefing Document mengenai vaksin Pfizer- BioNTech yang terbit 10/12/2020, enam orang meninggal dunia selama periode pelaporan sejak 29 April 2020 hingga 14 November 2020. Dua penerima vaksin berusia lebih dari 55 tahun. Seorang diantaranya mengalami serangan jantung 62 hari setelah dosis ke dua dan meninggal tiga hari kemudian. Seorang lain meninggal karena arteriosklerosis tiga hari setelah mendapat dosis pertama vaksinasi. Sementara, salah satu penerima plasebo meninggal karena   myocardial infarction , seorang lain karena stroke haemorhage, dan dua lainnya tidak diketahui penyebab kematiannya. Selain itu, terdapat empat kasus Bell’s palsy  (kelumpuhan pada otot wajah) di kelompok partisipan yang menerima vaksin.

Sementara di kelompok plasebo tidak ditemukan kasus Bell’s palsy. Regimen dosis adalah dua dosis, masing- masing 30 mikrogram yang diberikan dengan jarak 21 hari. FDA menyatakan vaksin Pfizer efektif mencegah, mendiagnosis, atau mengobati penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/9860/2020 menetapkan vaksin yang dipakai dalam program vaksinasi nasional ialah: vaksin corona buatan PT Bio Farma; vaksin corona buatan Sinovac; vaksin corona buatan Astra Zeneca; vaksin corona buatan Sinopharm; vaksin Moderna; dan vaksin corona buatan Pfizer- BioNTech.

Sementara berdasarkan penjelasan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Rapat Komisi IX DPR, Selasa 12/1/2021, ada 5 jenis vaksin corona yang akan diupayakan pengadaannya guna dipakai di Indonesia dalam program vaksinasi Covid-19. Kelimanya adalah Vaksin Sinovac, Vaksin Astra Zeneca, Vaksin Pfizer, Vaksin Novavac, dan Vaksin Covax/ Gavi. Vaksin untuk lansia masih menunggu kajian efektivitas, efek samping dan keamanan bagi lansia.

Lansia bisa diberdayakan untuk membantu masyarakat dan pemerintah menghadapi pandemi COVID-19. Namun lansia perlu mendapat perlindungan khusus saat pandemi COVID-19.

Kegagalan menjaga kesehatan lansia berdampak besar bagi kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan bangsa serta menjadikan mereka sebagai beban bagi ekonomi negara. Lansia sehat dan ekonominya baik dianggap sebagai lansia terbaik karena mandiri dan produktif.

 

Penulis : dr. Mulyadi Tedjapranata

Editor : Wawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *