Pertumbuhan bisnis di setiap sektor terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Tak sedikit pengusaha-pengusaha muda yang turut merambah ke dunia bisnis. Khususnya generasi milenial, sederet sektor bisnis yang menjanjikan kerap dijajal. Salah satunya Ismardhana Kresna Putra, lulusan S2 Seattle Amerika yang memilih ternak ayam untuk memajukan desa.
Satusuaraexpress.co
KOTOR dan bau itulah suasana kandang ayam milik Ismardhana Kresna Putra. Meski pernah menjalani kehidupan di Amerika tidak membuat pemuda kelahiran 1 Maret 1989 ini risih. Dengan menggunkan celana pendek dan kaos ia melakukan aktifitasnya merawat ayam-ayamnya.
Berkecimpung di bisnis ternak ayam bukan berarti pria yang disapa Kresna ini berpendidikan rendah. Justru, Kresna merupakan lulusan S2 Seattle Amerika. Kresna memutuskan ternak ayam untuk memajukan ekonomi di tanah kelahirannya. Bahkan ia memiliki visi akan mengembangkan peternakannya ke desa-desa.
Kondisi ekonomi Kresna bisa dibilang berkecukupan. Sebab, sebelum menggeluti ternak ayam, ia sudah menjalani bisnis jual beli mobil mewah. Artinya, Kresna terjun ke desa atau daerah bukan semata-mata untuk meraup uang untuk menambah pundi-pundi rupiah. Melainkan ingin menciptakan banyak lapangan kerja.
“Saya ingin membuka lapangan kerja untuk warga desa. Sehingga pemerataan ekonomi itu tidak hanya sekedar halusinasi saja,” kata pria kelahiran Ciawi Gebang, Kuningan, Jawa Barat.
Kresna masih ingat betul kapan ia memutuskan untuk ternak ayam. Awal tahun 2011, bermula dari 4 kandang perlahan bisnisnya mulai meningkat. Bahkan sekarang Kresna sudah memiliki 15 kandang dengan populasi ayam 43 ribu ekor. Rencananya tahun 2021 perusahaan eco farm akan mengembangkan ayam dengan sistem close house. Dimana perkandanh di isi 60 ribu ekor dalam satu kandang.
“Sekarang kan kandang masih tradisional. Nantinya di satu lokasi akan di bangun 2 sampai 3 kandang. Jumlah populasi satu lokasi mencapai 120 ribu sampai 180 ribu ekor. Insyaallah tahun depan akan merapkan sistem modern atau close house,” kata Kresna.
Ia bersyukur, dari bisnis ternak ayamnya dapat mengurangi angka pengangguran di sekitar tempat tinggalnya. Untuk itu ia terus bersemangat mengembangkan bisnisnya. “Alhamdulillah sudah mampu menyerap sebanyak 20 orang warga desa sebagai pekerja harian lepas,” ucapnya.
Kresna mengaku, saat dirinya memutuskan terjun ke desa dan membangun kandang ras ayam pedaging, dirinya kerap dipandang sebelah mata oleh beberapa temannya. “Lulusan S2 Seattle Amerika kok ternak ayam,” kata Kresna menirukan sindiran beberapa kawannya.
Namun, katena niat tulus dan keinginan kuat untuk memajukan desa dan warganya, Kresna maju terus pantang mundur. Walaupun diakuinya, awalnya sempat keropotan juga untuk menjalankan peternakan ayam pedaging. Namun, lambat lain ia pun mulai merasakan hasilnya. Menurutnya, bisnis perunggasan atau peternakan ayam menjanjikan jika dilihat dari potensi ekonomi dan investasi dikucurkan.
Tapi, berkecimpung di bisnis budidaya ayam tak semulus dan semudah yang dibayangkan. Walau menawarkan keuntungan yang menggiurkan, namun tetap saja usaha ini rawan resiko. Jika salah-salah, bisa saja usaha yang ia geluti itu gulung tikar. Terlebih lagi untuk permodalan, harus merogoh kocek yang cukup dalam, mulai dari inverstasi lahan, peralatan, bangunan kandang, hingga pakan yang berkualitas.
Belum lagi pengurusan perizinan lahan yang cukup menguras tenaga. Namun, tekad dan kegigihannya mampu mengalahkan itu semua. “Menurut saya bisnis ini gampang-gampang susah, segalanya harus dipikirkan. Kalau saya tidak melihat prospeknya, saya juga tidak akan maju karena modalnya itu cukup besar,” terangnya.
Setelah melalui perjalanan panjamg dalam merintis bisnis, Kresna berharap agar generasi muda dapat berdaya saing dalam berbisnis serta menghilangkan gengsi semata. Kresna menilai, generasi milenial sekarang maunya kerja kantoran dan malu untuk berbisnis seperti ternak ayam ini yang kotor serta bau.