Catatan Penting Untuk Sebuah Kesuksesan Dalam Pembelajaran Jarak Jauh, Disampaikan Oleh Erik Hadi Saputra

IMG 20200912 143719

satusuaraexpress.co – Perubahan itu dapat terjadi apabila memiliki empat konsep yang diterapkan. Ungkapan tersebut disampaikan oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi, Erik Hadi Saputra melalui obrolan bersama Dr Agus Kurniawan, seorang kepala sekolah SMA Daarut Tauhid Bandung, Jawa Barat, pada Jumat, (11/9/2020).

Dikutip Republika, Erik mengatakan, orang sukses mestinya terlibat baik yang bisa dirasakan secara langsung maupun tidak. Sebab orang-orang tersebutlah yang selalu mendukung kita selama ini.

“Mereka sibuk memberikan pikirannya, biayanya, bahkan waktunya untuk kita,” Kata Erik yang juga sebagai Direktur Kehumasan dan Urusan Internasional Universitas Amikom Yogyakarta.

Erik juga menambahkan, ketika sifat ego yang dimiliki seseorang, hal itu membuat ia kerap mengatakan bahwa kesuksesannya tersebut merupakan jerih payahnya sendiri.

Erik menilai hal tersebut bertolak belakang dengan teknis dilapangan. Terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini, yang sangat dibutuhkan adalah kolaborasi.

“Inilah sebenarnya pembelajaran hidup. Masa Covid-19 ini kita butuh kolaborasi. Karena perkuliahan daring itu mudah bagi yang sudah terbiasa dengan infrastruktur memadai.” paparnya.

Namun, lanjut Erik, perkuliahan daring menjadi tantangan bagi sebagaian orang agar tetap lancar dan bersemangat mengikutinya.

Ketika pelatihan super unggul untuk mahasiswa baru secara daring, Erik tertarik dengan background di layar, seorang mahasiswa baru Prodi Hubungan Internasional yang bernama Siti Nurasiyah.
Pada saat pelatihan daring itu, terlihat dia berada di sekitaran masjid yang ternyata itu di dekat pasar.

Masjid tersebut berjarak tiga kilometer dari tempat tinggalnya. Dirasa betapa susahnya sinyal 3G/4G yang dia peroleh. Namun, hal tersebut tidak dijadikannya hambatan.

“Kadang jika ada tugas yang harus diberikan, dia mengatakan di WhatsApp Group, bisakah saya yang memulai terlebih dahulu mumpung saya masih di sini (di sekitaran masjid).” jelasnya.

Erik menceritakan seorang sahabatnya, Dr Agus Kurniawan, yang menjabat sebagai kepala sekolah SMA Daarut Tauhid Bandung, Jawa Barat.

Dalam acara EduTalk di channel Youtube, Erik dan Agus bertukar inspirasi, hingga mereka sampai pada kesamaan pandangan bahwa tujuan pembelajaran itu mengharapkan adanya perubahan.

“Tidak tahu menjadi tahu. Tidak paham menjadi paham. Tidak bisa menjadi bisa.” tutur Erik.

Kemudian menurut Agus, bahwa perubahan itu bisa terjadi apabila empat konsep perubahan yang bisa dilakukan.

Pertama, keteladanan. Keteladanan yang diharapkan muncul itu tidak hanya dari kepala sekolah dan pengelola pendidikannya saja. Namun dari guru, tenaga kependidikan, orang tua, bahkan masyarakat sekitar.

Kedua, adanya pendidikan, pelatihan dan pembinaaan yang terus menerus.

Ketiga, adanya lingkungan kondusif. Karena kesuksesan adalah akumulasi dari kerja sama stakeholder (sekolah, keluarga, masyarakat) yang terlibat dalam menghasilkan keberhasilan bersama menuju kualitas pendidikan yang diharapkan.

Keempat adalah nilai-nilai spiritual yang selalu ditanamkan.

“Hal-hal tersebut itulah dapat terjadi jika adanya kebersamaan dan melekatnya peran sekolah dan orang tua.” papar Agus.

Erik menjelaskan, bahwa kreatif, kohesivitas itu ada yang kuat, lemah dan tidak kohesif. Kohesivitas yang kuat adalah yang paling tinggi kualitas hubungannya.

Menunjukkan kepedulian dari keluarga dalam proses pendidikan anak di sekolah. Keluarga memberikan dukungan secara konkret terhadap program-program sekolah. Sehingga energi positif orang tua menyatu dengan energi guru untuk mengantarkan siswa menjadi pelajar yang sukses.

“Kohesivitas lemah menunjukkan adanya kesamaan visi antara sekolah dan keluarga. Namun masih mengharapkan sekolah yang seharusnya memikirkan program yang dilakukan.” jelasnya.

Menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah apa dan bagaimana proses pembelajaran itu berlangsung. Hal ini biasanya disebabkan kesibukan orang tua dalam pekerjaan dan bisnis serta aktivitas yang tinggi di luar rumah.

Erik pun mengkhawatirkan tentang tidak adanya kohesif.

“Ini adalah kualitas hubungan paling rendah dalam menyiapkan anak menjadi orang yang sukses dan bermanfaat untuk orang lain. Hubungan ini menunjukkan beda pandangan orang tua, bahkan menarik arah yang berbeda dengan program sekolah. Sehat dan sukses selalu.” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *