Sosok Pemimpin dan Perempuan, Kepsek SMK Mutiara Bangsa: Dalam Memimpin Saya Belajar Olah Rasa

IMG 8686
Ade Noviawaty, Kepala SMK Mutiara Bangsa, Cengkareng, Jakarta Barat (Istimewa)
Penulis: Ghugus Santri – 6 menit waktu baca

Jakarta, Satusuaraexpress.co – Peran perempuan sebagai pimpinan dalam suatu organisasi mampu menciptakan suasana yang baru dan lebih humanis. Meski begitu, ketimpangan gender atas perempuan masih saja terjadi, penyebabnya karena sebuah stereotip gender, di mana perempuan sering dianggap tidak memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki.

Salah seorang perempuan bernama Ade Noviawaty (43) yang saat ini sedang menjabat Kepala SMK Swasta Mutiara Bangsa, Cengkareng, Jakarta Barat, menceritakan pengalamannya kepada Satusuaraexpress.co, Senin, 13 Mei 2024.

Perempuan asal Jawa Barat yang lahir di Jakarta, 15 November 1981 ini mendefinisikan sosok pimpinan adalah orang yang memiliki kemampuan memberi pengaruh kepada orang lain atau kelompok demi tujuan bersama atas visi-misi yang sudah terprogram.

“Agar program bisa tercapai yang pertama pastinya kita menyusun perencanaan/ merancang program lalu mengkomunikasikan atau mensosialisasikan apa yang menjadi program kita, kemudian kita melaksanakan atau mengeksekusi program tersebut. Namun yang paling penting adalah evaluasi.” ujarnya.

Menurutnya, dalam menjalankan program tidak sesimpel teorinya. Dia mengaku dalam pelaksanaan dirinya kerap merasa belum maksimal. Namun ia sadar bahwa program yang belum maksimal itu bukanlah program yang tidak baik. Oleh karenanya, terlaksananya program harus didorong dengan kerjasama tim yang baik.

“Tidak semua program yang kita buat bisa terlaksana dengan baik tanpa kerja sama tim yang solid, apalah pemimpin tanpa stakeholder yang bekerja bersama di bawahnya. Tanpa kepala sekolah, sekolah bisa berjalan, begitu juga tanpa struktural, sekolah bisa berjalan tapi tanpa guru ataupun tanpa siswa, sekolah itu tidak akan berjalan.” tuturnya.

“Jadi program itu berjalan baik ketika semua program berjalan dan mengetahui tujuannya itu kemana, gitu, lho. Bahkan tanpa adanya program, sekolah pun bisa berjalan, hanya berjalan saja. karena itulah harus adanya struktural, dan pimpinan. Jadi bisa berjalan tepat sasaran,tepat tujuan dan tepat waktu,” lanjut Novi.

Menjadi pimpinan yang membawahi para guru senior merupakan tantangan tersendiri. Terlebih menjadi kepala sekolah swasta di bawah naungan yayasan. Dia harus mampu mengimbangi dan memutuskan antara aspirasi dari siswa, tujuan sekolah dan keinginan yayasan tapi juga tetap harus membela hak-hak guru di dalamnya.

“Saya akui, banyak guru yang lebih senior dan lebih layak, tapi saya yakin yayasan itu memiliki penilaian tersendiri mengapa memilih perempuan menjadi pimpinan. Saya yakin setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi buat saya, dijalani saja kepercayaan itu, karena kesempatan tidak datang dua kali, pengalaman hidup yang paling berarti itu ya, dipercaya. Sisanya, berhasil atau engga, itu tergantung maksimalnya usaha kita, dan teman-teman pastinya.” kata Novi.

Perempuan yang kerap disapa Mis Novi ini mengatakan, tantangan paling besar adalah melakukan pengembangan sekolah dimana semua aspek sekolah harus turut serta terutama guru. “Meski begitu, kita memang harus bisa menyeimbangkan, tapi memang segala sesuatu itu engga ada yang sempurna. Kalau saya bagaimana personal approach lah, penyelesaiannya.” tuturnya.

Penyelesaian masalah

Menurutnya, pemimpin itu memiliki gaya yang berbeda, ada gaya seorang pemimpin yang saklek dan ada gaya pimpinan yang terserah ‘ikut aja’. “Tapi yang paling sulit adalah kepala sekolah yang menjadi pendengar yang baik dulu.”

“Saya kalau ada masalah dalam internal, saya selalu mendengarkan kedua belah pihak dahulu, mencari titik masalahnya lewat kedua belah pihak, lalu melakukan diskusi dengan pihak terkait dan memutuskan. Dalam menyelesaikan masalah disekolah saya tidak pernah memutuskan apapun sesuai keinginan saya, tanpa dikomunikasikan dengan stake holder dna pihak terkait. bahkan kadang-kadang saya meminta masukan dari mereka, karena kepala banyak itu lebih baik dari kepala satu terkait cara berpikirnya.” ujar Mis Novi.

Bahkan dalam menyelesaikan masalah yang dialami sendiri, Novi mengaku kerap menghubungi guru yang memiliki pengalaman dan kemampuan dibidangnya.

“Kalau ada masalah agama saya akan menelpon guru agama saya. Saya bisa berbincang satu jam ditelepon. Kalau masalahnya soal pendidikan, ada juga guru yang saya telepon, karena saya yakin guru kita itu lebih tahu banyak karena mereka lebih berpengalaman. Kalau untuk belajar, jangankan kepada guru senior kepada murid juga saya banyak belajar. Jadi untuk make sure, saya mencari tahu kepada orang yang lebih berpengalaman, tutur Novi.

Perjalanan karir

IMG 8687

Perjalanan karir Novi sebelum menjadi Kepala SMK Mutiara Bangsa dimulai menjadi seorang guru privat dan beberapa kali ia mengaku sempat bekerja di perusahaan. Untuk menjadi seorang guru, bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya. Di tengah keluarga yang mempunyai usaha jasa event dan wedding organizer, dirinya sendirilah mengambil haluan berbeda dengan menjadi seorang guru.

“Jadi perjalanan karir saya justru bukan dari SMK melainkan dari SMA. Engga pernah terpikirkan oleh saya itu menjadi guru dan di keluarga saya, hanya saya satu-satunya guru. Oleh sebab itu saya memiliki keterampilan dalam hal dekorasi. Di beberapa event sekolah saya turut andil langsung dalam hal dekorasi.”

“Semasa saya SMA sampai kuliah, saya pernah jadi tourism guide di Taman Mini, jadi sekretaris, bahkan saya pernah jadi karyawan di Indian Matra Restoran di Block M juga sebagai MUASI, sejumlah profesi itu pun sudah pernah saya lakoni.” papar Novi.

Menurut Miss Novi, pekerjaan yang paling luar biasa adalah menjadi guru. karena ada satu pelajaran yang tidak ditemukan kecuali dalam dunia pendidikan, yakni pelajaran tentang bagaimana memahami sifat masing masing anak didik sehingga kita mampu menangani mereka dengan baik.

“Banyak hal yang kita tidak bisa dapetkan dalam pendidikan apapun yaitu belajar tentang olahrasa. Kita tidak pernah belajar psikologi tapi kita harus mengerti perasaan anak didik dan itu ilmu yang kita dapatkan kalau menjadi guru, tapi perlu proses dan kesabaran.” jelasnya.

“Up and down mengajar saya itu luar biasa pak. Sampai saya merasa, ternyata di sinilah saya seharusnya. Inget, pekerjaan di luar itu secara materil lebih tinggi, tapi kalau di sekolah gaji cukup tapi rejeki akan selalu berkah, insya Allah.” kata Novi.

Pemimpin dan perempuan

Novi mengatakan, di Yayasan Al-Huda Islamic Education Center Metropolitan (YAIECM) sebelumnya tidak ada pemimpin perempuan. Pemimpin perempuan satu-satunya saat ini adalah dirinya. Keunikan perempuan menjadi seorang pemimpin adalah pada aspek perasa.

“Saya punya pengalaman dari pengawas almarhum Pak Iswandi. Saat saya menjadi kepala sekolah baru, apa yang harus saya lakukan. Pak Iswandi hanya mengatakan, Ibu tidak perlu melakukan program pengembangan apapun saat ini,ibu hanya perlu mengolah rasa guru-guru ibu. Cari tahu mereka itu bagaimana, apa yang mereka inginkan dengarkan. Kalau ibu sudah mengenal, ibu akan membuat program yang sesuai dengan sekolah. karena tiap sekolah punya kondisi yang berbeda.” tuturnya.

Menurutnya, wanita saat ini bisa menjadi pemimpin pada tiap aspek yang penting amau belajar dan berusaha walaupun pada dasarnya wanita tidak boleh lupa dengan kodratnya. “Kita punya keluarga yang harus kita rawat, kita jaga tapi itu justru keistimewaan wanita. Alangkah kerennya jika bisa mengimbangi antara tugas disekolah dan tugas di rumah,” ujar Novi.

Novi berpesan, bahwa orang lain lebih mengingat treathmen yang dilakukan daripada perkataan yang disampaikan.

“Apa yang kita katakan bisa orang lupakan, apa yang kita lakukan bisa juga orang lupakan tapi orang tidak akan pernah melupakan cara kita memperlakukan mereka.Jadi sebisa mungkin berbuat baik itu harus. Jangan pernah mengharapkan balasan kebaikan dari orang yang kita bantu, karena kebaikan yang tulus pasti datang dari mana dan kapan saja.” tutur Novi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *