Temuan Baru Keluarga Kalideres dari soal Ritual hingga Mantra

rumah sekeluarga tewas mengering di kalideres jakarta barat terkunci rapat 169

Jakarta, Satusuaraexpress.co – Sejumlah fakta baru terkait kematian keluarga Kalideres, ditemukan kembali oleh Polisi. Temuan baru itu mulai dari ritual hingga mantra-mantra yang ditemukan dalam rumah di Kalideres, Jakarta Barat tersebut.

Diketahui sebelumnya, polisi mengungkapkan adanya temuan lilin, kapur barus, hingga bedak di rumah tersebut. Fakta lain yang terungkap adalah sekeluarga Kalideres ini menjual barang-barang miliknya.

Hasil penyelidikan bersama tim ahli, polisi mengungkapkan kecil kemungkinan adanya pidana di kasus kematian keluarga ini. Meski demikian, saat ini polisi belum menyimpulkan apa penyebab dan motif kematian sekeluarga tersebut.

Adapun beberapa fakta baru terkait keluarga Kalideres yang dirangkum pada Kamis (1/12/2022). Seperti dirilis Detikcom.

Kombes Hengki Haryadi Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya mengungkap temuan adanya mantra di rumah keluarga Kalideres. Namun hingga kini, belum ada penjelasan seperti apa tulisan mantra itu dan apa isinya.

“Ditemukan juga buku-buku lintas agama serta mantra dan kemenyan,” kata Hengki Haryadi dalam keterangannya, Rabu (30/11).

“(Mantra ditemukan) di kain, ada beberapa. Diduga mantra,” imbuhnya.

Lebih lanjut Hengki mengaku saat ini penyidik terus mendalami bukti yang mulai tersusun dalam penyelidikan tewasnya satu keluarga di Kalideres. Penyidik tengah fokus menyelidiki kaitan buku mantra dengan bukti-bukti lain yang ditemukan di lokasi.

“Kami akan mengundang ahli sosiologi agama untuk melakukan analisa lebih lanjut terhadap tulisan yang ada di dalam buku serta hubungannya dengan temuan jejak benda-benda di TKP,” ucap Hengki.

Ritual Keluarga Kalideres
Polisi mengungkap adanya kecenderungan anggota keluarga Kalideres positif melakukan sebuah ritual tertentu. Polisi masih mendalami keterkaitan ritual yang dilakukan Budyanto Gunawan (68) ini dengan motif kematian keluarga Kalideres.

“Adanya fakta bahwa kecenderungan ritual tertentu apakah ini menentukan motif, ini akan kami dalami lagi,” kata Hengki Harydi.

Diketahui, penyelidikan kasus keluarga Kalideres kini telah memasuki pekan ketiga. Sejauh ini sudah ada 28 saksi yang diperiksa penyidik.

“Kita sudah memeriksa 28 orang saksi, kemudian dari pemeriksaan ini kami temukan keidentikan keterangan saksi-saksi ini dengan barang bukti yang kami temukan di TKP,” katanya.

Hengki Haryadi menambahkan keterangan para saksi ini menguatkan adanya aktivitas ritual yang aktif dilakukan oleh Budyanto Gunawan.

“Jadi secara deduktif dan induktif ada keidentikan di mana hasil sementara dari penyelidikan kami khususnya terhadap pemeriksaan orang-orang terdekat korban ini menyatakan salah satu dari anggota keluarga atas nama Budyanto cenderung dominan dan memiliki sikap yang positif terhadap ritual-ritual tertentu,” tutur Hengki Haryadi.

Kecil Kemungkinan Ada Pidana
Dari serangkaian penyelidikan bersama tim ahli, polisi menyatakan kecil kemungkinan ada tindak pidana di balik kematian keluarga Kalideres ini. Dari hasil olah TKP tidak menunjukkan adanya kekerasan maupun kerusakan pada pintu rumah.

“Sangat kecil kemungkinan adanya tindak pidana di luar daripada kegiatan dilakukan empat orang ini di dalam rumah,” kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (30/11/2022).

Jasad keempat korban itu ditemukan pertama kali pada Kamis (10/11). Polisi lalu melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) hingga pemeriksaan saksi-saksi.

Dari pemeriksaan itu polisi memastikan tidak ada lagi orang lain yang berada di dalam rumah hingga akhirnya korban ditemukan meninggal dunia pada Kamis (10/11).

“Kami tekankan sekali lagi, dari hasil pemeriksaan olah TKP tidak ditemukan adanya jejak-jejak adanya pihak luar masuk ke dalam TKP baik itu dari jejak-jejak pemeriksaan dari Labfor. Kunci-kunci yang ternyata memang dikunci dari dalam dan tidak ada pihak luar yang masuk,” ucap Hengki Haryadi.

Analisis Kriminolog soal Ritual
Kriminolog Adrianus Meliala bicara mengungkapkan analisisnya soal ritual yang dilakukan Budyanto Gunawan. Dia menduga kegiatan ritus itu dilakukan sebagai bentuk kepercayaan korban dalam meminta permohonan untuk keluar dari permasalahan hidup.

“Dalam hal ini, kepercayaan ada penggunaan ritus adalah salah satu cara mereka bertahan hidup, percaya akan ada kekuatan yang akan menyelamatkan mereka. Ada keyakinan yang bisa membawa mereka keluar dari kesulitan ekonomi. Tapi ternyata tidak,” katanya.

Adrianus sempat menyinggung soal teori apokaliptik dalam kasus tersebut. Para korban dianggap secara sadar dan sukarela menyambut kematian mereka.

Namun, dalam analisis terbarunya, Adrianus mengatakan ritual yang dilakukan korban merupakan bentuk berserah diri mereka seraya meminta pertolongan.

“Jadi kalau di awal tadinya saya percaya ritual-ritual yang bersifat mistik itu sebagai teori apokaliptik, mereka melakukan ritual dalam rangka bersiap untuk mati karena mereka yakin bahwa mereka akan dapat dunia akhir zaman yang indah itu,” katanya.

“Tapi kemudian saya membuka kemungkinan bahwa mereka melakukan ritual-ritual itu untuk bertahan hidup. Jadi mirip sama fungsinya dengan kalau orang berdoa. Bedanya kalau agama-agama samawi berdoa kepada Tuhan masing-masing. Nah mereka-mereka yang punya kepercayaan beda ini berdoa dengan cara yang beda dan kepada pihak yang beda tapi fungsinya untuk membantu mereka keluar dari masalah,” tambah Adrianus. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *