Jakarta, Satusuaraexpress.co – Rasa putus asa dialami pemuda bernama Firdaushal Juniias H. (21), warga Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Cita-cita karateka muda ini menjadi seorang anggota polisi, kini sirna. Bahkan orang tuanya sampai kehilangan uang ratusan juta rupiah, akibat tergiur tawaran seorang anggota polisi yang bisa meloloskan Firdaushal dalam seleksi calon Bintara Polri.
Rusdiyat, ayah Firdaushal menceritakan kronologi dugaan penipuan yang dialaminya. Dugaan penipuan itu bermula saat sang anak mencoba mendaftarkan diri menjadi calon Bintara Polri tahun 2021-2022 di Polres Tangerang Selatan. Seperti dirilis Lampuhijau.
Singkat cerita, Rusdiyat mengungkapkan keinginan putranya dengan seorang anggota polisi yang bertugas di Satuan Patwal Polda Metro Jaya. Anggota polisi itu inisial S berpangkat Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu).
Kepada Rusdiyat, Aiptu S. mengaku memiliki kenalan seorang jenderal yang bisa meloloskan putranya dalam seleksi Bintara Polri. Rusdiyat mengatakan, sang jenderal inisial ZS yang disebutkan Aiptu S, bisa membantu meluluskan putranya menjadi Bintara Polri.
“Awalnya bilang ke saya kalau sudah lulus aja baru saya bayar ke jendral. Di situ saya jadi yakin,” kata Rusdiyat, saat ditemui di kawasan Pondok Pinang, Jakarta Selatan, Rabu (7/12/2022).
Namun pada bulan Desember 2020, Aiptu S menghubungi Rusdiyat melalui telepon. Padahal pendaftaran calon Bintara Polri baru akan dimulai pada bulan Februari 2021. Aiptu S meminta Rusdiyat mentransfer uang Rp50 juta ke rekeningnya. Aiptu S beralasan ingin menghadap sang jenderal di rumahnya di kawasan Purwakarta, Jawa Barat.
Aiptu S juga mengaku dirinya akan menginap di rumah sang jenderal agar bisa menitipkan Firdaushal lolos dalam seleksi Bintara Polri.
“Itu awalnya saya dimintai Rp50 juta. Dia bilang mau nginap di rumah bos (jenderal). Dan bilang uang itu buat ngasih cenderamata anak bos (sang jendral),” ujarnya.
“Kata dia ketepatan anak bos mau ganti mobil,” tambahnya.
Setelah resmi mendaftarkan putranya, Aiptu S kembali meminta Rusdiyat mengirimkan uang dengan berbagai alasan. Bahkan, saat Firdaushal sudah dinyatakan gagal dalam test psikotes, Aiptu S masih tetap meminta Rusdiyat mentrasfer uang Rp 50 juta.
Aiptu S menyebut, uang tersebut untuk biaya meloby panitia seleksi agar hasil psikotes Firdaushal diluluskan. Namun, Firdaushall tetap dinyatakan tidak lulus dalam seleksi tersebut.
“Sebenarnya hampir Rp300 juta yang saya setor. Tapi dia ngakunya Rp250 juta total yang masuk, dan ini dia janji mau mengembalikan,” katanya.
Setelah hampir setahun berlalu, Aiptu S tidak kunjung mengembalikan uang sesuai janjinya. Pada Februari 2022, Rusdiyat pun mengadukan permasalahan yang dialaminya ke Divisi Paminal Polda Metro Jaya. Dia juga sudah mengadukan nasib yang dialaminya ke Divisi Propam Mabes Polri.
“Sampai sekarang uang yang baru dikembailkan Rp 70 juta, dan satu mobil Toyota Yaris tapi engga ada surat-suratnya,” ujarnya.
Rusdiyat pun berharap, nasib yang dialaminya ini didengar oleh Kapolri Jenderal Sigit Listiyo dan Presiden Joko Widodo. “Saya berharap masalah ini menjadi atensi Pak Kapolri dan Pak Presiden Jokowi, saya ingin ada keadilan,” katanya.
Terkait hal ini, Aiptu S mengakui adanya transferan uang hingga Rp 250 juta untuk biaya pengurusan Firdaushal masuk Bintara Polri. Namun S berdalih, sebagian uang tersebut langsung dialihkannya ke rekening seorang sipil bernama Iwan, yang menjadi perantaranya kepada sang jenderal.
“Memang uang itu masuk ke rekening saya, tapi di hadapan Pak Dayat (Rusdiyat) langsung uang itu saya masukin ke rekening orang yang bersangkutan namanya Pak Iwan,” kata dia.
S mengatakan, tengah berupaya untuk mengembalikan seluruh uang pengurusan tersebut kepada Rusdiyat. Kata dia, keponakannya juga ikut menjadi korban dan gagal menjadi Bintara Polri.
“Nanti kalau saya sudah ada uang saya selesaikan. Sama saya juga ngudak si Iwan, kabur si Iwan nya itu,” katanya.
S pun mengaku pasrah jika keluh kesah yang dialami Rusdiyat sampai ke telinga Kapolri dan Presiden. “Kalau memang mau dilaporin ke Kapolri dan Presiden mau diapain lagi, ya, saya sudah siap. Saya konsekuen,” katanya. (*)