Hutang Capai Rp515 Ribu Triliun Jadi Pemicu Krisis di Argentina

IMG 20221011 111005
Foto: Argentina (Photo by Rafael Bastante/SOPA Images/LightRocket via Getty Images - via CNBC indonesia)
Sumber Artikel: CNBC Indonesia

Jakarta, Satusuaraexpress.co – Mayoritas krisis perekonoian suatu negara selalu dipicu oleh utang berlebihan, itu juga yang sedang dialami Argentina. Negeri yang tengah porak poranda ekonominya ini memiliki total utang setara lebih dari Rp515 ribu triliun bila di rupiahkan dengan kurs Rp15.290 per dolar Amerika Serikat.

Rincian utangnya tersebar dalam beberapa denominasi, dengan mayoritas dalam mata uang dolar Amerika Seriktar sebesar US$29,4 triliun atau setara 60,9% dari total utang. Data dari Refinitiv juga menunjukkan utang dalam mata uang lokal sebesar ARS13,3 triliun (27,56%) dan EUR4,3 triliun (8,93%). Ketiga denominasi itu mencakup 97,39% dari total utang Argentina.

Jumlah utang jumbo Argentina itu membuat rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) mereka mencapai 80.5% pada 2021. Pada tahun yang sama, rasio utang Indonesia hanya 35% terhadap PDB.

Sementara itu, kinerja ekspor negara penghasil gandum ini terus menerus jeblok, sehingga tak bisa mengimbangi kebutuhannya akan dolar AS yang tinggi, baik untuk membayar utang maupun impor kebutuhan dalam negeri.

Data Institut Nasional Statistik dan Sensus Argentina (Instituto Nacional de Estadística y Censos/INDEC) menunjukkan neraca dagang defisit US$300 juta pada Agustus. Ini masih terbilang membaik, dari defisit US$437 juta pada Juli.

Pelemahan permintaan dunia membuat ekspor mereka tertekan secara tahunan hingga 6.9% pada Agustus, sementara nilai impor justru mengingkat 36.2%. Terutama akibat ketergantungan yang tinggi pada bahan bakar dan pelumas.

Biaya Hidup Di Argentina

Menurut situs numbeo.com, yang mengukur standar biaya hidup antar negara, biaya hidup di ibukota Buenos Aires, untuk kelas menengah dengan dengan empat anggota keluarga, bila di rupiah kan berkisar Rp23 juta, sementara untuk single sekitar Rp6 juta. Semuanya di luar anggaran sewa rumah.

Harga susu satu liter di Argentina sekitar Rp12 ribu, beras Rp15 ribu/1 kg dan telur Rp21 ribu/ 1 kg. Sebagai pembanding, pendapatan per kapita Argentina mencapai US$10,729 pada 2021, nyaris tiga kali lipat dari pada Indonesia di tahun yang sama.

“Bagi kita yang telah lebih lamatinggal di negara ini, semuanya ini seperti dejavu,” ujar Profesor Carlos Gervasoni, Ketua Departemen Ilmu Politik Ii Universidad Torcuato Di Tella, Buenos Aires, seperti di kutip foreignpolicy.com. “Itu selalu cerita yang sama, hanya ada rasa yang berbeda dari apa yang dihadapi Argentina setiap lima atau 10 tahun,”ujar dia.

Salah urus perekonomian Argentina memang seperti laten, terus berulang. Infasi menjadi momok sejak tahun 1980. Pada 2020, pandemi COVID-19 dan kemudian perang Rusia-Ukraina yang meledak pada awal tahun ini membuat inflasi di Argentina tak terkendali, dan oleh bank sentralnya diperdiksi tembus 100% akhir tahun ini.

Saat ini, empat dari 10 orang di warga Argentina hidup di bawah garis kemiskinan.

Perekonoman negeri itu, begitu bergantung pada dolar AS, sehingga muncul istilah dolarisasi ekonomi. Ini membuat ekonomi barter, menukarkan susu dengan popok atau barang lain adalah hal yang lumrah sehari-hari. Setiap hari, orang-orang dilaporkan menerka-nerka berapa harga yang wajar untuk sekantong beras. Mereka menggunakan media sosial untuk melakukan transaksi.

Sumber: CNBC Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *