Jakarta, Satusuaraexpress.co – Pelatih sepak bola asal Jerman bernama Timo Scheunemann dalam sebuah video membicarakan tentang filosofi tiap butir Pancasila.
Diketahui, Timo Scheunemanno lahir di Kediri, Jawa Timur pada 29 November 1973, begitu juga dengan saudara-saudaranya.
Orang tuanya datang ke Indonesia pada 1957, mereka bekerja dan kemudian tinggal di negara ini sejak lama.
Sejak kecil, Timo Scheunemann memang bergaul dengan teman-teman sebaya yang nota bene orang lokal.
Ia sempat bermain sepak bola di Amerika Serikat, Singapura, dan Indonesia, untuk klub Persiba Balikpapan.
Berikut kutipan pernyataan Timo Scheunemann yang memaknai filosofi lima butir Pancasila.
Saya mau share sedikit, bagaimana Pancasila itu luar biasa dari sisi pemilihan kata, dari sisi nilainya tentu saja. Tapi juga dari sisi penempatan sila silanya.
Ini interpretasi saya sendiri, karena dulu saya suka salah antara sila kedua dengan sila keempat suka tertukar, jadi saya kemudian mengingatkan sendiri dengan cara seperti ini.
Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, kenapa ini harus diawal? Karena memang, Tuhan itu dasar dari segalanya, dari moralitas dasar dari tujuan hidup, apa arti hidup ini kalo tidak ada Tuhan.
Kemudian, yang saya suka juga pemilihan kata Esa. Bisa diinterpretasikan oleh masing masing kepercayaan dengan cara mereka sendiri sendiri.
Kalo dalam Islam, Esa betul betul satu. Kalo dalam Hindu dan Buddha Esa berarti menyatu. Kalo dalam Kristen Esa diartikan kesatuan. Jadi betul betul pas untuk semua kepercayaan yang ada di Indonesia.
Kemudian, kemanusiaan yang adil dan beradab. Kenapa harus di sila kedua, karena manusianya kalo mau adil dan beradab harus dekat sama Tuhan. Makannya sila kedua harus dekat dengan sila pertama.
Persatuan Indonesia, kenapa persatuan Indonesia ada di sila ketiga, kalo tidak ada persatuan Indonesia, ya tidak ada Indonesia. Jadi menurut saya luar biasa, persatuan Indonesia ada di tengah.
Sila keempat, tentang denokrasi ala Indonesia. Kerakyatan yang dipinpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Jadi dengan kata lain, demokrasi ala Indonesia, yang tidak menyampingkan nilai nilai leluhur kita. Karena kalo kita lihat leluhur Indonesia mereka welcome dengan semua bangsa tapi jangan sampai mengganggu.
Yang ada di Indonesia itu sebenarnya bukan WNI atau WNA, suka A suku B suku C, bukan agama A B C D. Bukan etnis ini etnis itu, bukan. Hanya ada dua sebenarnya, orang orang yang membantu Indonesia yang membangun atau orang orang yang merusak, mengganggu Indonesia.
Dari situ, kita masuk ke sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kenapa ditaro di posisi kelima. Karena ini adalah tujuan berbangda dan bertanah air. Supaya kita semua merasakan keadilan sosial yang merata untuk kita semua.