Pewawancara LPDP RI Dinilai Rasis Karena Bilang Gini

IMG 20220430 005826

Jakarta, Satusuaraexpress.co Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Republik Indonesia (LPDP RI) merupakan lembaga satuan kerja di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang mengelola dana pendidikan sesuai amanat PMK Nomor 252 Tahun 2010.

Banyak masyarakat dalam menggapai cita-citanya yakni, bisa menempuh pendidikan di luar negeri dengan menggunakan LPDP RI ini.

Namun, ramai dibicarakan di media sosial Twitter, seorang pewawancara LPDP RI bernama Budi Santosa Purwokartiko dinilai rasis oleh warganet terkait keterangan yang ditulisnya di media sosial.

Sebuah akun Twiter bernama @azwarsiregar mengunggah foto layar tangkap dari seorang yang disebut pewawancara LPDP RI bernama Budi Santosa Purwokartiko.

“Halo @LPDP_RI, kenapa Pewawancara yang bernama Budi Santosa Purwokartiko ini begitu Rasis kepada Islam? Apakah kebijakan LPDP memang rasis kepada muslim/muslimah yang taat?” kata @azwarsiregar, Jumat (29/4/2022).

Saat ini, Sabtu (30/4/2022) unggahan @azwarsiregar telah disukai 818 dan dan di retweet 452.

Menurutnya, keterangan yang ditulis Budi Santosa Purwokartiko terkesan rasis. Sebab, dalam keterangannya mengambarkan mahasiswa yang lolos memiliki cirikhas yang tidak menyebutkan istilah agamis.

Berikut keterangan lengkap yang ditulis Budi Santosa Purwokartiko

Saya berkesempatan mewawancarai beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri titik program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo titik yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9 titik bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai ILETS 8,8. 5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145 bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen. Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha2 untuk mendukung cita2nya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati titik pilihan kata2nya juga jauh dari kata2 langit: insyaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb. Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi 2 di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada 2 tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun.  Otaknya benar2 kaju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yabg orang2nya pandai bercerita tanpa karya teknologi.
Saya hanya berharap mereka nanti tidak masuk dalam lingkungan yang
-membuat hal yng mudah jadi suli
-bekerja dari satu rapat ke rapat berikutnya tanpa keputusan
-mementingkan kulit daripada isi
-menyembah tuhan tapi lupa pada manusia
-nemerima gaji dari negera tapi merusak negaranya
-ingincepat masuk surga tapi sakit tetap cari dojter dan minum obat
-menggunakan KPI langit sementara urusannya masih hidup di dunia

Semoga tidak tercemar.

Komentar warganet

Sejumlah warganet yang mengomentari unggahan tersebut. Umumnya, banyak komentar yang menyebut bahwa keterangan yang ditulis Budi Santosa Purwokartiko adalah Islamphobia.

@StopZholim: Ini benar2 kurang ajar.
Kalau dia masih dipakai, artinya LPDL sudsh tidak punya etika dan moral.

@RagilSemar: Ini sudah gejala umum saat ini.
Islamophobia sudah bangkrut di mana2 tapi anehnya di sini kelihatan udik banget dengan narasi model begini.

Tapi ya maklum.
Di pucuk sana lepelnya masih ‘kaget’ dan ‘bingung’.

@bambangsknt: Islamphobia di Amerika dan Eropa sudah sadar , malah di Asia semakin menjadi2. Ada apakah ? Semoga bangsa ini tak larut dlm perpecahan semakin dalam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *