Apa Itu Omicron ? Mengapa Ramai Dibicarakan ?

066284400 1589517871 ilustrasi virus corona covid 19copyright by diy13 Shutterstock ok
Ilustrasi/Net

Satusuaraexpress.co – Belakangan ini banyak pembahasan mengenai Omicron. Lalu, apa itu Omicron dan mengapa ramai dibicarakan?.
Sebagai informasi, Omicron adalah huruf ke-15 dari alfabet Yunani. Namun yang viral saat ini, bukan mengenai huruf alfabet tersebut, melainkan berkaitan dengan varian baru virus Corona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan laporan bahwa Omicron ditemukan di Afrika Selatan pada 24 November 2021. Melansir BBC, varian ini sudah masuk ke sejumlah negara seperti Hong Kong, Belgia, Inggris, Jerman sampai Italia. Indonesia sendiri saat ini sudah melakukan langkah untuk mencegah penularan varian ini, salah satunya dengan menutup akses dari Afrika Selatan ke Indonesia.

 

Varian Omicron diberikan inisial B.1.1.529, dan meskipun ini kabar buruk bahwa virus masih bermutasi, ini bukanlah ‘kiamat’. Diketahui, baru hanya sekitar 24% dari populasi Afrika Selatan yang sepenuhnya divaksinasi. Kemungkinan, inilah yang dapat memacu penyebaran kasus yang cepat di sana menurut Dr Mike Tildesley, Member of Scientific Pandemic Influenza Modelling (Spi-M).

Kendati demikian, WHO mengklasifikasikan varian ini sebagai varian yang perlu menjadi perhatian. Artinya, varian ini adalah kategori teratas dari varian COVID-19 yang mengkhawatirkan berdasarkan WHO.

Pertimbangan WHO itu pun menambah bobot kekhawatiran tentang potensi varian baru ini. Apalagi, varian ini memiliki koleksi mutasi yang mencengangkan yang diperkirakan meningkatkan kemampuannya untuk menyebar. Tentu belum ada yang tahu pasti bagaimana yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Akan tetapi, vaksinasi bisa jadi adalah salah satu jawabannya.

Karena itulah, vaksinasi dibutuhkan untuk menekan angka penyebaran varian Omicron. Kita masih punya PR karena baru setengah atau tepatnya 50,3% populasi di Indonesia yang sudah divaksinasi dosis ke-1 berdasarkan data Our World in Data per 25 November 2021. Sementara untuk dosis ke-2, baru 34% dari populasi. (*)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *