WHO : 10-20 Persen Pasien Kena Post Covid-19, Ini Gejala Yang Sering Muncul

OTG Covid

Satusuaraexpress.co – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya memberikan definisi resmi terkait long Covid. Pihak Klasifikasi Penyakit Internasional WHO menyebutnya sebagai ‘post COVID-19’ atau ‘kondisi pasca COVID-19’.

“Kondisi pasca COVID-19 terjadi pada individu dengan riwayat kemungkinan atau konfirmasi infeksi SARS-CoV-2, biasanya tiga bulan sejak awal COVID-19 dengan gejala yang berlangsung setidaknya selama 2 bulan dan tidak dapat dijelaskan dengan diagnosis alternatif,” jelas WHO yang dikutip dari CNBC International, Kamis (7/10/2021).

“Gejala umum yang muncul termasuk kelelahan, sesak napas, disfungsi kognitif, tetapi juga yang lain…yang umumnya berdampak pada kehidupan sehari-hari. Gejalanya mungkin baru muncul setelah pemulihan awal yang termasuk bagian dari episode COVID-19 akut, atau bertahan dari penyakit awal. Gejala juga bisa berfluktuasi atau kambuh dari waktu ke waktu,” lanjutnya.

WHO juga mengatakan kondisi post COVID-19 ini juga mungkin bisa dialami oleh anak-anak.

Sebelumya, WHO mengatakan butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan definisi formal long Covid. Sebab, ada banyak sekali gejala yang berkaitan dengan kondisi tersebut.

Menurut direktur eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan, fenomena long Covid ini menjadi masalah yang berat untuk WHO. Ia mengatakan orang-orang harus tetap waspada karena pandemi ini belum berakhir dan akan terus menimbulkan penyakit yang bisa berdampak panjang.

“Kita harus tetap waspada, pandemi ini belum berakhir dan terus menimbulkan penyakit, terus menyebabkan kematian, tetapi juga terus menimbulkan konsekuensi jangka panjang bagi orang-orang di seluruh dunia,” kata Dr Ryan.
Jadi tantangan selanjutnya di dunia medis

WHO memperkirakan sekitar 10-20 persen pasien COVID-19 mengalami gejala yang bisa bertahan lama hingga berbulan-bulan usai terinfeksi. Gejala yang berkepanjangan ini bisa mencakup kelelahan yang terjadi terus-menerus, sesak napas, kabut otak atau brain fog, hingga depresi.

Para ahli kesehatan mengatakan ini menjadi kondisi yang harus diperhatikan. Sebab, kondisi ini bisa menyebabkan dampak yang besar pada masyarakat, mulai dari peningkatan biaya perawatan kesehatan, kerugian ekonomi, hingga produktivitas.

Sampai saat ini, belum ada panduan pengobatan atau rehabilitasi yang bisa dilakukan untuk mereka yang mengalami post COVID-19.

(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *