Satusuaraexpress.co – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim, ungkap kreativitas Guru dalam proses Merdeka Belajar.
“Kemerdekaan dalam proses belajar tidak harus ditentukan oleh pusat. Dalam Merdeka Belajar, guru-guru dan kepala sekolah punya kebebasan untuk merancang proses pembelajaran dengan cara yang paling cocok untuk para murid,” terang Nadiem dalam Konferensi Virtual Akademi Edukator, Rabu (14/7).
Menurut Nadiem, kondisi wilayah, kemampuan sekolah, serta daya belajar siswa memiliki perbedaan yang tidak bisa disamakan satu sama lain. Apalagi jika berkaitan dengan teknologi.
“Semua murid itu berbeda. Di sekolah yang berbeda maka akan berbeda. Di sekolah yang ada di pegunungan, pesisir, kota, desa atau kampung itu akan berbeda-beda proses pembelajaran yang kondusif,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait dengan pengaruh teknologi di masa pembelajaran daring, Nadiem mengungkapkan bahwa guru-guru harus melatih dirinya sendiri sehingga teknologi bukan hanya untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Menurutnya, penggunaan teknologi bagi guru itu bisa untuk berbagai macam, di antaranya:
– Bisa untuk melakukan online university untuk meningkatkan kemampuan
– Menggunakan aplikasi untuk mengakses atau mengevaluasi level kompetensi murid-murid agar bisa terpetakan mana murid yang ketinggalan dan mana yang lebih maju
– Tempat untuk kolaborasi dan berbagi dengan guru-guru lain
– Bisa menurunkan beban administrasi sekolah, sehingga guru bisa fokus terhadap perkembangan belajar murid
Baca Juga : Nadiem Soal Teknologi di Sekolah : Agar Efektif dan Guru Dapat Fokus ke Pelajar
“Jadi peran teknologi itu jauh lebih variatif dari pada PJJ. Semua (guru) tahu PJJ karena ini menjadi pertama kalinya teknologi digunakan untuk sekolah secara terpaksa. Padahal di luar PJJ terdapat manfaat lain,” paparnya.
Nadiem juga menyebut selain untuk PJJ, terdapat manfaat lain dari teknologi yang selama ini dipakai seperti google class room.
Menurutnya guru tak hanya bisa menggunakan untuk PJJ tapi bisa juga digunakan untuk off learning seperti komunikasi dengan orang tua, mengatur jadwal kelas, dan membuat grup-grup kecil untuk berkomunikasi dengan murid.
“Jangan terpaku oleh PJJ. Apakah nanti akan hybrid learning atau tidak, yang terpenting adalah masing-masing sekolah menemukan titik keseimbangan antara penggunaan teknologi dengan proses pembelajaran,” tutup Nadiem. (*)