Jakarta, Satusuaraexpress.co – Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) akan sangat berhati-hati dalam mengelola dana haji. Banyak investasi yang menawarkan imbal hasil yang tinggi tetapi kerap dibayangi dengan risiko besar pula.
Kepala BPKH Anggito Abimanyu mengatakan, sampai 2021 dana haji yang dikelola dinilai sudah cukup tinggi yaitu lebih dari Rp150 triliun. Dari investasi tersebut manfaatnya sudah mencapai sekitar Rp 8 triliun.
“Kami mengelola dana dengan penuh hati-hati dan aman. Memang ada keinginan untuk mengejar return, tapi kalau return lebih tinggi pasti risiko lebih besar,” kata Anggito dalam Webinar Pengelolaan Dana Haji, Jakarta, Senin (19/07).
Sebagai pengelola dana haji, BPKH tidak ingin investasi yang dilakukan justru merugi dan menimbulkan masalah dikemudian hari. Dia tidak ingin ada dana haji yang hilang karena salah menginvestasikan dana haji.
Anggito mengakui, penempatan dana haji saat ini masih mengambil langkah konservatif dan sesuai mandat dalam undang-undang. Hal tersebut salah satunya karena BPKH juga masih membangun sistem dan infrastruktur kelembagaan.
Sejak berdiri pada 2018, BPKH menyiapkan kelengkapan perangkat tersebut untuk kemudian melangkah pada optimalisasi investasi pada 2020. Namun, langkah ini terkendala Covid-19 yang membuat pasar keuangan melemah.
“Kita sudah siapkan pipeline untuk investasi-investasi itu di 2020 tapi kemudian Covid-19, ada pembatalan haji, dan kondisi lainnya sehingga investasi langsung belum terlaksana sepenuhnya, bukan kita tidak mau,” katanya.
Namun demikian, Anggito memastikan, dana haji saat ini terus dikelola secara profesional dengan berdasar pada sejumlah indikator keuangan. Beberapa di antaranya dari sisi likuiditas saat ini, dana haji tersedia untuk sekitar tiga kali penyelenggaraan ibadah haji.
“Rasio dari solvabilitas sudah cukup kuat, dan dana likuid kita sudah cukup likuid, mampu secara jumlah bisa lebih dari tiga kali berhaji,” kata dia.
Saat ini BPKH sudah mendapatkan return yang cukup bagus dan aman. Ini menjadi modal utama, untuk bisa masuk ke investasi high return dan medium moderate risk. Anggito mengklaim proses untuk sampai di titik ini telah dilakukan sejak 4 tahun lalu.
Selain itu, BPKH menegaskan pihaknya sudah tidak memiliki dana talangan haji sejak 2016 dan 2013. Semua pertumbuhan pendaftar jemaah haji berjalan secara organik.
Terkait rencana investasi di Arab Saudi, Anggito mengatakan rencana tersebut memang terpaksa ditunda. Hal ini tak lain karena pandemi Covid-19 dan adanya pembatasan perjalanan haji selama 2 tahun berturut-turut.
“Itu menyebabkan investasi di Arab Saudi belum bisa dilaksanakan. Jadi bukannya kami tidak mau berinvestasi di Arab Saudi, tapi memang situasinya belum memungkinkan,” kata dia. []