Mengenal Syekh Yusuf Al-Makassari Al-Bantani

IMG 20210618 124025
tangkapan layar youtube Syekh Yusuf al-Makassari, Karya dan Tarekatnya (ilustrasi)

“Salah satu imam besar di Nusantara yang diasingkan ke Afrika Selatan oleh VOC”

Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makassari Al-Bantani adalah imam besar yang hidup pada abad ke-17. Sebagaimana kita tahu, sejumlah wilayah Nusantara (kini Indonesia) pada masa tersebut dikuasai pendatang dari Eropa untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah. Salah satunya ialah Belanda yang datang lewat kongsi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).

VOC yang berkuasa secara semena-mena membuat rakyat Nusantara gerah. Dari sekian banyak, Syekh Yusuf Al-Makassari menjadi yang aktif melakukan pemberontakan pada mereka. Lewat jalan dakwahnya, ia berhasil menarik banyak orang agar berani melawan VOC.

Hanya saja perlawanan Syekh Yusuf gagal. VOC menang, tetapi masih ada rasa takut pada sang imam besar yang sudah kalah. Akhirnya ia diasingkan jauh dari tempat kelahirannya. Dari situ namanya pun menjadi masyhur dan berpengaruh di tanah pengasingan. Tak hanya menjadi pahlawan di negeri sendiri, ia juga menjadi pahlawan di negeri orang lain.

Kalah Melawan VOC di Banten

Hubungan Kesultanan Banten dan VOC sangatlah panas seusai perang yang berkobar pada 1658-1659. Hubungan dengan Kesultanan Gowa-Tallo yang baik lalu dimanfaatkan oleh pihak Banten. Sultan Ageng meminta sejumlah pemuka agama mengasah mental para prajurit, salah satunya yang diajak ialah Syekh Yusuf.

Pasukan Sultan Ageng sayangnya kalah pada 1682. Saat Sultan Ageng menyerahkan diri pada 16 Maret 1683, pasukan Syekh Yusuf mundur 135 kilometer ke selatan, tepatnya di wilayah Cikaniki, Jawa Barat. Medan berat dan hutan lebat membuat mereka aman dari pengejaran VOC. Di Cikaniki inilah Syekh Yusuf kembali menyusun rencana penyerangan dan memulihkan mental bertempur pengikutnya.

Tak disangka, pasukan VOC pimpinan Letnan Maurits van Happel berhasil melacak keberadaan Syekh Yusuf, memaksa sisa-sisa kekuatan Sultan Ageng menyingkir lebih jauh ke arah timur. Puncaknya, kedua pihak terlibat pertempuran hebat di Desa Tunggilis (kini masuk Kabupaten Ciamis). Jatuh banyak korban jiwa, salah satunya adalah Pangeran Kidul. Syekh Yusuf sempat menyelamatkan diri, meski menderita luka-luka akibat pertempuran brutal.

Jadi buronan VOC, Syekh Yusuf diketahui tinggal di kaki Gunung Ciremai, 130 km di utara Tunggulis. Demi memancing keluar dari persembunyian, Batavia menawan istri dan anaknya. Khawatir dengan keselamatan keluarganya, Syekh Yusuf pun menyerahkan diri pada Maret 1683.

Syekh Yusuf diasingkan ke Srilangka Afrika Selatan

VOC kebingungan dengan nasib Syekh Yusuf yang sedang menjalani masa penahanan di Batavia (kini Jakarta). Komandan VOC di Makassar waktu itu, Willem Hartsink, mengusulkan agar ia lebih baik dipulangkan ke kampung halaman dan dijadikan tahanan rumah. Namun, usul tersebut ditolak pejabat tinggi di Batavia, Dirk de Haas (setelah mempertimbangkan pandangan Arung Palakka), lantaran takut dengan potensi bangkitnya kembali perlawanan rakyat Gowa-Tallo.

Menahannya terlalu lama di Batavia juga dirasa tidak bagus oleh VOC. Syekh Yusuf dianggap sebagai wali dan populer oleh orang-orang muslim Batavia sehingga tempat penahanannya ramai dikunjungi.

Keputusan akhirnya dibuat VOC yaitu mengasingkan Syekh Yusuf ke Kolombo, Sri Lanka (dulunya bernama Ceylon), pada 12 September 1684. Tidak sendirian, ia ditemani istri, anak, dan beberapa pengikutnya yang berjumlah 49 orang.

Di Sri Lanka, Syekh Yusuf menyibukkan diri dengan menulis buku. Selain menulis buku, ia juga menggelar dakwah pada warga setempat. Karena pendekatannya yang bersahabat, tidak sedikit warga Sri Lanka beralih memeluk Islam.

Kesibukan lainnya Syekh Yusuf menerima orang-orang Nusantara yang hendak pergi-pulang haji berhubung Sri Lanka menjadi jalur persinggahannya. Semangat perjuangannya dibagikan di tempat tersebut dan VOC menilai pengaruh Syekh Yusuf masih sangat besar di tanah pengasingannya itu. Jadilah ia diasingkan ke lebih jauh, ke Cape Town, Afrika Selatan pada 1693. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *