Tradisi Lebaran Ketupat,Begini Arti dan Filosofinya

lebaran ketupat

Satusuaraexpress.co – Lebaran ketupat dilaksanakan satu minggu setelah lebaran Idul Fitri. Perayaannya dilakukan pada 8 Syawal, setelah menyelesaikan enam hari puasa syawal. Pada tahun ini, 1 Syawal jatuh pada tanggal 13 Mei 2021. Dengan demikian, tanggal 8 Syawal berarti jatuh pada hari Kamis, 20 Mei 2021.

Lebaran ketupat sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa yang sudah ada sejak lama.Dalam buku Indonesia Punya Cerita: Kebudayaan dan Kebiasaan Unik di Indonesia (2012) karya Yusuf, Toet, selain wayang, lebaran ketupat identik dengan masyarakat Jawa.

Belakangan ini lebaran ketupat sudah menyebar di seluruh pelosok Indonesia, bahkan hingga ke Singapura dan Malaysia.Penyebaran tersebut tidak lepas karena orang Jawa yang merantau. Sehingga tradisi lebaran ketupat berkembang dan menjadi warisan unik masyarakat Indonesia yang tetap dipertahankan.

Sunan Kalijaga memperkenalkan dua istilah bakda kepada masyarakat Jawa, yakni bakda lebaran dan bakda kupat, bakda lebaran dipahami sebagai proses pelaksanaan shalat ied pada 1 Syawal,Bakda kupat dimulai satu minggu setelah lebaran.

Saat lebaran ketupat, biasanya masyarakat membuat ketupat. Ketupat merupakan jenis makanan dari beras yang dimasukan ke dalam anyaman daun kelapa (janur) yang dibuat berbentuk kantong.

Setelah beras dimasukan kemudian di masak. Kemudian diantar ke kerabat terdekat dan kepada mereka yang lebih tua.

Itu sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, terdapat aneka macam bentuk ketupat yang dimiliki tiap-tiap daerah. Bentuk tersebut juga memiliki arti dan maksud tersendiri.

Saat dihidangkan ketupat biasa dicampur dengan aneka sayuran dan tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing.

Filosofi ketupat

Lebaran ketupat melikiki filosofi. Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari istilah bahasa Jawa yaitu “ngaku lepat” (mengakui kesalahan) dan “laku papat” (empat tindakan).Pada prosesi ngaku lepat biasanya dilaksanakan dengan tradisi sungkeman. Sungkeman adalah seorang anak yang bersimpuh dan memohon maaf di hadapan orang tua.

Adanya prosesi itu mengajak kita untuk memahami arti pentingnya menghormati orang tua, tidak angkuh, dan tidak sombong kepada mereka. Selain itu senantiasa mengharap ridho dan bimbingan.

Ini menandakan bukti cinta dan kasih sayang kepada orang tua.Prosesi ngaku lepat tidak hanya tradisi sungkeman terhadap orang. Di mana memohon maaf kepada tetangga, kerabat dekat maupun jauh hingga masyarakat muslim lainnya.

Umat Islam dituntun untuk mengakui kesalahan dan saling memaafkan. Ketupat jadi simbol maaf bagi masyarakat Jawa.

Di mana ketika seorang datang ke rumah lalu disuguhi ketupat dan diminta makan. Saat ketupat itu dimakan, maka secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala salah, khilaf terhapus.

Istilah laku papat, masyarakat Jawa mengartikannya dengan istilah lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Lebaran, berarti akhir dan usai yang menandakan berakhirnya bulan Ramadhan dan menyongsong kemenangan.

Luberan, memiliki makna meluber atau melimpah. Pesan moral dari luberan itu adalah budaya berbagi dan mengeluarkan sebagian hartanya kepada fakir miskin. Leburan, berarti habis dan melebur.

Momen saling melebur dosa dan memaafkan satu sama lain. Laburan, berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat padat berwarna putih dan bisa menjernihkan zat cair.

Dengan laburan, maka bisa dipahami jika seorang muslim harus kembali jernih dan putih.Itu menandakan simbol kejernihan dan kesucian hati.Lebaran ketupat diyakini merupakan tuntunan yang luhur untuk menjadi pribadi lebih baik.

Lebaran ketupat merupakan tradisi baik yang telah lama mengakar kuat bagi masyarakat Jawa. Lebaran ketupat juga salah satu budaya keislaman di tanah Jawa yang tetap dipertahankan dan tidak punah. (*)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *