Satusuaraexpress.co – Kastel Batavia yang terpendam sedalam 1,5 hingga 2 meter di Jalan Tongkol, Pademangan, Jakarta Utara (Jakut), ditemukan oleh arkeolog Universitas Indonesia (UI). Sejumlah benda bersejarah lainnya ditemukan dari tumpukan sisa Kastel Batavia yang dibangun sejak ratusan abad lalu itu.
Arkeolog UI kerap mendatangi Kastel Batavia itu untuk melakukan penggalian. Lokasi galian itu ternyata merupakan lahan untuk tempat parkir truk-truk pengangkut barang. Selain itu, terdapat rumah industri bola plastik dan jasa-jasa logistik.
“Sebenarnya hal itu sudah cukup lama ya, apalagi orang arkeolog sering ke sini. Di belakang ini kan juga ada kastel juga, itu juga bekas sejarah,” kata Ketua RT 08 RW 1, Suwanto dilansir dari detik.com, Sabtu (29/5/2021).
Titik galian Kastel Batavia itu sudah tertutup karena proyek penelitian dari arkeolog UI sudah selesai. Terlihat bekas galian terbentang sekitar 3 meter. Di titik galian ini, kata Suwanto, tembok Kastel Batavia yang terbuat dari bata-bata itu masih tersusun rapi.
“Oh iya (di sini kastelnya), dia ada susunan bata rapi, kayaknya mungkin karena penurunan tanah di Jakarta ini, lama-lama dia terpendam sendiri, itu bentuknya memang masih bagus kok kalau saya perhatiin. Saya malah bangga kalau memang Indonesia tuh bisa ngebuka lahan itu, jadi tempat buat para wisata,” katanya.
Ada informasi lahan itu akan dibangun rumah susun. Pihak arkeolog UI yang kerap mendatangi lokasi galian meminta agar Kastel Batavia jangan sampai terbentur paku bumi karena bisa hancur.
“Jadi tuh pihak arkeolog mau ngecek kastel itu jangan sampai terbentur paku bumi, kemungkinan besar gitu. Jadi digalilah, dia kan juga punya arsip. Setelah dibuka, ternyata memang masih ada, kastel-kastel zaman Belanda itu, itu sekitar tahun, kalau menurut perkiraan Universitas Indonesia sendiri dengan dekannya dengan dosennya ke situ, itu sekitar tahun 1600-an,” ucapnya.
“Sebenarnya hal ini nggak sempat digali karena mau ada pembangunan rumah susun, di belakang kalau nggak salah tahun 2022 awal bikin rumah susun,” tambahnya.
Pecahan Keramik hingga Bata
Temuan lain dari Kastel Batavia adalah pecahan-pecahan keramik bersejarah. Pecahan keramik itu, kata Suwanto, berasal dari China, Belanda, hingga Inggris.
Dari foto yang diterima, pecahan keramik itu berwarna putih dengan motif-motif berwarna biru tua. Juga ada seperti pecahan dari guci warna putih bertuliskan ‘Japansch’.
“Sebenarnya, kalau untuk keramik, keramik itu ada beberapa, ada China, ada Thailand, ada Myanmar, ada beberapa Belanda, Inggris, ada beberapa negara itu, katanya sih. Kita kan kurang jelas, ya,” ujarnya.
Lalu, temuan lain berikutnya adalah bata kuning yang diduga berasal dari wilayah Eropa. Bata kuning itu langsung ditemukan oleh Suwanto saat menyusuri lokasi galian.
“Terus tadi yang saya perlihatkan tadi bata kuning. Bata kuning itu informasi yang saya tahu itu buatan Eropa, karena dasar tanahnya kuning saya nggak tahu, tapi memang dari Eropa. Dari sini, (orang Eropa) katanya bawa rempah-rempah, di sana kosong, dimuatkanlah bata-bata itu. Bata itu akhirnya dipergunakan buat membangun wilayah sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa dan sekitarnya,” jelasnya.
Seorang warga bernama Gatot (62) menceritakan bahwa Kastel Batavia dijadikan gudang yang disebut ‘Gudang Timur’. Gudang ini dulu digunakan sebagai tempat penyimpanan rempah-rempah pada zaman penjajahan Belanda.
“Saat itu memang untuk penyimpanan. Kalau waktu masih dalam penjajahan itu untuk menyimpan rempah-rempah. Kala itu di sini kan makmur masalah rempah-rempah, jadi Belanda itu pengin ambil rempah-rempah dari Indonesia dibawa ke negaranya sana,” ujar Gatot saat ditemui di lokasi.
Gatot sudah menetap di wilayah dekat Kastel Batavia sejak 1985. Gatot bercerita sempat warga tak bisa bebas masuk lingkungan Kastel Batavia karena kala itu masih dijaga oleh karyawan Sejahtera Bank Umum (SBU).
“Jadi di sini itu hanya orang-orang terbatas, yang mempunyai saham di SBU itu sendiri. Karena yang nempatin itu pengusaha kelas internasional, kala itu justru para pebisnis itu pergi dari sini itu tahun 1991 baru bisa kosong, karena tol baru masuk,” katanya.
Gatot mengungkapkan genting sisa bangunan kastel ini mulai roboh. Warga setempat sempat mengajukan agar kastel yang biasa disebut ‘Gudang Timur’ untuk bisa menjadi cagar budaya.
“Bahkan sekarang ini pun sudah ada yang roboh di ujung sana, cuma alhamdulillahnya pergudangan ini dengan kita dan kawan-kawan mengajukan bagaimana caranya di sini itu pergudangan ini yang disebut Gudang Timur itu bisa masuk cagar budaya,” ucapnya.
Selanjutnya, Gatot menceritakan kastel ini berdiri sejak tahun 1628. Dulunya, terdapat 4 bangunan gudang yang saling terhubung untuk memudahkan akses.
“Kalau bangunan itu dibangun mulai itu (tahun) 1628, itu dimulai dari awal pertama awalnya baru dibangun satu. Berjalannya waktu, itu dalam 1 abad bisa membangun 4 gudang tersebut. Ya jadi di sini ada 4 gudang, 2 baris jadi 1 baris bagian depan 2 gudang, bagian belakang 2 gudang,” ujarnya.
Gatot berharap agar peninggalan sejarah ini direnovasi demi kepentingan sejarah. Dia ingin kastel itu direnovasi agar bisa digunakan sebagai pengetahuan bagi generasi ke depan.
“Justru sebetulnya bagi saya sebagai orang yang sudah tua pengin sekali gudang ini direnovasi. Karena ini kan sifatnya sejarah, jadi anak-cucu biar memahami tentang sejarah. Karena sejarah itu sangat penting untuk generasi kita yang akan datang, seperti itu,” kata Gatot.
Harapan yang sama datang dari warga lainnya bernama Imas. Dia berharap Kastel Batavia ini dibuat cagar budaya agar bisa terpelihara untuk anak-cucu nanti.
“Harapan saya sih sebagai warga Indonesia kan bahwa ini peninggalan Belanda, kita harus hormati juga peninggalannya. Jadi buat kenangan juga,” kata Imas.
“Alangkah baiknya, menurut saya, direnovasi saja buat cagar budaya, buat anak-cucu kita, cerita bagaimana ini bisa berdiri di sini, sejarahnya gimana,” sambungnya.
(*)