Disfungsi Ereksi Masalah Pria, Derita Wanita 2021

m4vdmQvTKj
Depressed man sitting on the edge of bed

Disfungsi ereksi merupakan masalah seksual yang sangat mengganggu, tidak hanya bagi pria yang mengalaminya, tetapi juga bagi wanita pasangannya. Diduga sekitar 10-15 persen pria Indonesia yang sudah menikah mengalami gangguan seksual ini. Menyembunyikan atau membiarkan gangguan ini adalah suatu kekeliruan, karena dapat mengoyak kebahagiaan perkawinan dan sering berahir dengan perceraian.

Apa yang dimaksud dengan disfungsi ereksi ?

Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan. Masyarakat sering memberikan sebutan impoten pada kasus disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi dibagi dua, yaitu disfungsi ereksi primer dan disfungsi ereksi sekunder.

Disfungsi ereksi primer terjadi sejak awal, yang berarti sejak awal penderita tidak mampu mencapai dan mempertahankan ereksi penis yang cukup sehingga tidak mampu melakukan sanggama dengan baik.

Penderita disfungsi ereksi sekunder, pada awalnya dapat mencapai ereksi penis yang cukup dan dapat melakukan sanggama dengan baik. Tapi karena sesuatu kemudian terjadi gangguan sehingga tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk melakukan sanggama.

Apa penyebab disfungsi ereksi ?

Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh faktor psikis atau fisik. Disfungsi ereksi karena faktor psikis disebut disfungsi ereksi psikogenik. Faktor psikis yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi meliputi semua faktor dalam semua periode kehidupan yaitu periode anak -anak, remaja dan dewasa.

Faktor-faktor penyebab disfungsi ereksi dapat dikelompokkan menjadi :

  1. Faktor perkembangan, misalnya : dominasi orang tua, konflik orang tua – anak, trauma masa kecil, dan pengalaman seksual pertama kali.
  1. Faktor afektif, misalnya : kecemasan, rasa bersalah, takut hamil.
  1. Faktor antar personal, misalnya : komunikasi tidak baik, kejenuhan, hilangnya daya tarik fisik.
  1. Faktor kognitif, misalnya : informasi yang salah (mitos).
  2. Faktor lain – lain, misalnya : ejakulasi dini, dan penyimpangan seksual (deviasi seksual).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi dapat dikelompokkan menjadi gangguan anatomik, gangguan jantung, dan sistem pernafasan, gangguan ginjal, gangguan hormon, gangguan saraf, gangguan pembuluh darah, dan gangguan darah.

Beberapa contoh gangguan atau penyakit yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi ialah penyakit kencing manis (diabetes mellitus), kolesterol tinggi, gangguan pembuluh darah misalnya karena merokok, dan menurunnya kadar hormon androgen. Di samping itu terdapat beberapa macam obat dan operasi yang dapat juga menyebabkan disfungsi ereksi, misalnya alkohol yang berlebihan, beberapa obat tekanan darah tinggi, hormon esterogen, beberapa obat penenang, operasi prostat dan penis.

Bagaimana cara mengetahui adanya disfungsi ereksi ?

Diagnosis disfungsi ereksi terutama mengacu pada keluhan pasien, yaitu mengalami gangguan respon seksual seperti ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan ereksi, demi suatu kepuasan seksual. Pemeriksaan anamnesis, fisik, dan penunjang tetap diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis.

Anamnesis

Segala penyakit yang berhubungan dengan gangguan seksual, mutlak dibutuhkan penggalian informasi mengenai riwayat penyakit yang menyertai ataupun riwayat pengobatan terdahulu. Hasil penggalian informasi dapat digunakan untuk mengevaluasi potensi penyakit pasien, dan untuk membedakan penyebab organik atau psikis yg mendasari disfungsi ereksiCara sederhana adalah merasakan sendiri ketidak-mampuan mencapai atau mempertahan ereksi yang cukup untuk melakukan senggama dengan baik. Ketidak mampuan ini dapat berupa ereksi yang tidak terjadi sama sekali, ereksi terjadi tapi lemah, ereksi hilang saat akan melakukan senggama atau ereksi hilang saat senggama berlangsung. Untuk lebih meyakinkan, diperlukan evaluasi dengan cara menjawab sejumlah pertanyaan sebagai alat uji sederhana, kemudian beri nilai.

Dari nilai yang didapat melalui jawaban atas pertanyaan itu dapat disimpulkan ada tidaknya disfungsi ereksi. Penggunaan kuesioner dapat membantu menggali informasi lebih dalam pada pasien dengan gangguan seksual, beberapa kuisioner yang bisa digunakan adalah:

Internal Index Of Erectile Function (IIEF)

Sexual Encounter Profile (SEP)

Erectile Dysfunction Inventory of Treatment Satisfaction (EDITS) 

Pemeriksaan Fisik

Pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler, saraf, dan genitourinaria perlu dilakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:

Tekanan darah dan denyut nadi

Pemeriksaan sensasi saraf

Kondisi alat kelamin dan prostat, termasuk ukuran dan tekstur testis, kondisi epididimis dan vas deferens, serta adakah tanda penis abnormal seperti hipospadia dan peyronie.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan biasanya untuk mencari faktor risiko disfungsi ereksi, termasuk juga mengevaluasi fungsi kelenjar reproduksi.

Pemeriksaan Gula Darah

Pemeriksaan ini untuk mengetahui faktor risiko diabetes mellitus pada pasien yang menderita disfungsi ereksi. Dapat dilakukan pemeriksaan Hemoglobin A1c untuk dapat menilai terkontrol tidaknya kadar gula pasien.

Pemeriksaan Fungsi Kelenjar Reproduksi

Terdiri dari pemeriksaan kadar hormon testosterone, free testosterone, prolactin, luteinizing hormone (LH), dan follicle stimulating hormone (FSH) dalam darah.

Pemeriksaan Fungsi Thyroid

Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan hormon tiroid, terdiri dari thyroid stimulating hormone (TSH), triiodothyronine (T3), total thyroxine (T4), dan free thyroxine (FT4).

Vascular Evaluation

Untuk pemeriksaan pada pembuluh darah penis dapat dilakukan prosedur sebagai berikut:

Intracavernous injection and stimulation testi (ICI), dilakukan untuk mengevaluasi adanya kelainan pada arteri dan vena di penis, dipadukan dengan stimulus baik secara visual maupun sensoris pada alat kelamin sehingga dapat mengetahui kemampuan ereksi penis secara praktis

Penile duplex ultrasonography, yang dapat dipadukan dengan ICI untuk mengevaluasi sirkulasi darah, serta merupakan metode paling informatif utk melihat adanya kelainan pada arteri dan vena

Arteriography, dapat melihat arteri mana yang mengalami penyumbatan.

Apa akibat disfungsi ereksi ?

Disfungsi ereksi menyebabkan sanggama tidak dapat berlangsung dengan baik, atau bahkan tidak dapat berlangsung sama sekali Akibatnya penderita merasa sangat kecewa karena keinginannya untuk melakukan sanggama tidak terpenuhi. Di pihak lain sang istri juga merasa kecewa bahkan menderita. Lebih jauh, dapat terjadi ketegangan dalam perkawinan, bahkan dapat terjadi penyelewengan seksual, atau perkawinan itu berakhir dengan perceraian. Karena itu disfungsi ereksi harus diatasi, jangan dibiarkan begitu saja.

Apakah disfungsi ereksi dapat diatasi ?

Disfungsi ereksi dapat diatasi. Untuk mengatasinya, lebih dulu diperlukan pemeriksaan agar penyebabnya dapat diketahui. Disfungsi ereksi yang disebabkan oleh kecemasan, misalnya, tentu memerlukan penanganan yang berbeda dengan disfungsi ereksi yang disebabkan oleh penyakit kencing manis. Disfungsi ereksi yang disebabkan oleh kekurangan hormon, atau penangananya berbeda dengan disfungsi ereksi akibat tingginya kadar kolesterol di dalam darah. Demikian juga disfungsi ereksi karena penyebab yang lain. Tanpa pemeriksaan, usaha mengatasi disfungsi ereksi tidak efektif, bahkan sangat mengandung resiko.

Diagnosis Banding

Disfungsi ereksi memiliki gejala yang menyerupai beberapa penyakit lain seperti andropause, Peyronie disease dan depresi.

Andropause

Pada penyakit andropause terjadi penurunan gairah seksual yang disebabkan karena penurunan level hormon pada usia yang sudah tua. Pada disfungsi ereksi, usia pasien bisa bervariasi serta umumnya berhubungan dengan gangguan pembuluh darah.  Sifat penyakit andropause irreversible sedangkan disfungsi ereksi umumnya reversible.

Peyronie Disease

Penyakit Peyronie ditandai dengan adanya kurvatura pada batang penis, disertai nyeri saat ereksi.

Depresi

Pada gangguan depresi yang terjadi adalah gangguan pada psikis, yang mengakibatkan seseorang tidak memiliki hasrat untuk beraktifitas. Gejala depresi adalah kehilangan energi, kesulitan untuk berpikir, dan pada kasus berat akan menimbulkan keinginan bunuh diri. Sedangkan pada disfungsi ereksi, masalah yg timbul umumnya adalah gangguan pembuluh darah akibat penyakit tertentu meski bisa saja seseorang yg terkena disfungsi ereksi akan menjadi depresi.

Tatalaksana disfungsi ereksi

Penatalaksanaan disfungsi ereksi bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah, mengobati penyakit komorbid ataupun gangguan psikis yang mendasarinya. Tata laksana disfungsi ereksi meliputi medikamentosa hingga tindakan medis, seperti penggunaan vakum dan pembedahan.

Medikamentosa

Pengobatan yang diberikan pada pasien dapat berupa tablet per oral, obat yg dimasukkan pada ujung penis atau suppositoria, dan injeksi pada penis. Sedangkan tata laksana pada kasus disfungsi ereksi akibat obat-obatan tertentu dapat dilakukan dengan pengurangan dosis hingga istirahat pemberian obat rutin tersebut.

Pengobatan Tablet Per Oral

Beberapa macam obat dapat dikonsumsi 15 menit hingga 36 jam sebelum berhubungan seksual, tergantung pada jenis obatnya. Obat yang biasa diberikan adalah PDE5 inhibitor seperti avanafil, sildenafil, tadalafil, atau vardenafil.

Obat-obatan ini sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan obat golongan nitrat untuk penyakit jantung, karena dapat menurunkan tekanan darah. Pasien perlu ditekankan agar lebih paham apa yang harus dilakukan jika terjadi serangan angina. Selain itu, harus berhati-hati pada pasien yang mengalami gangguan prostat, dan pasien yang mengonsumsi obat alfa bloker.

Pengobatan Suppositoria dan Injeksi

Obat yang digunakan adalah alprostadil. Obat ini membantu melancarkan aliran darah ke penis sehingga penis dapat ereksi dalam waktu beberapa menit. Alprostadil per injeksi dapat memberikan efek yang cepat tetapi memiliki risiko perpanjangan waktu ereksi. Alprostadil per suppositoria dimasukkan ke ujung penis, dikenal dengan nama prosedur MUSE (medicated urethral system for erections). Kekurangannya adalah angka keberhasilan yang tidak sebaik injeksi.

Penggunaan Vakum

Vacuum constriction device (VCD) merupakan alat pompa eksternal yg dapat melancarkan aliran darah ke penis, sehingga ereksi dapat dipertahankan. Alat ini relatif aman digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat diabetes mellitus, depresi, atau pasien yang memerlukan tindakan bedah operasi prostat atau kanker kolon.

Tindakan Bedah

Bedah merupakan langkah terakhir yang dapat dilakukan jika semua langkah sebelumnya tidak memberikan hasil. Tindakan bedah yang dilakukan antara lain:

Penggunaan implan atau prosthesis di dalam penis

Bedah rekonstruksi pembuluh darah untuk meningkatkan aliran darah ke penis. Rekonstruksi yang dilakukan adalah memperbaiki sumbatan pembuluh darah, dan memperbaiki kebocoran darah dari penis dan struktur sekitar penis. Prosedur ini efektif untuk beberapa kasus.

Prognosis disfungsi ereksi kebanyakan kasus dapat disembuhkan atau reversibel, tetapi keberhasilan penyembuhan total tergantung pada penyakit yang menyertainya. Komplikasi yang dapat dialami pasien adalah ketidakpuasan seksual sehingga menyebabkan stress pada pasien dan pasangannya.

Komplikasi Disfungsi Ereksi

Komplikasi disfungsi ereksi dapat dialami oleh pasien dan keluarganya, terutama pasangan seksualnya. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah :

Ketidakpuasan seksual, Stress dan kecemasan, Perasaan rendah diri, timbulnya masalah keharmonisan pada hubungan suami istri atau pasangan ketidakmampuan memiliki keturunan atau infertilitas.

Disfungsi ereksi umumnya berdampak pada masalah yang berkaitan dengan psikososial seseorang dan tidak menimbulkan komplikasi organik yang berbahaya, akan tetapi timbulnya disfungsi ereksi merupakan sebuah alarm adanya gangguan kesehatan pada diri seseorang, misalnya komplikasi akibat diabetes mellitus.

Prognosis Disfungsi Ereksi

Kebanyakan kasus disfungsi ereksi dapat disembuhkan, tergantung pada penyakit yang menyertainya. Dokter akan mengidentifikasikan disfungsi ereksi pada dua tipe, yaitu:

Disfungsi ereksi primer, yaitu kasus yang terjadi pada pria yang tidak pernah dapat ereksi sejak awal, kasus ini jarang ditemukan.

Disfungsi ereksi sekunder, yaitu kasus yang terjadi pada pria yang awalnya mampu untuk ereksi lalu terjadi kesulitan untuk memulai atau mempertahankan ereksi. Kasus ini yang paling banyak terjadi.

Kasus disfungsi ereksi sekunder dapat disembuhkan, dan biasanya bersifat sementara. Sedangkan kasus disfungsi ereksi primer membutuhkan penanganan lebih intensif . Hal yang perlu dipahami adalah disfungsi ereksi meskipun tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi pengobatan yang adekuat akan mengurangi gejalanya.

Kasus disfungsi ereksi yang disebabkan oleh obat obatan tertentu yang dapat menginduksi disfungsi ereksi, umumnya dapat disembuhkan dan akan kembali normal jika obat obatan tersebut dihentikan.

Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi disfungsi

ereksi ?

Beberapa hal perlu diperhatikan untuk mencegah disfungsi ereksi :

  1. Pelihara kesehatan tubuh dan jiwa secara umum.

2.Jangan menggunakan obat, ramuan, atau bahan kimia tanpa indikasi yang jelas & tanpa petunjuk tenaga ahli.

3.Binalah komunikasi yang baik dengan pasangan, termasuk komunikasi seksual.

4.Binalah agar kehidupan seksual dengan pasangan berlangsung harmonis.

  1. Usahakan agar senggama tidak merupakan sesuatu kegiatan monoton yang menjemukan.
  1. Segeralah berkonsultasi dengan tenaga ahli bila mengalami masalah seksual.

 

Jakarta,8 April 2021

Dr.Mulyadi Tedjapranata

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *