Tekan Biaya Logsitik, Ini Tantangan yang Harus Dihadapi

IMG 20210328 WA0007

Satusuaraexpress.co – Sistem logistik di Indonesia dinilai perlu dibenahi. Berdasarkan data biaya logistik di Indonesia tercatat sebagai salah satu yang termahal di Asia, setidaknya hingga 2020. Sementara kinerja logistik Indonesia menduduki peringkat ke-46.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkap sederet tantangan yang dihadapi untuk menekan mahalnya biaya logistik di Indonesia.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Laut, Sungai, Danau, dan Penyeberangan (SDP) Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub), Gunung Hutapea mengatakan sebagai negara kepulauan, Indonesia memang sudah seharusnya punya armada transportasi laut yang cukup kuat.

Praktis, kapal menjadi sarana penting dan vital, terutama sebagai alat transportasi dan bagian dari infrastruktur pembangunan ekonomi komunitas masyarakat antar daerah. Pada tahun 2019, Kemenhub mencatat sekitar 32.587 kapal Indonesia yang terdaftar secara resmi.

Hanya saja, sebagian besar kapal-kapal tersebut sudah berusia tua dan menjadikannya tidak efisien. Karena itu, perbaikan dan peremajaan menjadi sebuah keharusan.

Upaya perbaikan dan peremajaan tersebut juga menjadi sebuah tantangan. Menurutnya, perbaikan dan peremajaan membutuhkan biaya cukup tinggi. Selain itu terdapat beberapa tantangan lain sehingga berujung pada kenaikan biaya logistik.

“Kita menghadapi beberapa tantangan pada industri perkapalan, seperti kapal buatan dalam negeri relatif lebih mahal dibandingkan kapal produk luar negeri, serta waktu produksi yang relatif lebih lama, serta sebagian besar komponen kapal masih impor,” ujarnya, Sabtu (27/03).

Mengatasi persoalan itu, Gunung Hutapea menyampaikan beberapa strategi, di antaranya harus adanya intervensi dari pemerintah terhadap industri maritim. Intervensi tersebut bisa berupa pemberian soft loan kepada galangan kapal.

Selain itu perlu intervensi terkait kemudahan investasi, pengembangan digitalisasi industri galangan kapal, sharing knowledge secara global, serta pembangunan kapal bersama dengan galangan internasional.

“Berdasarkan strategi tersebut, kebutuhan kapasitas dan kapabilitas industri strategis khususnya galangan kapal termasuk komponen dalam negeri harus ditingkatkan,” tuturnya.

Ia juga menegaskan bahwa industri kapal merupakan industri padat karya, padat teknologi, dan padat modal serta tingkat pengembalian yang rendah, oleh karena itu dibutuhkan pembiayaan investasi yang mendukung poros maritim secara global.

Staf Khusus Ekonomi dan Investasi Transportasi Kemenhub Wihana Kirana Jaya menambahkan, bahwa seluruh stakeholder perkapalan harus duduk bersama, dan melakukan clearing house.

Hal ini dimaksudkan agar koordinasi antar para pelaku baik operator, industri perkapalan, regulator harus terbangun dengan benar agar tidak terjadi asimetrik informasi sehingga memunculkan perilaku yang tidak efisien.

“Kita harus melakukan yang namanya clearing house, bagaimana meng-clear-kan bottle necking ekosistem yang disebut makro sejak dulu,” ujarnya.

Kirana menegaskan bahwa seluruh kementerian atau lembaga harus berkoordinasi dengan benar agar tercipta efisiensi. (ad)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *