Desa Wisata, Destinasi Yang Tepat Untuk Belajar Kearifan Lokal

60545169d806b
Tempat wisata bernama Desa Wisata Sasak Ende di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (SHUTTERSTOCK/Julius Bramanto).(SHUTTERSTOCK/Julius Bramanto)

Satusuaraexpress.co – Pengembangan desa wisata di Indonesia merupakan hal yang saat ini diprioritaskan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Deputi Sumber Daya & Kelembagaan Kemenparekraf Frans Teguh mengatakan, hal ini lantaran desa wisata memiliki sejumlah potensi termasuk dijadikan sebagai tempat untuk belajar tentang kearifan lokal.

“Desa wisata sangat cocok dengan fenomena perubahan perilaku pasar hari ini dan pasca-pandemi. Satu, berorientasi lokal. Desa wisata adalah tempat yang sangat ideal untuk belajar mengenai kearifan lokal,” jelas dia.
Hal tersebut dia sampaikan dalam acara bincang virtual Karya Kreatif Indonesia bertajuk “Talkshow Desa Wisata ‘Ikon Andalan Baru Wonderful Indonesia’”, Rabu (24/3/2021).

Selanjutnya, potensi lain yang dimiliki oleh desa wisata adalah relasi kemanusiaan yang ada dalam kegiatan wisata karena adanya hubungan antara warga lokal dengan wisatawan.
Sebagai contoh, jika sedang berwisata di Desa Wisata Bilebante, wisata bisa mengikuti atau menyaksikan aktivitas budi daya rumput laut yang dilakukan oleh warga setempat.

Pengalaman yang paling dicari wisatawan

Pengalaman wisata yang ditawarkan oleh desa-desa wisata di Indonesia mungkin merupakan hal yang paling dicari oleh wisatawan pencinta rural tourism, baik itu wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Mengutip Igi-global.com, rural tourism adalah segala bentuk pariwisata yang menawarkan kehidupan pedesaan, seni, budaya, dan warisan di lokasi pedesaan. Konsep wisata tersebut memberi keuntungan kepada masyarakat lokal secara ekonomi dan sosial. Di samping itu, rural tourism juga memungkinkan adanya interaksi antara wisatawan dan penduduk untuk pengalaman wisata yang lebih menarik. Guna menjaga keaslian desa wisata, Frans mengatakan bahwa pihak desa wisata perlu memiliki manajemen pengunjung.

“Memang betul, desa wisata ini rural tourism konsepnya. Jangan banyak-banyak (wisatawan), nanti bisa merusak,” tuturnya. Dia menjelaskan, manajemen pengunjung diperlukan agar para tamu bisa menikmati pengalaman wisata yang otentik sembari tetap menjaga lingkungan dan protokol kesehatan CHSE.

“Perlu visitor management untuk mengelola irama, berapa banyak yang bisa datang. Terakhir, quality control. Sama-sama dengan Pemerintah Daerah kita pastikan quality control untuk terapkan CHSE, sertifikasi terhadap upaya-upaya yang sudah dilakukan,” pungkas Frans. (*)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *