satusuaraexpress.co – Presiden Joko Widodo kembali menerima vaksin corona( Covid- 19), Rabu( 27/ 1). Ini merupakan dosis kedua yang diterima Jokowi setelah 2 pekan sebelumnya menerima dosis pertama.
Menurut keterangan Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono, pada proses vaksinasi ini, Profesor Abdul Muthalib.
Sama seperti proses vaksinasi dosis pertama, tangan Abdul Muthalib kembali terlihat agak gemetaran disaat menyuntik lengan kiri Jokowi.
Kendati begitu, Jokowi nampak tenang kala menerima suntikan dosis kedua vaksin. Dia apalagi nampak sedikit tertawa sehabis disuntik.
Jokowi menjelaskan tidak ada yang berbeda dari proses vaksinasi yang pertama. Dia pula mengaku tidak merasakan sakit kala disuntik vaksin.
” Sehabis 2 minggu yang kemudian, aku hari ini menemukan suntikan vaksin yang kedua. Sama semacam yang kemudian, tidak terasa,” kata Jokowi usai divaksinasi di taman Istana Kepresidenan.
Walaupun sedikit gemetaran, Abdul Muthalib mengaku dikala proses vaksinasi kedua ini dia lebih tenang dalam menyuntik Jokowi, sebab telah sempat menyuntik pada vaksinasi awal.
Dia pula berterima kasih kepada Jokowi yang sudah membagikan keyakinan kepadanya buat kembali jadi vaksinator.
” Aku sampaikan terima kasih kepada Pak Presiden yang masih senantiasa yakin pada aku buat vaksin kedua ini, aku mau jelaskan sekali lagi kalau vaksin yang aku bagikan vaksin Sinovac, bukan yang lain,” tutur Abdul.
Abdul pula berkata pernah berbincang dengan Jokowi usai divaksin. Bagi ia, Jokowi tidak hadapi dampak samping usai vaksinasi dosis awal.
” Aku tanyakan, apa terdapat keluhan sehabis vaksin awal, nyatanya tidak terdapat sama sekali,” ucapnya.
Jokowi tadinya sudah menerima suntikan vaksinasi awal pada 13 Januari. Dia jadi orang awal di Indonesia yang menerima suntikan vaksin Sinovac.
Tidak hanya Jokowi, terdapat beberapa tokoh yang turut vaksinasi dikala itu. Sebagian di antara lain merupakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Pimpinan Universal IDI Daeng Meter. Faqih, serta aktor Raffi Ahmad.
Vaksinasi ditargetkan kepada lebih dari 50 persen penduduk Indonesia buat menghasilkan herd immunity ataupun imunitas kelompok guna menghindari penularan virus corona. (*)