Data Covid Selisih 2000 Kasus Dengan Pusat, Ini Penjelasan Pemprov Jateng

dokter di riau wafat akibat covid 19 1 169

Jakarta, satusuaraexpress.co — Data laporan kematian warga akibat terpapar virus corona (Covid-19) yang disajikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menunjukkan perbedaan data hingga 2.165 kasus. hal ini sangat mengkhawatirkan di beberapa daerah di Indonesia salah satunya di Jawa Tengah angka kasus covid-19 mendekati DKI Jakarta.
dikutip dari CNNIndonesia.com, perkembangan data terakhir Kemenkes per Minggu (3/1) menunjukkan secara kumulatif, sebanyak 3.749 orang meninggal dunia akibat covid-19. Sedangkan laporan data Pemprov menunjukkan angka kematian covid-19 di Jateng lebih banyak, yakni 5.914 kasus.

Terkait perbedaan data ini pemprov Jateng memberikan keterangan bahwa saat ini mereka tengah dalam proses menyelaraskan data dengan data pusat.

“Sistem sedang proses integrasi dengan Kemenkes. Data dapat berubah sewaktu-waktu,” dikutip dari situs jatengprov.go.id, Senin (4/1).

Tak hanya data kematian, data kumulatif kasus positif covid-19 dan data kesembuhan juga berbeda. Data pemerintah pusat memperlihatkan total kasus covid-19 di Jateng berada di angka 84.512 orang, sementara 56.377 lainnya dinyatakan telah pulih.

Sedangkan data Pemprov Jateng memaparkan sebanyak 95.599 warga terkonfirmasi positif covid-19, dan 79.595 orang lainnya dinyatakan telah sembuh.

Dihubungi terpisah, Direktur Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut perbedaan data antara Kemenkes dan Pemprov Jateng disebabkan karena Pemprov Jateng telat dalam melakukan proses input data laporan harian.

“Biasanya Jawa Tengah cut off point, waktu ya. Jadi mereka kan data real time, mereka memasukkan data, nah tapi kalau kami terima data sifatnya manual,” kata Nadia

Selain itu, ia mengaku di beberapa kasus, Pemprov Jateng kurang melengkapi materi untuk verifikasi data dalam pelaporan data covid-19 di Jawa Tengah sehingga Kemenkes tidak mencatut laporan data itu ke dalam sistem pusat.

“Biasanya kalau lewat laporan SMS, kami minta verifikasi data, dan biasanya ada data yang menurut kami mungkin bukan data lengkap. Kan kami tidak bisa langsung memasukkan data itu,” pungkasnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *