Satusuaraexpress.co – Peneliti genomik molekuler dari Aligning Bioinformatics dan anggota konsorsium COVID-19 Genomics UK, Riza Arief Putranto, Kamis(7/1), mengatakan, makin banyaknya mutasi baru virus corona SARS-CoV-2 menunjukkan perlunya dilakukan surveilans genomik di Indonesia. Sejauh ini, varian baru mutasi di Inggris dan di Afrika Selatan belum ditemukan di Indonesia. Namun hal ini bisa jadi karena keterbatasan kemampuan melakukan analisis genom SARS-CoV-2.
Di Indonesia ada 12 Laboratorium yang bisa menganalisis whole genome sequencing atau pengurutan total genom harus dioptimalkan untuk surveilans genomik. Data urutan genom virus cirona SARS-CoV-2 dari sampel di Indonesia yang didaftarkan di GISAID, bank data virus internasional, masih terbatas. Per 6 Januari 2021, Indonesia baru mendaftarkan 175 genom dan 1.362 mutasi SARS-CoV-2 yang ditemukan di Indonesia.
Laporan epidemiologi mingguan dari WHO pada 5 Januari 2021 menyebut, dalam tiga minggu berturut- turut, ditemukan lebih dari 4 juta kasus baru COVID-19 secara global dan angka kematian baru meningkat sekitar 3 persen menjadi 76.000 jiwa. Jumlah kumulatif lebih dari 83 juta kasus COVID-19 dan lebih dari 1, 8 juta kematian secara global.
Munculnya varian baru SARS-CoV-2 di Inggris VOC-2020/01 atau B.1.1.7 yang awalnya muncul di Inggris menimbulkan kekhawatiran karena telah tersebar ke 40 negara. Selain varian baru SARS-CoV-2 dari hasil mutasi di Inggris. Menurut CDC, pemerintah Afrika Selatan pada 18 Desember 2020 mengumumkan merebaknya strain baru virus corona, varian baru dari mutasi di Afrika Selatan yaitu varian 501Y.V2 yang ditemukan juga di 6 negara. Selain lebih menular varian baru di Afrika Selatan ditenggarai mempengarihi efektivitas vaksin COVID-19 yang telah ada.
Pada 18 Desember 2020, Afrika Selatan mendeteksi mutasi yang cepat menyebar yang dinamai 501Y.V2 karena ada mutasi N501Y.V2 dalam protein lonjakan yang digunakan virus untuk masuk ke dalam sel tubuh.
Menurut WHO dua varian di Inggris dan Afrika Selatan berbagi mutasi NY501, tetapi berbeda. Varian di Afrika Selatan membawa dua mutasi protein lonjakan yang tidak ada di strain Inggris, VOC-202012/01, dengan VOC ( Variant of Concern ) atau B.1.1.7. Mutasi E484K varian baru di Afrika Selatan mengubah domain pengikat reseptor, bagian protein lanjakan yang dipakai virus masuk ke sel.
Dikutip dari Straits Times, tim peneliti yang dipimpin Kwazulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform( KRISP) telah mengurutkan ratusan sampel corona sejak wabah merebaj disana. Terlihat bahwa temuan varian baru ini semakin mendominasi dua bulan belakangan.
Para dokter di Afrika Selatan juga menyebut semakin banyak pasien corona di usia muda yang mengalami gejala klinis berat akibat terinfeksi COVID-19, meskipun beberapa diantaranya tidak memiliki penyakit comorbid yang memperparah keadaan saat terpapar COVID-19. ” Hal ini menunjukkan bahwa gelombang ke dua saat ini yang kami alami didorong oleh varian baru ini,” Mkhize menyimpulkan. Namun hingga kini belum ada mutasi corona yang terbukti mempengaruhi efektivitas vaksin atau memperparah infeksi COVID-19 saat terpapar.
Tim peneliti di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, Amerika Serikat, menilai kemampuan antibodi yang diambil dari penyintas infeksi SARS-CoV-2 untuk menetralkan berbagai galur baru virus corona. Kajian itu terkait resopons pada mutasi baru pada E484K, yang ditenukan di Afrika Selatan dan Brasil.
Studi yang dirilis pada Selasa 5 Januari 2021 di laman iorxiv.org dan belum ditinjau rekan sejawat itu menemukan varian baru SARS-CoV-2 di Afrika Selatan dan Brasil pembawa mutasi E484K mengurangi kemampuan netralisasi oleh antibodi serum dan beberapa individu. Penurunan kemampuan netralisasi antibodi ini lebih dari 10 kali lipat.
Menurut Anthony.Fauci, pakar imunologo asal Amerika Serikat mengatakam beberapa hari yang lalu, vaksin yang ada saat ini tetap efektif melawan varian baru virus corona Inggris. Pembuat vaksin, termasuk BioNTech dan Moderna mengatakan mereka berharap vaksin mereka bekerja terhadap B.1.1.7 namum masih memerlukan pengujian lebih lanjut.
Sebuah presentasi oleh Prof David Robertson dari Univeritas Glasgow menyimpulkan, ” Virus mungkin dapat menghasilkan mutan yang lolos dari vaksin” Itulah penjelasan yang perlu dipahami tentang mutasi virus corona terbaru. Kemenristek dan Kemenkes telah membentuk Tim Pendeteksi Mutasi Corona Baru untuk mengantisipasinya. Pandemi COVID-19 memang belum berakhir jadi tetap berada dirumah saja . Jika harus beraktivitas diluar rumah lakukan protokol kesehatan 3M, memakai masker, menjaga jarak dan sering mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir. Bersama kita bisa. Jakarta 9 Januari 2021.
Penulis : Dr. Mulyati Tedjapranata
Editor : Wawan