satusuaraexpress.co – Uji klinis vaksin Covid-19 fase III produksi Sinovac yang dilaksanakan Tim Riset Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) tengah berlangsung hingga Mei 2021.
Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Unpad Kusnandi Rusmil menuturkan setelah penyuntikan kedua vaksin asal China itu didapati sebanyak 25 relawan terpapar Covid-19.
Rinciannya, 18 orang penerima plasebo atau obat kosong serta 7 orang penerima vaksin. Adapun keseluruhan jumlah relawan ada 1.603, atau berkurang 17 orang lantaran mereka tidak hadir untuk suntikan kedua sesudah ditunggu sepekan sesuai jadwal.
“Kita ngambil (sampel) yang dari uji klinis kemarin itu kan ada yang dapat vaksin ada yang dapat plasebo. Nanti dilihat berapa yang sakit dapat vaksin dan berapa yang sakit dapat plasebo. Dari hasil yang kemarin yang dapat vaksin yang sakit (Covid-19) 7, yang dapat plasebo sakit 18,” ujarnya di Bandung, Senin (18/1).
Menurut Kusnandi, terpaparnya beberapa relawan di Bandung pasca penyuntikan ialah hal wajar. Sebabnya, para relawan tidak dilarang untuk berkegiatan. Sehingga bisa jadi mereka bertemu dengan orang yang telah terpapar virus corona.
“Ya itulah gunanya penelitian (mengetahui) ada berapa yang sakit supaya kita bisa tahu berapa efikasi dari vaksin tersebut. Kan kita meneliti supaya tahu, manjur tidak vaksinnya,” tuturnya.
Dengan adanya orang yang terpapar covid tersebut, tim peneliti selanjutnya membandingkan penerima vaksin dan plasebo maka keluarlah angka efikasi.
Meski terpapar Covid-19, Kusnandi menerangkan jika relawan yang menerima vaksin berstatus orang tanpa gejala hingga bergejala ringan. Sedangkan penerima plasebo terdapat yang bergejala berat.
“Tapi sebagian besar itu (penerima vaksin) bergejala ringan, jadi enggak dirawat. Nah yang dapat plasebo ada yang dirawat,” tuturnya.
Kusnandi mengatakan, sampai saat ini relawan penerima vaksin ataupun plasebo belum diumumkan. Mereka akan mengetahui kondisi tersebut seusai masa uji klinis berakhir.
“Nanti kalau habis penelitian mereka dikasih tahu. Kalau dapat vaksin tidak dikasih lagi. Kalau dapat plasebo dikasih suntikan. Semuanya begitu,” ujarnya.
Sebelumnya, hasil selama tiga bulan pertama penelitian vaksin di Unpad tersebut telah dilaporkan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang hasilnya keluar izin penggunaan darurat pada 11 Januari 2021.
Adapun efikasi atau khasiat dari uji klinis di Indonesia mencapai 65,3 persen atau sudah memenuhi syarat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mewajibkan batas efikasi vaksin untuk pandemi minimal 50 persen.
“Tingkat proteksinya itu kalau kata WHO 65,3 persen bisa digunakan untuk EUA. Syaratnya kan efikasi di atas 50 persen, nah ini sudah 65 persen. Dilihatnya dari mana? Dilihat dari dua minggu setelah penyuntikan terakhir itu, sudah kita bisa lihat bisa digunakan,” ujar Kusnandi. (*)